Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Silvia Meraz, Pemimpin Sekte yang Membunuh Korban untuk Santa Muerte
9 Agustus 2020 11:43 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Silvia Meraz Moreno adalah seorang pembunuh berantai dan pemimpin sekte dari Meksiko. Ia dihukum atas tiga pembunuhan yang terjadi antara tahun 2009 hingga 2012 di Nacozari, Sonora, Meksiko. Tiga orang yang dibunuh tersebut merupakan tumbal manusia untuk Santa Muerte, tokoh pengkultusan dalam budaya tradisional Amerika Meksiko penganut Katolik.
ADVERTISEMENT
Lahir di Hermosillo, Sonora, Silvia hidup di dalam keluarga yang miskin. Pada usia 16 tahun, ia melahirkan putra pertamanya, Ramon Omar Palacios Meraz. Silvia juga memiliki tiga putra dari suami pertamanya, Martin Lopez. Lalu pada saat pembunuhan, Silvia menjalin hubungan dengan seorang pria yang lebh muda lima tahun darinya bernama Eduardo Sanchez Urrieta.
Sebagai penganut Santa Muerta, Silvia yakin bahwa ekonomi keluarganya bisa membaik apabila ia mempersembahkan korban manusia kepada Santa Muerte. Dimotivasi oleh ide-ide yang tidak bertanggung jawab, ia mengajak keluarganya untuk bergabung ke dalam sekte khusus yang bertugas untuk menyiapkan tumbal-tumbal manusia. Silvia memperoleh delapan anggota keluarganya, termasuk empat dari lima anaknya.
Pembunuhan pertama terjadi pada korban bernama Cleotile Pacheco. Ia merupakan teman dari Silvia yang berusia 55 tahun. Dalam pengakuannya, Silvia menceritakan bahwa ia telah menyuruh Pacheco untuk mengambil uang kertas 20 peso dari tanah. Ketika Pachecho membungkuk untuk mengambilnya, Silvia memukul lehernya dengan kapak. Ia lalu mempersembahkan darah korban untuk mendapatkan perlindungan dari Santa Muerte. Kemudian, Silvia membakar dan menguburkan mayat yang dipenggal tersebut di dekat rumahnya.
ADVERTISEMENT
Kemudian, pembunuhan kedua terjadi kepada Martin Urieta (10). Ia merupakan putra kandung dari Eduardo Sanchez dan putra angkat dari Silvia. Ia dibunuh pada bulan Juni 2010. Ia menyuruh putri bungsunya yang telah mabuk untuk menikamnya sebanyak 30 kali. Dalam sebuah ritual pembuluh darah Martin dipotong dan darahnya disebarkan di sekitar altar.
Korban terakhir adalah Jesus Octavio Martinez Yáñez, bocah berusia 10 tahun. Martinez adalah anak angkat Ivan Martin Barron Meraz dan cucu dari Silvia. Dia dibunuh pada Juli 2010. Dalam kejahatan ini, Silvia menggendong anak laki-laki itu di depan altar sementara salah satu putrinya membantai Martinez. Pernyataan jaksa penuntut menunjukkan bahwa tiga anak berusia lima, dua, dan satu tahun terlibat, setidaknya menyaksikan pembunuhan itu. Menurut salah satu putri Silvia, Zoyla Santacruz, Silvia telah mengancam akan membunuh mereka jika mereka tidak ikut serta dalam kejahatan tersebut.
ADVERTISEMENT
Penyelidikan dimulai setelah Jesus Martinez dilaporkan hilang oleh ibu dan pacarnya. Penyelidik awalnya mengira bahwa anak itu mungkin saja diculik oleh jaringan perdagangan manusia karena saksi melihat Martinez mengemis di jalan dekat perbatasan Arizona. Hipotesis ini dikesampingkan. Setelah dua tahun penyelidikan, keluarga Silvia ternyata terbukti terlibat dalam kejahatan tersebut, karena jenazah Martinez ditemukan di bawah lantai kamar tidur putri bungsu Silvia. Dua mayat lainnya ditemukan di daerah tidak berpenghuni di timur Nacozari dekat rumah Silvia. Polisi negara bagian menemukan mayat selama penyelidikan yang tidak terkait. Silvia Meraz dan tujuh orang lainnya yang terlibat (semua kerabat Silvia, termasuk suami dari Silvia Meraz, putranya, ayah dari korban terakhir dan seorang anak di bawah umur) ditangkap pada Maret 2012.
Silvia menerima hukuman penjara total 180 tahun. Anggota sekte lainnya dijatuhi hukuman 60 tahun penjara, sedangkan putri bungsu dikirim ke pusat penahanan remaja. Menurut evaluasi psikologis, gadis yang berusia 15 tahun pada saat pembunuhan dan berpartisipasi dalam pemujaan sejak usia dini tampaknya menganggap praktik seperti itu normal.
ADVERTISEMENT
Sumber: http://murderpedia.org/female.M/m/meraz-silvia.htm
Live Update
Mahkamah Konstitusi (MK) memutuskan menghapus presidential threshold 20 persen dalam sidang uji materi terkait UU Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilu, Kamis (2/1). Semua partai politik kini bisa mengajukan capres-cawapresnya sendiri.
Updated 2 Januari 2025, 19:16 WIB
Aktifkan Notifikasi Breaking News Ini