Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.96.0
Konten dari Pengguna
Efren Salvidar, Perawat yang Meracuni Puluhan Pasiennya dengan Obat Lumpuh
28 September 2020 14:02 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Efren Saldivar lahir di Brownsville, Texas. Ia lulus dari College of Medical and Dental Careers di North Hollywood pada tahun 1988. Dia memperoleh pekerjaan sebagai terapis pernapasan yang dipekerjakan oleh Glendale Adventist Medical Center, bekerja sebagai shift malam ketika lebih sedikit staf yang bertugas.
ADVERTISEMENT
Dalam aksi kriminalnya, Efren membunuh pasien dengan cara menyuntikkan obat lumpuh yang menyebabkan serangan jantung atau pernapasan. Obat-obatan yang digunakan antara lain Morfin dan Suxamethonium Klorida. Obat-obatan tersebut ditemukan di lokernya dengan beberapa jarum suntik baru maupun bekas.
Selain itu, Efren juga mencampurkan obat Pavulon, yang digunakan untuk menghentikan pernafasan pasien saat akan dipasang pada ventilator. Dia berhati-hati dalam memilih korbannya, memilih mereka yang tidak sadarkan diri dan hampir meninggal.
Hal ini menyebabkan tidak ada peningkatan yang mudah dideteksi dalam tingkat atau distribusi kematian pasien ketika dia sedang bertugas. Hal tersebut disebabkan karena banyak pasien meninggal lebih cepat sebelum intervensi dilakukan. Hal ini pada gilirannya menghambat penyelidikan kegiatan Efren, karena tidak ada korelasi yang mudah dibedakan antara perubahan dalam distribusi atau tingkat kematian dan pola pergeserannya (alat yang umum digunakan untuk memeriksa apakah malpraktik sedang terjadi).
Pekerjaan medisnya berakhir pada 13 Maret 1998. Tak lama kemudian, ia mengakui melakukan 50 pembunuhan, walau pengakuan ini ia cabut. Polisi mencari beberapa bukti penting dengan cara menggali sisa-sisa pasien yang telah meninggal saat Salvidar bertugas dan dikuburkan. Polisi fokus untuk mengukur kadar Pavulon yang sangat tinggi di dalam jenazah. Pavulon adalah zat yang masih terendap di dalam jenazah walau telah dikuburkan selama berbulan-bulan. Sedangkan zat Suxamethonium Klorida dan Morfin sulit untuk diidentifikasi karena mudah terurai.
ADVERTISEMENT
Setelah 20 penggalian, enam mayat diantaranya memiliki bukti konsentrasi Pavulon yang mematikan. Pada 12 Maret 2002, pada usia 32, Saldivar mengaku atas enam dakwaan pembunuhan dan menerima tujuh orang yang berani-turut tanpa kemungkinan bersyarat. Saldivar di Fasilitas Perawatan Penyalahgunaan Zat California dan Penjara Negara Bagian di Corcoran, California.
Sumber: http://murderpedia.org/male.S/s/saldivar-efren.htm