Penenggelaman Kapal Satu-satunya Cara Menimbulkan Efek Jera

Konten dari Pengguna
15 November 2017 9:42 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selli Nisrina Faradila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Susi Pudjiastuti di kumparan Onboarding Batch 2 (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
zoom-in-whitePerbesar
Susi Pudjiastuti di kumparan Onboarding Batch 2 (Foto: Aditia Noviansyah/kumparan)
ADVERTISEMENT
Dari data Kementerian Perikanan dan Kelautan, terhitung ada 363 kapal asing yang ditenggelamkan sejak November 2014-November 2017.
ADVERTISEMENT
Pemaparan data tersebut disampaikan Meteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti pada Rabu (15/11), dalam acara Kumparan On Boarding Batch 2 di Kuningan City Mall.
"Penenggelaman kapal adalah satu-satunya jalan untuk menimbulkan deterrent effect. Kan kita enggak mungkin memagari 97.000 kilometer laut kita," ujar Susi.
Susi menambahkan bahwa penerapan kebijakan tersebut telah meningkatkan biomassa laut hingga 300 persen. Sebagai contoh naiknya tingkat biomassa tersebut berpengaruh pada ukuran tangkapan ikan tuna per ekor yang naik dari tahun ke tahun.
"Tahun pertama nelayan bisa dapat 37 kilo per ekor, lalu naik menjadi 45 kilo, sekarang mencapai 90 kilo," kata Susi.
Dengan demikian memang perlu penegasan kebijakan kelautan. Terlebih aturan penenggelaman kapal telah dimandatkan dalam undang-undang.
ADVERTISEMENT
"Kita harus melihat bahwa kapal yang melanggar itu sebagai pelaku kejahatan. Kalau ingat hukum internasional kapal itu berkewarganegaraan, bukan barang, jadi diproses sama seperti manusia. Kapal yang melanggar harus bertanggung jawab. Tidak boleh dipakai untuk mencari ikan lagi," papar Susi.
Susi juga menambahkan bahwa penegakkan hukum atas kapal asing yang melanggar adalah bentuk perwujudan cita-cita Indonesia menjadikan laut sebagai masa depan. Secara geografis, Indonesia adalah poros maritim dunia. Namun secara ekonomi belum diuntungkan.
"Ikan adalah bagian dari ketahanan pangan kita, karena itu yang paling murah, kalau daging kita masih impor," ujar Susi kepada seluruh wartawan Kumparan dan undangan yang hadir.