Konten dari Pengguna

Menelaah Kompleksitas Karakter Tokoh dalam Novel "Perempuan dan Kebangsaan"

Selvi Ramah Hadi
Mahasisiwi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
11 Juli 2024 12:28 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvi Ramah Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Novel adalah bentuk sastra prosa yang lebih panjang, biasanya mengisahkan cerita fiksi tentang kehidupan, pengalaman, dan konflik karakter yang rumit. Novel memiliki plot terstruktur, karakter yang mendalam, serta latar yang detail, membedakannya dari karya sastra pendek seperti cerita pendek. Salah satu novel yang akan dibahas dalam penulisan ini berjudul "Perempuan dan Kebangsaan" adalah karya dari Idrus, yang terbit pada tahun 1949, bukan sekadar cerita fiksi biasa. Karya ini menceritakan bagaimana persahabatan mereka mengalami tantangan dan kehilangan di tengah peristiwa bersejarah seperti agresi Belanda pada tahun 1947.
ADVERTISEMENT
Profil Penulis
Abdullah Idrus atau yang kerap disapa dengan Idrus merupakan seorang sastrawan, novelis, cerpenis serta menjadi penerjemah karya sastra. Idrus lahir di Padang, Sumatera Barat pada tanggal 21 September 1921 dan meninggal pada tanggal 18 Mei 1979. Idrus mengenal dunia sastra sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama dan sudah rajin membaca novel maupun roman Eropa bahkan, Idrus juga sudah menulis cerita pendek. Idrus sempat menjadi redaktur di Balai Pustaka dari tahun 1943 hingga 1949 dan juga redaktur di majalah Indonesia dan Kisah. Menurut H.B. Jassin, Idrus adalah sastrawan yang dapat dianggap sebagai pelopor prosa Indonesia Angkatan 45, meskipun Idrus sendiri menolak pengakuan tersebut. H.B. Jassin menganggapnya sebagai pembaharu dalam dunia prosa karena karyanya yang sederhana, realistis, bahkan naturalis, dengan sindiran yang tajam.
ADVERTISEMENT
Karakter Tokoh Nirwan
Nirwan adalah seorang redaktur di kantor penerbitan, memiliki kepribadian tidak percaya diri saat mengetahui rekan-rekan kerjanya adalah sastrawan-sastrawan terkenal. Namun pada akhirnya, ia menjalin persahabatan dengan salah satu rekan di kantornya bernama Hasil, seorang sastrawan terkenal yang pendiam dan rendah hati. Hasil selalu membimbing Nirwan dalam mengembangkan karyanya, meskipun Nirwan merasa terbatas oleh pandangan dan arahan dari Hasil. Walaupun, mereka sering bersama akan tetapi, mereka memiliki pandangan yang berbeda tentang masalah kebangsaan.
Merasa perlu mendapatkan kebebasan intelektual, pada akhirnya Nirwan memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat kerjanya. Setelah itu, ia pindah ke Malang untuk mencari ketenangan. Pada saat di Malang, ia berteman dengan Katab. Setelah beberapa waktu, Hasil datang ke Malang untuk menjalankan pekerjaannya. Pada saat itu juga Hasil kembali bertemu dengan Nirwan, kemudian Hasil mendorong Nirwan untuk kembali bekerja ke Jakarta. Sekembalinya di Jakarta, Nirwan memilih untuk bekerja mandiri tanpa menerima bimbingan dari Hasil dan secara diam-diam mengirimkan tulisannya ke berbagai media.
ADVERTISEMENT
Ketika agresi Belanda terjadi pada tahun 1947, Nirwan kehilangan pekerjaannya dan memutuskan untuk bekerja dengan orang Belanda, hal ini menjadi penyebab persahabatannya dengan Hasil berakhir. Dengan demikian, perjalanan hidup Nirwan menggambarkan pencariannya akan jati diri dan kebebasan intelektual, meskipun harus menghadapi konflik dan kehilangan dalam persahabatannya.
Karakter Tokoh Hasil
Hasil adalah seorang sastrawan terkenal sekaligus menjadi sahabat kerja Nirwan di kantor penerbitan. Dikenal sebagai pribadi yang pendiam, rendah hati, dan tidak angkuh, Hasil dengan senang hati selalu membimbing Nirwan, yang baru bergabung sebagai redaktur. Meskipun reputasinya sangat baik di dunia sastra, Hasil tetap sederhana dan terbuka terhadap orang lain.
Melihat potensi Nirwan, Hasil memberikan kritik yang konstruktif dan membangun terhadap karya-karya Nirwan, membantu mengasah keterampilannya. Hubungan mereka berkembang menjadi persahabatan yang erat, meskipun mereka sering berbeda pandangan mengenai masalah kebangsaan. Hasil memiliki pandangan yang kuat dan tegas tentang kebangsaan, yang terkadang dianggap terlalu dogmatis oleh Nirwan.
ADVERTISEMENT
Sebagai seorang yang kritis terhadap sastra, Hasil mampu menyampaikan pandangannya dengan tajam dan analitis. Ia tidak hanya membimbing Nirwan dalam hal teknis penulisan, tetapi juga dalam memahami makna yang lebih dalam dari karya-karya sastra. Meskipun sering berbeda pendapat, Hasil selalu menghargai kritik dari Nirwan, menunjukkan keterbukaan dalam menerima pandangan orang lain.
Ketika mereka kembali bertemu di Malang, sebagai teman yang setia, Hasil membantu Nirwan untuk mendapatkan pekerjaan baru sebagai redaktur di Jakarta. Namun, Hasil menghormati keinginan Nirwan untuk bekerja mandiri tanpa pengaruhnya. Ketika agresi Belanda terjadi pada tahun 1947 dan banyak kantor ditutup, hubungan mereka renggang karena Nirwan memilih bekerja dengan orang Belanda. Dengan demikian, Hasil tetap menjadi sosok penting dalam perjalanan hidup Nirwan, memberikan bimbingan dan dukungan di masa-masa penting dalam karier dan kehidupannya.
ADVERTISEMENT