Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Legenda Hantu Jepang ( MUJINA )
14 April 2018 21:25 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ilustrasi: creepypastaanimeindo.com
Di jalan Akasaka Tokyo, ada lereng bernama Kii – no – kunii – zaka, dan di sisi lereng itu ada parit kuno, sangat dalam dan sangat lebar, dengan tepian tinggi hijau yang naik sampai ke suatu taman. Dan di sisi sebrangnya membentang dinding istana yang tinggi dan panjang. Sebelum ada lampu jalan dan jinrinkisha (becak). Daerah itu sangat sepi ketika malam, dan para musafir yang pulang malam bakalan memilih jalan memutar yang lebih jauh dari pada melewati jalan Kii – no – kunii – zaka.
ADVERTISEMENT
Konon katanya itu karna sosok hantu Mujima yang menghuni wilayah tersebut.
Orang terakhir yang melihat Mujima adalah seorang pedagang tua dari daerah Kyobashi, yang meninggal sekitar tiga puluh tahun lalu
Suatu malam, pedagang tua itu bergegas pulang tidak jauh dari arah yang dia tuju terdapat lereng kii – no – kunii – zaka, dia melihat seorang perempuan jongkok di dekat parit, sendirian, dan menangis pedih. Karna takut perempuan itu akan bunuh diri, si pedagang berhenti dan menghampiri mencoba membantu atau menghibur. Perempuan itu terlihat langsing dan anggun, beroakaian bagus dengan rambut yang tertata indah layaknya dari keluarga terhormat. “nona”, katanya, sambil mendekat,” jangan menangis seperti itu! Beri tahu saya apa masalahnya, suapa saya bisa membantu. Gadis itu terus menangis sambil menyembunyikan wajahnya dengan lengan bajunya.
ADVERTISEMENT
“Nona”, kata si pedagang lagi, selembut mungkin, “mohon dengarkan saya! Tidak pantas seorang gadis mudaberada di tempat ini pada malam hari, sudah jangan menangis lagi! Beritahu saya supaya saya bisa membantu nona!, pelan – pelan gadis itu bangkit tetapi masih membelakangi si pedagang, sambil menagis dan masih menutupi wajahnya dengan lengan bajunya. Sontak si pedangan memegang bahu si gadis, perlahan gadis tersebut berbalik ke arang pedagang tua tersebut, menurunkan lengan sambil mengusapkan wajahnya. Dan si pedagang melihat bahwa gadis itu tak punya mata, hidung, dan mulut, sontak” pedagang pun menjerit dan berlari.
Tanpa di sadari dia berlari dan mendaki Kii – no – kunii – zaka dan di hadapannya semua serba gelap. Pedagang itu terus berlari, tak berani melihat ke belakang dan sepanjang jalan dia melihat lentera, yang sangat jauh jaraknya pedangan itu pun menuju ke arah lentera itu berada. Ternyata lentera tersebut adalah pemilik penjual soba keliling, yang sedang berhenti di pinggir jalan, langsung dia menghambur ke kaki penjual soba, sambil berteriak keras.
ADVERTISEMENT
“Hei!. Ada apa dengan mu? Ada yang menykirimu? Apa yang membuatmu berteriak?
Tidak ada yang menyakiti saya, sambil terengah – engah, saya lihat... saya lihat perempuan di dekat parit dan dia menunjukan wajah yang rata.
“Hei! Apakah wajah seperti ini yang dia tunjukan kepadamu?”
Si penjual soba sambil mengusapkan wajahnya sendiri yang juga tak bermata, bermulut dan berhidung.
Seketika itu cahaya lentera langsung padam.