Richard McGown, Ahli Anestesi yang Menewaskan Pasien Dengan Menyuntikkan Morfin

Selidik
"Hanya ada satu kebenaran yang pasti," Conan Edogawa
Konten dari Pengguna
22 September 2020 11:59 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Foto: dok. youtube.com/APArchive
zoom-in-whitePerbesar
Foto: dok. youtube.com/APArchive
ADVERTISEMENT
Richard McGown dikenal sebagai Dr. Death, adalah mantan ahli anestesi, pembunuh, dan tersangka pembunuh berantai berkebangsaan Skotlandia - Zimbabwe. McGown bertanggung jawab atas pembunuh dua anak dari tahun 1986 hingga 1992.
ADVERTISEMENT
McGown lahir pada tahun 1937 di Perth, Australia. Akan tetapi, ia tumbuh dan besar di Glasgow, Skotlandia. Kemudian, McGown melanjutkan studi di Universitas Edinburgh, dan lulus pada tahun 1959. Setelah lulus sebagai dokter spesialis anestesi, ia bekerja di Swedia dan Zambia.
McGown mengembangkan minat yang dalam pada pereda nyeri pasca operasi. Oleh karena itu, McGown memulai untuk bereksperimen dengan obat-obatan dan anestesi baru pada tahun 1981. Target kelinci percobaan McGown adalah pasien kulit hitam yang didominasi di bawah umur.
Salah satu korban McGown adalah pasien asal Kenya berusia 10 tahun dan Kalpesh Naginda, bocah asal Zimbabwe berusia 2,5 tahun. Lavender meninggal akibat kegagalan menahan nyeri pasca operasi usus buntu. Sedangkan Kalpesh tewas setelah McGown melakukan malpraktik saat melakukan sunat. Kalpesh tewas enam jam setelah melakukan operasi. McGown juga membunuh Tsitsi Chidodo yang berusia empat tahun, Irene Papatheocharous, gadis keturunan Yunani, dan wanita nigeria bernama Rose Apinke Osazuwa. Tewasnya kedua korban diprediksi karena kadar morfin yang sangat besar ditubuh korban.
Foto: dok. aparchive.com
Perawat yang bekerja bersama McGown mengungkapkan keprihatinan mereka tentang tingginya angka kematian, tetapi awalnya, tidak ada yang menganggapnya serius. Namun, pada 1993, sebuah laporan parlemen menyatakan bahwa dokter tersebut telah melakukan uji klinis tanpa mengikuti prosedur yang diperlukan. Perawat adalah yang pertama memberi tahu pers tentang masalah tersebut, tetapi tidak ada yang dapat dilakukan pada saat itu, karena sebagian besar kasus dianggap sebagai kematian mendadak.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa waktu, McGown diselidiki atas tuduhan kelalaian, ketidakmampuan yang parah, dan perilaku tercela. Dia akhirnya ditangkap, dan dibawa ke pengadilan. Saat berita tersebut tersiar, sekelompok mahasiswa yang dipimpin oleh Obey Mudzingwa, mulai melakukan protes, bahkan mengancam akan menyerang orang kulit putih jika dokter tidak divonis.
Saat dipersidangan, McGown membelah dirinya dengan menyatakan bahwa penggunaan morfin telah terbukti ampuh bagi orang dewasa. Hakim Paddington Garwe menyatakan bahwa McGown bertanggung jawab atas lima kematian, tetapi hanya dihukum atas pembunuhan Nagindas dan Khaminwa. Kondisi di masyarakat juga semakin hangat setelah beberapa tokoh masyarakat menggambarkan perilaku McGown sebagai seorang Nazi dan rasis.
Foto: dok. aparchive.com
Meskipun mengaku tidak bersalah, McGown dijatuhi hukuman satu tahun penjara, enam bulan di antaranya adalah hukuman percobaan. Ia juga diminta untuk membayar dengan 1.250 dolar kepada keluarga. Ayah Kalpesh menganggap bahwa vonis tersebut adalah penghinaan terhadap keadilan.
ADVERTISEMENT
Setelah menjalani hukuman McGown kembali ke Inggris, negeri asalnya. Ia mencoba untuk banding untuk mendapatkan kembali lisensi praktiknya. Akan tetapi, Pengadilan Medis Inggris tetap mengikuti keputusan Dewan Profesi Kesehatan Zimbabwe dan melarang McGown untuk melakukan praktik kedokteran di mana pun di dunia.
Sumber: http://murderpedia.org/male.M/m/mcgown-richard.htm