Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.1
Konten dari Pengguna
Woo Bum Kon, Polisi asal Korsel yang Mengamuk di 4 Desa dan Membunuh 57 Orang
16 Juli 2020 11:55 WIB
Tulisan dari Selidik tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Woo Bum-Kon adalah seorang perwira polisi asal Korea Selatan yang telah dicatat dalam sejarah gelap tindak kriminal di negaranya. Ia bertanggung jawab atas pembunuhan massal terbesar dalam sejarah modern yang dikenal dengan nama Pembantaian Uiryeong. Amukan Woo membunuh 57 korban jiwa, termasuk dirinya dan melukai 35 orang lainnya di Gyeongsangnam-do, Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Woo lahir pada tanggal 24 Februari 1955. Sebelum menjadi perwira polisi, Woo mengabdi di Pusat Marinir Korea Selatan hingga 1979. Pada tahun 1980, ia dipindah tugaskan ke Kepolisian Nasional Korea Selatan di Pusan dan tinggal di Desa Torongi setahun berselang.
Pembantaian Uiryeong bermotifkan kondisi pertengkaran Woo dengan pacarnya yang bernama Chun Mal Soon. Pertengkaran tersebut terjadi tanggal 26 April 1982. Kemarahan Woo memuncak setelah Chun membangunkannya dan memukul lalat di dadanya. Woo yang marah meninggalkan rumah dan pergi ke kantor polisi. Ia bertugas hingga dari jam empat sore. Pada malam harinya, Woo kembali ke rumah. Emosinya tetap terjaga, ia meninju dan menendang pacarnya. Selain itu, ia menghancurkan perabotan rumah. Dengan emosi yang semakin memuncak, ia kembali ke kantor polisi dan menyelinap masuk ke gudang senjata. Tanpa disadari oleh petugas polisi lainnya, ia berhasil mengumpulkan senjata M2, 180 butir amunisi, dan tujuh granat tangan,
ADVERTISEMENT
Sekitar pukul 9.30 malam, Woo mulai menembaki pejalan kaki di pasar Desa Torongni. Di sana, ia juga melukai pacarnya, Chun yang saat itu penasaran dengan apa yang terjadi di pasar dan mendatanginya. Setelah beraksi di pasar, Woo bergerak menuju kantor pos di desa terdekat, Kungryu. Di sana ia membunuh tiga operator telepon dan memutus saluran telepon untuk mencegah orang lain menghubungi layanan darurat.
Setelah itu, ia lebih mudah untuk bergerak dari desa ke desa. di Desa Ungye, ia membunuh 18 orang. Sedangkan di desa tetangga Pyongchon, ia membunuh 24 korban lainnya. Pada suatu momen, ia memerintahkan seorang bocah lelaki berusia 16 tahun untuk membelikannya minuman ringan. Setelah mendapatkan apa yang ia inginkan, Woo menembak bocah tersebut beserta keluarganya.
ADVERTISEMENT
Meskipun polisi telah disiagakan pasca satu jam setelah Woo beraksi, tetapi ia sulit untuk dihentikan hingga delapan jam berselang. Pada dini hari tanggal 27 April, ia menggunakan dua granat terakhirnya dan mengikatkan di tubuhnya. Ia bersembunyi di rumah milik seorang petani bernama Suh In-Su dan menawan keluarganya. Ketika polisi bergerak untuk menangkapnya, ia menghidupkan granat dan bunuh diri. Peristiwa tersebut juga membunuh tiga keluarga Suh yang ia sandera. Suh sendiri selamat dan mengalami cedera parah.
Secara keseluruhan, pembantaian yang dilakukan Woo menewaskan 57 korban jiwa dan 35 terluka. Menurut pacarnya, Chun, Woo menderita inferioritas yang kompleks karena penduduk desa sering membicarakannya karena ia hidup bersama Chun tanpa melalui ikatan pernikahan.
ADVERTISEMENT
Akibat pembantaian tersebut, kepala polisi setempat dibebastugaskan, sedangkan empat petugas lainnya ditangkap atas kelalaian tugas. Pembantaian Woo juga mengguncang posisi kabinet nasional. Menteri Dalam Negeri Korea Selatan,Suh Chung Hwa dan Kepala Polisi Nasional, An Eung Mo mengundurkan diri dari posisinya sebagai bentuk penebusan atas apa yang dilakukan Woo. Pemerintah Korea Selatan juga memutuskan untuk membayar kompensasi kepada para korban dan keluarga yang terdampak atas pembantaian tersebut.
Sumber: http://murderpedia.org/male.B/b/bum-kon-woo.htm