Konten dari Pengguna

Tembok Berlin di Kalijodo: Simbol Tak Ada yang Abadi

7 November 2017 14:18 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:14 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selli Nisrina Faradila tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Tembok Berlin di Kalijodo: Simbol Tak Ada yang Abadi
zoom-in-whitePerbesar
(Pecahan Tembok Berlin di kawasan RPTRA Kalijodo. Dok: Selli Nisrina Faradila)
ADVERTISEMENT
Empat pecahan Tembok Berlin berdiri di kawasan Ruang Publik Terbuka Ramah Anak (RPTRA) Kalijodo, Jakarta Utara. Letaknya bersandingan dengan 16 figur manusia besi karya seniman Teguh Ostenrik, lebih dikenal sebagai "Patung Menembus Batas".
M. Asari (43), pengawas sementara Taman Kalijodo mengatakan pecahan tembok itu merupakan kiriman Pemerintah Jerman. "Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas merupakan pemberikan dari Jerman dan termasuk fasilitas yang diminati pengunjung di sini, " kata dia saat ditemui pada Selasa (07/11).
Tembok Berlin di Kalijodo: Simbol Tak Ada yang Abadi (1)
zoom-in-whitePerbesar
(Salah satu Patung Menembus Batas. Dok: Selli Nisrina Faradila)
Peresmian Tembok Berlin dan Patung Menembus Batas itu dilakukan pada 3 Oktober 2017.
Pada salah satu patung terpahat sebuah tulisan: "Tembok Berlin alat penyekat yang berlumuran darah tersiram oleh ratap tangis anak manusia telah berhasil diruntuhkan oleh mereka yang tertindas dan menjadi prasati bagi sejarah kemanusiaan yang beradab."
ADVERTISEMENT
Dalam sejarahnya, Tembok Berlin di Jerman didirikan setelah Perang Dunia II berakhir, hasil gagasan dari Blok Jerman Timur di bawah kekuasaan Uni Soviet. Bangunan dari beton itu memagari front barat dan timur dari tahun 1961 sampai 1989.
Keruntuhan tembok setelah 28 tahun berdiri tidak hanya menghantar pada bersatunya Jerman Timur dan Jerman Barat yang telah sejak lama berseberangan ideologi. Namun dunia juga menyaksikan ambruknya Uni Soviet yang waktu itu merupakan poros kekuatan komunis.
Tembok Berlin di Kalijodo: Simbol Tak Ada yang Abadi (2)
zoom-in-whitePerbesar
(Kawasan RPTRA Kalijodo. Dok: Selli Nisrina Faradila)
Runtuhnya Uni Soviet sebagai bekas sebuah negara mungkin terlalu jauh bila disamakan dengan penggusuran Lokalisasi Kalijodo. Namun keduanya adalah antitesis dari keresahan kolektif yang ada. Hingga sekuat apapun intervensi yang berdatangan, rakyat lah yang menang. Kepentingannya di atas segalanya.
ADVERTISEMENT
Dikirimnya empat pecahan tembok untuk Taman Kalijodo, eks tempat prostitusi, seakan menjadi tanda bahwa tanah yang dipijaknya mengusung spirit yang sama. Spirit kemanusiaan, persatuan, dan perlawanan terhadap kemungkaran.