Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.101.0
Konten dari Pengguna
Dampak Kenaikan Dolar Terhadap Pembangunan Infrastruktur di Indonesia
21 April 2025 16:59 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Syafier S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat (USD) terhadap rupiah menjadi salah satu isu penting yang memengaruhi perekonomian nasional, termasuk sektor pembangunan infrastruktur. Di tengah komitmen pemerintah untuk mempercepat pembangunan jalan sebagai bagian dari konektivitas nasional, fluktuasi dolar membawa tantangan tersendiri. Namun, apakah kondisi ini hanya menjadi ancaman, atau justru menyimpan peluang bagi Indonesia?

Kenaikan Dolar dan Ketergantungan pada Impor
ADVERTISEMENT
Sektor infrastruktur jalan di Indonesia masih sangat bergantung pada barang dan material impor, seperti:
Dengan kenaikan nilai dolar, biaya impor barang-barang tersebut ikut melonjak. Ini berdampak langsung pada peningkatan biaya proyek jalan nasional maupun daerah. Proyek yang sudah direncanakan dengan anggaran tertentu bisa mengalami penyesuaian waktu atau kualitas akibat pembengkakan biaya.
Ancaman terhadap Keberlangsungan Proyek Jalan
Beberapa dampak nyata dari kenaikan dolar terhadap proyek infrastruktur jalan antara lain:
Keterlambatan Proyek
Lonjakan harga material dan alat menyebabkan proses pengadaan menjadi lebih lambat. Kontraktor harus melakukan penyesuaian anggaran atau menunggu evaluasi ulang dari pemerintah.
Efisiensi Terancam
Untuk menekan biaya, kontraktor bisa saja memilih material dengan kualitas lebih rendah atau mengurangi tenaga kerja, yang berdampak pada kualitas jalan.
ADVERTISEMENT
Kesenjangan Regional
Daerah yang minim pendanaan akan lebih rentan terdampak karena ketergantungan pada Dana Alokasi Khusus (DAK) yang jumlahnya tetap, sementara biaya proyek naik.
Peluang di Balik Ancaman
Meski tampak sebagai hambatan, kenaikan dolar juga membuka beberapa peluang strategis bagi penguatan sektor infrastruktur jalan:
Dorongan untuk Substitusi Impor
Pemerintah dan swasta mulai melirik pengembangan material dalam negeri, seperti:
Inovasi Teknologi dan Efisiensi Biaya
Kenaikan biaya mendorong pelaku industri konstruksi jasa pengaspalan untuk lebih inovatif dalam metode pembangunan, seperti:
Percepatan Investasi Dalam Negeri
Fluktuasi global mendorong pemerintah membuka lebih banyak peluang investasi infrastruktur melalui skema KPBU (Kerja Sama Pemerintah dan Badan Usaha) yang berbasis rupiah, untuk mengurangi ketergantungan pada utang luar negeri.
ADVERTISEMENT
Langkah Strategis Pemerintah
Untuk merespons tantangan ini, pemerintah telah mengambil beberapa langkah seperti:
Contoh Relevansi di Lapangan
1. Proyek Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi–Sumedang–Dawuan)
Proyek jalan tol ini sempat mengalami penundaan pada beberapa tahap penyelesaian, salah satunya karena kenaikan harga material konstruksi. Beberapa komponen seperti aspal modifikasi dan baja ringan yang diimpor dari luar negeri mengalami kenaikan harga signifikan akibat pelemahan rupiah terhadap dolar. Hal ini menyebabkan kontraktor harus melakukan revisi anggaran dan penyesuaian teknis.
2. Penggunaan Aspal Buton (Asbuton) di Proyek Jalan Nasional
Sebagai respons terhadap kenaikan dolar, Kementerian PUPR mendorong penggunaan Aspal Buton (Asbuton) sebagai alternatif pengganti aspal impor. Contohnya, proyek perbaikan jalan nasional di Sulawesi Tenggara dan sebagian wilayah Sumatera mulai menggunakan Asbuton sebagai bahan utama. Hal ini menunjukkan upaya pemerintah mengurangi ketergantungan pada impor dan memperkuat industri lokal.
ADVERTISEMENT
3. Efisiensi pada Proyek Revitalisasi Jalan di Kalimantan Timur
Proyek perbaikan jalan antarkabupaten di Kalimantan Timur mengalami revisi skema kerja. Untuk menghemat biaya akibat naiknya nilai tukar, pemerintah daerah beralih ke teknologi cold paving (pengaspalan dingin) dan penggunaan alat berat lokal yang lebih hemat bahan bakar serta tidak tergantung pada suku cadang impor. Langkah ini juga mempercepat proses konstruksi dengan biaya lebih efisien.
Kesimpulan
Kenaikan dolar memang memberikan tekanan terhadap sektor pembangunan infrastruktur jalan di Indonesia. Namun, dengan strategi yang tepat, kondisi ini juga bisa menjadi momentum untuk memperkuat industri lokal, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan efisiensi proyek. Ancaman bisa berubah menjadi peluang—tergantung pada kesiapan pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat dalam merespons dinamika global ini.