Kisah Rudolf Hoss, Dalang Pembunuhan Masal di Kamp Auschwitz Polandia

Selidik
"Hanya ada satu kebenaran yang pasti," Conan Edogawa
Konten dari Pengguna
10 Desember 2020 17:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Rudolf Hoss, foto: dok. Wikimedia Commons
zoom-in-whitePerbesar
Rudolf Hoss, foto: dok. Wikimedia Commons
ADVERTISEMENT
Berawal dari peristiwa Perang Dunia II rentetan fenomena keji sering terjadi di berbagai negara yang terlibat dalam peperang tersebut. Tak hanya itu, tak sedikit juga orang-orang penting yang terlibat dalam aksi pembunuhan masal yang menjadi catatan kelam dari sejarah dunia saat ini.
ADVERTISEMENT
Salah satu diantaranya adalah Rudolf Hoess, seorang komandan yang dilahirkan di Alexandira, Mesir, yakni pada 26 April 1894. Sejarah mencatat bahwa Rudolf Hoess merupakan dalang dari pembunuhan masal terbesar di kamp Auschwitz, Polandia.
Bahkan Rudolf Hoess juga dikenal sebagai salah satu orang kepercayaan Hitler setelah Hermann Goring. Ketertarikannya dengan sosok Hitler kemudian membentuknya menjadi kepribadian pembunuh tersadis di eranya. Terlebih dimulai dari kesenangannya mengikuti jejak Hitler, Rudolf sering meniru gaya pidato Hitler ketika ia sedang memimpin pasukannya di lapangan.
Rudolf Hoss menjelang eksekusi, foto: dok. Wikimedia Commons
Sehingga tak sedikit orang menilai, dengan hadirnya Rudolf di Auschwitz menjadi momok tersendiri di dalam sejarah pembantaian dunia. Semua aksi Rudolf dimulai ketika ia tega membunuh hingga 2000 nyawa per jam.
ADVERTISEMENT
Berdasar catatan Prison Memoirs yang ditulis oleh Adolf Eichmann menceritakan bahwa untuk membunuh ribuan nyawa ia menggunakan gas beracun. Dengan metode mengurung kumpulan orang yang tersandera dalam satu ruangan, kemudian Rudolf menyalurkan gas tersebut agar memudahkan ia untuk membunuh setiap orang yang ada di dalam ruangan tersebut.
“Rodolf mengatakan kepada saya, bahwa ia menggunakan gas beracun untuk memudahkan ia untuk membunuh. Sebuah filter wol yang sudah dibasahi dengan racun ini, kemudian dibuang ke ruangan tempat di mana orang Yahudi ini dikurung,” tulis Adolf Eichmann, dikutip Auschwitz media.
Menurutnya racun tersebut sangatlah fatal, lantaran dengan sekejap mampu membuat setiap orang merasakan kesakitan ketika menghirup gas tersebut. Setelah setiap orang dinyatakan tewas, lalu Rudolf membakarnya di atas sebuah panggangan besi besar. Bagi Eichmann semua adegan mengerikan ini terjadi di dalam satu ruang besar layaknya pabrik industri yang sedang beroperasi.
ADVERTISEMENT
Akibat semua kejadian naas tersebut lantas menjadikan kamp militer Auschwitz, Polandia, sebagai tempat mengerikan di dunia. Bahkan kamp Auschwitz merupakan saksi bisu di mana kekejaman Nazi di eranya telah membantai banyak orang-orang Yahudi di Eropa.
Rudolf Hoss bersama tiga rekannya, foto: dok. Wikimedia Commons
Percobaan pembunuhan dengan gas beracun ini sebenarnya terjadi pada September 1941. Yang dimulai dari 850 narapidana yang kekurangan gizi. Baru pada pertengahan 1942, pembunuhan masal orang untuk orang Yahudi itu dimulai, yakni dengan menggunakan zat baru bernama Zyklon-B.
Eichmann menangkap bahwa dengan menggunakan gas baru tersebut, setiap orang kemudian seakan-akan larut di ruangan yang telah disiapkan sebelumnya. Gigi korban pun banyak yang meleleh, sehingga menampakkan kengerian bagi orang awam yang baru melihatnya.
Rudolf dikabarkan tertangkap oleh polisi militer sekutu pada tahun 1996, yang kemudian diserahkan langsung ke pemerintah Polandia saat momen PD II berakhir. Setahun setelah penangkapan Rudolf, ia divonis hukuman mati dengan cara digantung di tiang gantungan tepat di luar pintu masuk kamar kematian yang diciptakannya.
ADVERTISEMENT
Sumber: http://www.auschwitz.dk/hoess.htm