Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Jane Toppan, Perawat Sadis yang Membunuh 31 Pasiennya karena Hasrat Seksual
6 Juni 2020 20:57 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Seorang perawat bertugas untuk menjaga dan merawat pasiennya, juga memberikan rasa aman. Tapi bagaimana jadinya jika seorang perawat malah membunuh para pasiennya dengan alasan yang bisa dibilang sangat aneh. Ya, hal inilah yang dilakukan oleh seorang perawat di Amerika bernama Jane Toppan. Ia telah membunuh kurang lebih 31 orang pasiennya dengan alasan agar hasrat seksualnya terpenuhi.
ADVERTISEMENT
Siapakah sosok Jane Toppan sebenarnya?
Nama aslinya adalah Honora Kelley, ia lahir di Boston, AS, pada tahun 1850. Kedua orang tuanya adalah imgran asal Irlandia yang memutuskan untuk menetap di AS. Saat ia masih kecil, sang Ibu meninggal karena penyakit TBC yang menyebabkan ayahnya harus membesarkan ketiga anaknya termasuk Nora seorang diri. Namun karena perilaku ayahnya yang sering berbuat kasar, akhirnya Nora dan kedua saudaranya dimasukkan ke sebuah panti asuhan di Boston.
Dua tahun setelahnya, seorang janda kaya bernama Ann Topan mengadopsi Nora dan mengganti namanya menjadi Jane Toppan. Setelah ibu angkatnya meninggal, Jane memutuskan untuk masuk ke salah satu sekolah keperawatan yang ada di Boston.
Jane tumbuh menjdi sosok perawat yang ceria dan disukai oleh banyak pasiennya. Namun siapa sangka, di balik sosoknya yang ceria dan menawan itu, Jane ternyata memiliki suatu kelainan hasrat seksual yang aneh, di mana dirinya akan sangat terangsang saat melihat orang yang sedang sekarat. Ia menyadari keanehan itu saat dirinya melakukan sebuah eksperimen gila dengan memberikan obat dengan dosis yang sangat tinggi pada salah satu pasien hingga akhirnya tewas. Siapa sangka, Jane malah menikmati pemandangan saat pasiennya itu sedang sekarat, hasrat seksualnya pun terpuaskan dengan menyaksikan pemandangan mengerikan itu.
ADVERTISEMENT
Reputasinya sebagai perawat bisa dibilang sangat baik, sampai akhirnya ia dipindah tugaskan ke Massachusetts General Hospital dengan posisi dan gaji yang lebih baik. Setelah dipindah tugaskan, hal ini membuat Jane menjadi semakin gila. Ia mulai mencoba-coba mencampurkan obat keras ke dalam obat pasien yang menyebabkan beberapa pasien meninggal secara tiba-tiba. Meski begitu, tidak ada seorang pun yang menyimpan kecurigaan padanya, ia akhirnya menjadi ketagihan dan melanjutkan aksi keji nya itu kepada beberapa pasien. Pada tahun 1890, Jane akhirnya dipecat karena tuduhan pencurian barang berharga dan uang milik pasien.
Jane kemudian bekerja sebagai perawat pribadi sebelum kembali ke Cambridge Hospital untuk mendapatkan lisensi keperawatan. Tindakan gilanya meracuni pasien masih terus dilakukan, sampai suatu hari seorang dokter mendapati seorang pasien tewas di tangan Jane, tetapi hal itu dianggap sebagai kelalaian, bukan pembunuhan. Jane lalu melanjutkan aksi pembunuhannya itu dengan bekerja sebagai perawat freelance disalah satu rumah sakit. Ia bahkan juga membunuh temannya sendiri, Myra dan Elizabeth, yang sudah menganggapnya seperti saudara sendiri.
Aksi pembunuhan berantai Jane akhirnya berhasil terungkap di sekitar tahun 1900 setelah polisi berhasil menyelidiki kasus kematian sebuah keluarga yang ternyata dilakukan oleh Jane. Saat di tangkap dan di interogasi, Jane mengaku sudah membunuh sebanyak 31 orang pasiennya walau polisi menduga jumlah korbannya bisa saja lebih banyak dari itu. Jane mengaku bahwa dirinya memiliki gairah seksual yang tinggi saat melihat orang yang sedang sekarat. Hal ini membuat pengadilan memutuskan bahwa dirinya mengalami gangguan kejiwaan dan mengirimnya untuk menjalani perawatan kejiwaan seumur hidup di salah satu rumah sakit jiwa di Boston.
ADVERTISEMENT
Sumber :
https://murderpedia.org/female.T/t/toppan-jane.htm