Konten dari Pengguna

Jejak Melayu dalam Sejarah Bahasa Indonesia: Bahasa Persatuan Bangsa

Selvy Mey Ananta
Mahasiswa S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Muhammadiyah A.R Fachrudin
7 April 2025 11:06 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Selvy Mey Ananta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Bahasa Indonesia adalah bahasa nasional yang sekaligus menjadi simbol persatuan bangsa. Sejarah Bahasa Indonesia tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan hasil dari proses historis panjang yang berkaitan erat dengan peran Bahasa Melayu sebagai lingua franca di kawasan Asia Tenggara sejak berabad-abad lalu. Artikel ini akan membahas sejarah, perkembangan, dan peran penting Bahasa Indonesia dalam membentuk identitas nasional serta menyatukan lebih dari 700 suku bangsa di Nusantara.

Gambar Peta Penyebaran Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca di Kawasan Nusantara Sumber: Ilustrasi oleh penulis (modifikasi peta Asia Tenggara)
zoom-in-whitePerbesar
Gambar Peta Penyebaran Bahasa Melayu Sebagai Lingua Franca di Kawasan Nusantara Sumber: Ilustrasi oleh penulis (modifikasi peta Asia Tenggara)
ADVERTISEMENT
Sejarah Bahasa Indonesia: Akar Bahasa Melayu Sejak Abad ke-7
ADVERTISEMENT
Bahasa Melayu telah digunakan secara luas sejak abad ke-7, terbukti dari Prasasti Kedukan Bukit (683 M) yang berasal dari Kerajaan Sriwijaya. Prasasti ini ditulis dalam aksara Pallawa dan Bahasa Melayu Kuno yang sangat dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta, menandai awal peran bahasa ini dalam administrasi dan agama di wilayah maritim Nusantara.
Pada abad ke-15, Kesultanan Malaka memperkuat posisi Bahasa Melayu sebagai bahasa resmi kerajaan dan perdagangan. Masuknya Islam membawa tambahan kosakata dari bahasa Arab dan Persia, seperti “ilmu”, “hukum”, dan “hakim”. Sebagai pusat perdagangan internasional, Malaka menjadikan Bahasa Melayu bahasa utama dalam interaksi antarbudaya dan antaretnis (Pusposari, 2017).
Mengapa Bahasa Melayu yang Dipilih?
Pemilihan Bahasa Melayu sebagai dasar Bahasa Indonesia bukan keputusan sembarangan. Bahasa Melayu memiliki tiga keunggulan utama:
ADVERTISEMENT
• Struktur sederhana, mudah dipelajari oleh berbagai kelompok etnis.
• Penyebaran luas sejak era Sriwijaya dan Majapahit.
• Netralitas etnis, tidak terkait dengan satu kelompok dominan tertentu.
Karya sastra seperti Hikayat Hang Tuah dan Syair Siti Zubaidah menunjukkan bahwa Bahasa Melayu sudah mapan dalam ranah sastra dan intelektual jauh sebelum diadopsi menjadi Bahasa Indonesia. Selain itu, keberadaan naskah-naskah klasik berbahasa Melayu membuktikan stabilitas dan daya guna bahasa ini dalam berbagai konteks kebudayaan dan administrasi.
Bahasa Melayu dalam Masa Kolonial
Pada masa kolonial Belanda, Bahasa Melayu digunakan di sekolah bumiputra tingkat dasar dan dalam beberapa administrasi terbatas. Pemerintah kolonial juga menerbitkan kamus dan buku pelajaran seperti Kitab Logat Melajoe. Meski demikian, mereka tetap mempertahankan bahasa Belanda sebagai bahasa utama dalam pemerintahan tinggi.
ADVERTISEMENT
Bahasa Melayu juga menjadi bahasa pers dalam terbitan-terbitan awal seperti Medan Prijaji, yang berperan besar dalam membangkitkan kesadaran nasional. Bahasa ini menjadi sarana perjuangan, baik dalam pendidikan, literatur, maupun media massa.
Sumpah Pemuda 1928: Titik Balik Bahasa Persatuan
Sumpah Pemuda menjadi tonggak utama dalam sejarah lahirnya Bahasa Indonesia. Pada Kongres Pemuda II, tanggal 28 Oktober 1928, dicetuskan:
Tokoh penting seperti M. Tabrani telah mengusulkan penggunaan istilah “Bahasa Indonesia” untuk menggantikan “Bahasa Melayu” sejak Kongres Pemuda I tahun 1926. Pemilihan nama baru ini mencerminkan strategi kebahasaan yang bertujuan membangun identitas nasional yang bersifat universal dan bebas dari dominasi etnis tertentu.
Bahasa Indonesia Pasca Kemerdekaan
ADVERTISEMENT
Setelah diresmikan sebagai bahasa negara melalui Pasal 36 UUD 1945, Bahasa Indonesia mengalami perkembangan pesat. Pemerintah mendirikan lembaga seperti Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa untuk mengembangkan kosakata baru dan menyusun pedoman bahasa baku.
Bahasa Indonesia menyerap kosakata dari berbagai bahasa:
• Belanda: kantor, jendela, kursus
• Inggris: teknologi, komputer, globalisasi
• Arab: ilmu, adil, hakim
• Sanskerta: bahasa, pustaka, cita
Perkembangan media massa dan sistem pendidikan mempercepat standarisasi Bahasa Indonesia di seluruh penjuru negeri.
Perbedaan Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu Modern
Meski berasal dari akar yang sama, Bahasa Indonesia dan Bahasa Melayu yang digunakan di Malaysia, Brunei, dan Singapura berkembang dalam konteks sosial dan politik yang berbeda. Berikut perbedaan penting antara keduanya:
ADVERTISEMENT
Pengaruh kolonial Belanda di Indonesia dan Inggris di Malaysia menjadi faktor utama perbedaan ini. Di Indonesia, penyerapan kata asing lebih terbuka, sementara Malaysia menerapkan kebijakan pemurnian bahasa.
Bahasa Indonesia di Era Digital
Di tengah kemajuan teknologi dan globalisasi, Bahasa Indonesia menghadapi berbagai tantangan sekaligus peluang. Beberapa tantangan yang muncul antara lain:
Namun, perkembangan digital juga membawa banyak manfaat, seperti:
ADVERTISEMENT
Selain itu, Bahasa Indonesia kini juga digunakan dalam berbagai hal seperti diplomasi, film, musik, dan program pertukaran pelajar di luar negeri. Saat ini, Bahasa Indonesia telah diajarkan di lebih dari 54 negara melalui lebih dari 300 lembaga pendidikan dan diikuti oleh sekitar 172.000 pelajar asing. Bahkan, pada November 2023, Bahasa Indonesia resmi diakui sebagai salah satu bahasa resmi dalam Sidang Umum UNESCO. Capaian ini menunjukkan bahwa Bahasa Indonesia semakin dikenal dan digunakan di berbagai belahan dunia, serta menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia secara global.
ADVERTISEMENT
Bahasa Indonesia sebagai Alat dan Simbol Persatuan
Dengan lebih dari 700 bahasa daerah, Indonesia merupakan salah satu negara paling multibahasa di dunia. Dalam konteks ini, Bahasa Indonesia berperan sebagai alat pemersatu nasional, sekaligus identitas kolektif bangsa. Bahasa ini menjadi pengantar pendidikan, pemerintahan, dan media. Bahasa Indonesia juga memfasilitasi mobilitas sosial dan kesetaraan, dengan menyediakan akses bahasa yang seragam bagi seluruh warga negara.
Mempelajari sejarah dan perkembangan Bahasa Indonesia membantu kita memahami bagaimana bahasa ini tumbuh dari akar Bahasa Melayu menjadi bahasa persatuan seluruh bangsa Indonesia. Bahasa Indonesia bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga bagian penting dari identitas nasional. Dalam perjalanannya, bahasa ini terus berkembang mengikuti perubahan zaman dan menjadi penghubung di tengah keragaman budaya. Mempelajari perjalanan historis ini memungkinkan kita untuk memahami dinamika sosial-politik yang membentuk bahasa nasional, serta mengapresiasi peran strategis Bahasa Indonesia dalam menjaga keberagaman dan mendorong kemajuan di tengah arus globalisasi. Karena itu, menjaga dan mengembangkan Bahasa Indonesia adalah tanggung jawab bersama agar tetap relevan di masa depan.
ADVERTISEMENT
Sumber Referensi:
ADVERTISEMENT