Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Antara Kebebasan Perempuan atau Tradisi yang Membelenggu: Kehilangan Mestika
4 Mei 2025 14:05 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Selvi Ramah Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Novel Kehilangan Mestika adalah karya Fatimah Hassan Delais yang mengisahkan perjuangan seorang perempuan, Hamidah, yang melawan tradisi adat yang membatasi kebebasan perempuan. Dalam cerita ini, Hamidah menjadi simbol perempuan yang berani menentang norma-norma yang menghalangi hak-hak mereka untuk menentukan jalan hidup.
ADVERTISEMENT
Di lingkungan tempat Hamidah tinggal, perempuan diwajibkan menjalani tradisi pingitan sejak usia 12 tahun, yang mengharuskan mereka tinggal di rumah hingga menikah. Berbeda dengan pingitan di Jawa yang hanya berlangsung beberapa bulan sebelum pernikahan, pingitan di tempat Hamidah berlangsung lebih lama. Bagi Hamidah, tradisi ini bukan hanya sebuah kebodohan, tetapi juga sebuah ketidakadilan yang harus diubah. Ia percaya bahwa kebebasan perempuan untuk mendapatkan pendidikan dan menentukan masa depan adalah kunci untuk kemajuan bangsa.
Namun, perjuangan Hamidah tak berjalan mulus. Ia tidak hanya harus menghadapi adat, tetapi juga harus menghadapi tekanan dari keluarganya. Dalam beberapa hubungan cintanya, Hamidah selalu dipisahkan oleh campur tangan keluarganya yang tidak menyetujui pilihan-pilihannya. Hubungannya dengan Ridhan berakhir tragis setelah surat-surat mereka disembunyikan oleh keluarga Ridhan, sehingga Hamidah tak sempat bertemu Ridhan sebelum ia meninggal. Begitu pula dengan Idrus, lelaki yang hadir kembali dalam hidup Hamidah setelah beberapa waktu. Meskipun Hamidah mencintainya, ia harus berpisah dengan Idrus karena tekanan keluarganya yang menjodohkannya dengan Rusli, seorang lelaki yang tidak ia cintai. Meski begitu, Hamidah akhirnya menikah dengan Rusli atas desakan keluarga.
ADVERTISEMENT
Namun, pernikahan Hamidah dengan Rusli tidak membawakan kebahagiaan. Setelah bertahun-tahun, mereka bercerai, dan Hamidah kembali ke Mentok. Di sana, ia bertemu Idrus yang sedang sakit parah. Idrus yang tetap mencintainya meskipun telah lama terpisah, akhirnya meninggal di hadapan Hamidah. Kehilangan ini menunjukkan bagaimana tradisi dan campur tangan keluarga sering kali menghalangi kebahagiaan perempuan, yang seharusnya bebas memilih pasangan hidup mereka.
Meski menghadapi banyak halangan, Hamidah tetap teguh pada perjuangannya. Ia tidak memilih untuk berkonfrontasi langsung dengan masyarakat atau keluarganya. Sebaliknya, Hamidah berusaha mengubah pandangan mereka dengan tindakan nyata, seperti mendirikan perkumpulan perempuan dan mengajarkan mereka membaca serta menulis. Dengan cara yang sederhana namun penuh tekad, Hamidah menunjukkan bahwa perubahan dapat dimulai dari langkah-langkah kecil, seperti memberi perempuan kesempatan untuk belajar dan berpikir bebas.
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, novel Kehilangan Mestika bukan hanya mengkritik tradisi yang membatasi perempuan, tetapi juga menyoroti bagaimana dominasi patriarki dan campur tangan keluarga bisa mengekang kebebasan mereka. Novel ini mengingatkan kita tentang pentingnya memberi ruang bagi perempuan untuk memilih hidup mereka sendiri tanpa terbelenggu oleh adat atau ekspektasi sosial. Hamidah, dengan perjuangannya, menjadi simbol dari kebebasan yang harus diperjuangkan oleh setiap perempuan.
Kutipan Favorit Saya