Konten dari Pengguna

Dari 12 Ribu Naskah Kuno di Perpusnas, Baru 100 yang Diterjemahkan

Selfy Momongan
A happy Journalist
4 November 2017 13:35 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selfy Momongan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dari 12 Ribu Naskah Kuno di Perpusnas, Baru 100 yang Diterjemahkan
zoom-in-whitePerbesar
Perpustakaan Nasional (Perpusnas) di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, menyimpan sekitar 12 ribu naskah kuno. Dari jumlah tersebut, masih sedikit yang sudah diterjemahkan, yakni sekitar 100 judul.
ADVERTISEMENT
Filolog dan Pustakawan di Perpusnas, Agung Kriswanto, mengatakan minimnya jumlah pustakawan untuk alih bahasa dan alih aksara di Perpusnas membuat proses penerjemahan belum maksimal.
"Iya belum maksimal. Di sini hanya ada enam orang untuk alih aksara dan alih bahasa. Satu orang bisa satu sampai dua judul. Jadi bisa menggarap sekitar 10 judul pertahun," kata Agung Kriswanto saat ditemui kumparan (kumparan.com) di Gedung Perpusnas, Sabtu (4/11).
Kendala lain, menurut Agung, dari enam orang yang bertugas, mereka hanya menguasai bahasa Jawa Kuno, Jawa, Melayu, Belanda, dan Sunda. "Alih bahasa Arab baru saja pensiun. Kita juga masih butuh untuk alih bahasa Bugis, Batak dan lain-lain. Masih banyak naskah yang belum tergarap," kata Agung.
ADVERTISEMENT
Menurut Agung proses ini tidak hanya berfokus pada alih aksara dan alih bahasa, namun ada pula proses analisis sebuah naskah yang cukup kompleks. “Untuk tahu itu, kami harus menggunakan ilmu filolog agar dapat melihat konteks sejarah, konten, bahasa bahkan sampai konteks budaya," ucapnya.
Agung menjelaskan jika hanya melihat proses alih aksara dan alih bahasa saja maka naskah tersebut tidak bermakna. “Dia nggak akan bunyi apa-apa. Hanya teks yang bunyi,” katanya.
Agung mencontohkan salah satu naskah kuno berjudul Serat Centhini yang ternyata berjumlah banyak dan tersebar di beberapa kota seperti Solo, Yogyakarta dan Jakarta. “Kita kerjakan salah satu, selesai. Tapi ini Serat Centhini yang mana? Ga bicara. Menganalisis posisi naskah tersebut dalam silsilah kerabat naskah juga jadi hal penting,” ucap Agung.
ADVERTISEMENT
Sampai saat ini, naskah kuno yang sudah dialih aksara dan alih bahasakan telah dicetak dalam bentuk buku serta ebook. Sayangnya buku-buku tersebut tidak untuk diperjualbelikan. Untuk buku fisik, dapat ditemukan di lantai sembilan Gedung Perpusnas.
"Kalau jumlahnya berlebih dapat dibawa pulang secara gratis dengan mengisi form tertentu," kata Agung.