Konten dari Pengguna

Menjelajahi Kemolekan Majas dalam Cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga"

Selvi Ramah Hadi
Mahasisiwi Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
29 Juli 2024 17:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvi Ramah Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Dokumen Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Dokumen Pribadi
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Majas atau gaya bahasa, merupakan metode khusus dalam penggunaan bahasa yang bertujuan untuk menyampaikan maksud dengan cara yang lebih menarik, indah, atau efektif. Menurut Nurgiantoro, majas adalah penggunaan bahasa yang tidak hanya mengikuti makna harfiah kata-kata, tetapi juga menambahkan makna tersirat atau kiasan untuk menciptakan efek yang lebih kaya dan menarik dalam pengungkapan ide atau perasaan. Tujuan penulisan artikel ini, untuk menjelajahi kemolekan majas dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-bunga" karya dari seorang sastrawan bernama Kuntowijoyo.
ADVERTISEMENT
Pada kutipan di atas merupakan majas metafora, untuk menggambarkan kehidupan sebagai sesuatu yang penuh keindahan, warna, dan makna. Seperti bunga yang melalui tahapan tumbuh, mekar, dan layu. Keindahan dan kelembutan bunga mencerminkan momen-momen bahagia dan tantangan dalam hidup yang perlu dirawat dan dihargai. Dengan berbagai bentuk dan warna, bunga melambangkan keragaman pengalaman dan keunikan individu dalam kehidupan, yang semuanya memperkaya dan memberi makna mendalam pada kehidupan.
Kutipan di atas merupakan majas simile, yang membandingkan senyuman dengan bunga menggunakan kata "seperti" untuk menggambarkan keindahannya. Dengan perbandingan ini, senyuman diharapkan memiliki keindahan, keceriaan, serta daya tarik yang mirip dengan bunga. Sama seperti bunga yang menyebarkan keindahan dan kebahagiaan di sekelilingnya, senyuman yang diibaratkan sebagai bunga diharapkan dapat membawa keceriaan dan menyegarkan suasana. Majas ini menekankan keinginan agar senyuman seseorang tidak hanya terlihat menarik tetapi juga memberikan dampak positif seperti bunga.
ADVERTISEMENT
Pada kutipan di atas merupakan majas hiperbola, yang menggunakan pernyataan berlebihan untuk menggambarkan suhu matahari yang sangat panas. Dalam hal ini, kata tersebut menggambarkan suhu terik dengan menyebut matahari seolah-olah membakar, padahal secara harfiah tidak demikian. Penggunaan hiperbola ini bertujuan untuk memberikan kesan dramatis dan kuat tentang betapa panasnya cuaca di luar, sehingga pembaca atau pendengar merasakan intensitas panas dengan lebih mendalam dibandingkan hanya dengan menyebutkan suhu tinggi secara sederhana.
Pada kutipan di atas merupakan majas personifikasi, di mana bayang-bayang diberikan sifat manusia dengan cara seolah-olah dapat "melekat" di dalam air. Biasanya, bayang-bayang tidak bisa menempel, tetapi penggunaan personifikasi ini menciptakan gambaran yang lebih hidup dan menarik dengan memberi kesan bahwa bayang-bayang memiliki kemampuan untuk tetap berada di dalam air seperti halnya benda hidup.
ADVERTISEMENT
Demikian, berbagai jenis majas dalam cerpen "Dilarang Mencintai Bunga-Bunga" karya Kuntowijoyo. Penggunaan majas ini tidak hanya memperindah cerita, tetapi juga menarik pembaca untuk menyelami cerita dengan lebih mendalam. Oleh karena itu, majas sangat berguna untuk menyampaikan ide cerita secara kreatif dalam karya sastra.