Konten dari Pengguna

Mengenal Hipokondria: Penyebab, Gejala, dan Pengobatannya

Selvy
Saya adalah seorang mahasiswa berusia 20 tahun yang tengah menapaki perjalanan akademik di salah satu universitas ternama di Indonesia.Melewati setiap jengkal perkembangan dan pertumbuhan,saya telah belajar untuk menjalani hidup dengan semangat muda.
7 Desember 2024 15:49 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvy tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi hipokordia : di buat sendiri oleh penulis di sebuah aplikasi
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi hipokordia : di buat sendiri oleh penulis di sebuah aplikasi
ADVERTISEMENT
APA ITU HIPOKONDRIA ?
Dilansir dari artikel medis yang bertajuk, ”Hipokondria (Kecemasan Terhadap Penyakit)” menjelaskan bahwa, hipokondria adalah gangguan kecemasan yang membuat pengidapnya percaya bahwa mengidap penyakit serius dapat mencemaskan kesehatannya secara berlebihan. Kecemasan berlebihan akan membuat kondisi kesehatan pada pengidap hipokondria sering kali tidak hilang, meski dokter sudah menyatakan bahwa mereka dalam keadaan sehat. Beberapa orang dengan pengidap hypochondria mungkin memiliki penyakit fisik. Namun, karena ganggua tersebut, mereka akan merasa kondisinya lebih parah dari yang sebenarnya. Kondisi ini termasuk kedalam katagori gangguan kecemasan dan dapat mengganggu aktivitas sehari-hari.
ADVERTISEMENT
GEJALA HIPOKONDRIA
Nah selanjutnya, ada gejala dari hipokondria. Hipokondria membuat penderitanya percaya bahwa keluhan ringan yang di alami dapat membahayakan kesehatannya. Contohnya seperti, batuk pilek yang dialami bisa dianggap sebagai gejala kanker paru-paru.
Lalu hipokondria juga dapat menimbulkan gejala mental dan perubahan perilaku pegidapnya, antara lain seperti mengalami gangguan tidur. Pengidap hipokondria akan terus-menerus mencemaskan kondisi kesehatannya sehingga ia sulit untuk tidur. Selain itu, pengidap hipokondria cenderung menghindari orang, tempat, atau kegiatan tertentu dengan alasan khawatir akan menularkan penyakir serius. Hal ini membuat pengidap akan bertindak dengan cara membuat janji dengan dokter berkali-kali untuk memastikan adanya penyakit serius walaupun hasilnya selalu nihil. Pada intinya, ini semua akan merugikan si penderita dan merugikan banyak orang karena akan muncul maslah hubungan sosial yang kompleks serta rumit.
ADVERTISEMENT
PENYEBAB HIPOKONDRIA
Sampai saat ini masih belum ada kepastian mengenai apa saja yang menyebabkabn seseorang mengidap mengidap hipokondria. Namun, ada beberapa faktor yang kaitannya erat dengan gejala hipokondria seperti, pengidap memiliki riwayat penyakit berkepanjangan (kronis) pada masa kanak-kanak, pernah kehilangan orang yang dicintai akibat penyakit yang parah, pernah mengalami kekerasan fisik atau semacamnya, dan lain sebagainya. Dari beberapa faktor tersebut dapat menyebabkan trauma yang mendalam bagi para pengidap sehingga mereka cenderung ‘terkekang’ dalam zona itu.
DIAGNOSIS HIPOKONDRIA
Berdasarkan artikel medis yang berjudul, “Hipokondria: Gejala – Penyebab dan Pengobatan”, menyatakan bahwa untuk mendiagnosis hipokondria, dokter akan merujuk gejala yang dialami pada daftar yang terdapat di Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM). Dokter akan membuat diagnosis atau merujuk ke ahli kesehatan jiwa seperti psikolog atau psikiater. Ketakutan yang tak kunjung hilang bahwa mengidap kondisi kesehatan serius atau sedang dialaminya merupakan gejala utama dari hipokondria. Dokter akan melakukan pemeriksaan seperti tanya jawab, pemeriksaan fisik dan kejiwaan, serta pemeriksaan penunjang.
ADVERTISEMENT
Selanjutnya, dokter akan memastikan kepada Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM) 5, untuk memastikan diagnosis hipokondria. Pasien dapat didiagnosis hipokondria jika memiliki kriteria sebagai berikut ini:
• kecemasan berlebihan terhadap kesehatannya dan percaya bahwa dirinya menderita penyakit yang mengancam jiwa
• Gejala somatik tidak muncul dan hanya ringan, misalnya rasa khawatir terkena penyakit tertentu yang diturunkan dari keluarga
• kecemas berlebihan terhadap kondisi atau situasi yang dipercaya dapat membahayakan dirinya
• Perilaku berlebihan, misalnya berulang kali memeriksa kondisi diri sendiri yang dianggap sebagai gejala penyakit tertentu
• Tanda dan gejala tersebut berlangsung setidaknya selama 6 bulan
• Gejala tersebut bukan disebabkan oleh gangguan mental lain
Setelah diagnosis ditetapkan, dokter dapat menentukan tipe hipokondria yang diderita oleh pasien, yaitu:
ADVERTISEMENT
• Care seeking (mencari pengobatan)
Penderita hipokondria ini sering menjalani tes kesehatan walaupun hasil tes menunjukkan bahwa kondisinya normal. Pemeriksaan berulang dilakukan karena mengira bahwa dokter sebelumnya salah mendiagnosis gejala yang dialaminya.
• Care avoidant (menghindari perawatan)
Penderita hipokondria ini menghindari pemeriksaan dokter karena sering kali tidak percaya dengan hasilnya. Penderita kecemas bila pemeriksaan menunjukkan bahwa pasien tersebut menderita penyakit parah, seperti kanker, dll.
PENGOBATAN HIPOKONDRIA
Dalam pengobatan hipokondria, hanya dapat membantu mengendalikan kecemasan tentang kesehatan dan meningkatkan kemampuan dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Psikoterapi atau yang biasa disebut terapi wicara dapat membantu menangani hipokondria. Terkadang obat juga ditambahkan dalam terapi.
PENCEGAHAN HIPOKONDRIA
Hipokondria tidak selalu dapat dicegah. Tapi ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk menurunkan risiko terjadinya hipokondria, yaitu melakukan pemeriksaan diri ke dokter bila merasa cemas dalam intensitas yang berlebih agar mendapat penanganan yang tepat. Selain itu, pengelolaan stres yang baik juga dapat membantu mengurangi resiko hipokondria. Menghindari terlalu sering membaca artikel medis juga dapat membantu, jika hal ini sering dilakukan akan menimbulkan self diagnosis sehingga dapat menumbuhkan perasaan cemas.
ADVERTISEMENT
Jadi itu dia, guys, beberapa pemaparan supaya kita mengenal lebih dekat tentang hipokondria. Ternyata cukup serius juga, yah. Pentingnya untuk menerapkan pola hidup sehat, selain itu segera konsultasikan diri kepada tenaga ahli jika terjadi sesuatu untuk menghindari self diagnosis. Salam sehat!
Selvy - Prodi Sarjana Akuntansi - Universitas Pamulang