Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.90.0
Konten dari Pengguna
Richard Angelo, Perawat yang Menunjukkan Kemampuan Heroiknya Dengan Cara Meracun
28 Agustus 2020 19:17 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Richard Angelo adalah seorang pembunuh berantai asal AS dan mantan perawat di Rumah Sakit Good Samaritan di West Islip, New York. Pada tahun 1989, dia dihukum karena membunuh beberapa pasiennya dan dijatuhi hukuman 50 tahun penjara seumur hidup.
ADVERTISEMENT
Angelo lahir pada 29 Agustus 1962, ia lahir dari keluarga berada yang bekerja di bidang pendidikan. Ibunya adalah seorang guru ekonomi, dan ayahnya adalah seorang konselor bimbingan sekolah menengah di Long Island. Dia lulus dari Sekolah Menengah Keuskupan St. Yohanes Pembaptis pada tahun 1980 dan kemudian mengikuti program keperawatan dua tahun di Farmingdale State College, di mana dia adalah siswa teladan yang dihormati.
Angelo berusia 26 tahun saat bekerja di Rumah sakit Good Samaritan di Long Island, New York. Di tempat kerjanya ia dipandang karena tingkah laku baik dan sering dianggap sebagai pahlawan karena perannya dalam menyelamatkan nyawa pasien. Tapi siapa sangka, aksi penyelamatan tersebut adalah skenario yang ia buat.
ADVERTISEMENT
Ketidakpuasan terhadap tingkat pujian yang ia terima membuatnya membuat skenario. Skenario tersebut yaitu menyuntikkan obat ke pasien di rumah sakit, dan membawa mereka ke kondisi sekarat. Kemudian, Angelo akan menunjukkan kemampuan heroiknya dengan membantu menyelamatkan korbannya. Aksi tersebut membuat rekan kerja dan pasien terkesan. Bagi banyak orang, rencana Angelo gagal total, dan beberapa pasien meninggal sebelum dia dapat campur tangan dan menyelamatkan mereka dari suntikan mautnya. Dalam melakukan aksinya, ia telah meracuni 37 pasien dengan total keberhasilan yaitu 12 pasien. Sedangkan 25 pasien lainnya tewas.
Angelo tampak tidak terpengaruh atas ketidakmampuannya untuk menjaga korbannya tetap hidup. Ia terus menyuntuk pasien dengan kombinasi obat-obatan yang melumpuhkannya, Pavulon dan Anectine. Setelah memberikan obat, pasien mulai mati rasa dan pernapasan mereka menjadi sesak. Hanya sedikit pasien yang bisa selamat dari serangan tersebut.
ADVERTISEMENT
Pada tanggal 11 Oktober 1987, Angelo dicurigai setelah salah satu korbannya, Gerolamo Kucich, berhasil menggunakan tombol panggil untuk meminta bantuan setelah mendapatkan suntikan dari Angelo.
Salah satu perawat yang menanggapi panggilannya untuk meminta bantuan mengambil sampel urin dan menganalisisnya. Tes terbukti positif mengandung obat, Pavulon dan Anectine, yang keduanya tidak diresepkan untuk Kucich.
Keesokan harinya loker dan rumah Angelo digeledah dan polisi menemukan botol obat-obatan dan Angelo ditangkap. Mayat beberapa korban digali dan diuji untuk mengetahui obat-obatan yang mematikan. Tes tersebut terbukti positif untuk obat tersebut pada sepuluh pasien yang meninggal. Saat diinterogasi oleh polisi, Angelo mengakui semua perbuatannya.
Pengacaranya berjuang untuk membuktikan bahwa Angelo menderita gangguan identitas disosiatif, yang berarti dia mampu melepaskan diri sepenuhnya dari kejahatan yang dia lakukan dan tidak dapat menyadari risiko dari apa yang telah dia lakukan kepada pasien. Dengan kata lain, dia memiliki kepribadian ganda yang dia bisa keluar-masuk, tidak menyadari tindakan dari kepribadian lainnya.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, pengacara gagal dan hakim tetap mendakwa Angelo atas pembunuhan tingkat dua, satu dakwaan pembunuhan karena lalai, dan enam dakwaan penyerangan. Ia dijatuhi hukuman 61 tahun penjara.
Sumber: http://murderpedia.org/male.A/a/angelo-richard.htm