Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Yuk, Mengenal Lebih Dalam Tentang Solomon Paradox!
11 Desember 2022 19:45 WIB
Tulisan dari Sephina Sudrajat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Manusia adalah makhluk sosial. Artinya, kita tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan orang lain. Dalam diri manusia, terdapat sebuah dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain. Hal ini berlaku terhadap setiap manusia. Sebagai contoh kecil, kita tidak dapat mencapai sesuatu hal yang kita inginkan tanpa bantuan orang lain, salah satunya ketika menyelesaikan suatu masalah. Terkadang kita membutuhkan masukan atau nasihat orang di sekitar kita. Begitu pula sebaliknya sehingga tidak jarang rekan, kenalan, atau teman akan meminta kita memberikan masukan atau saran mengenai tindakan yang mereka lakukan. Hal ini disebabkan oleh manusia yang cenderung menginginkan pendapat dari berbagai sudut pandang sebelum memutuskan hal yang harus dilakukan.
ADVERTISEMENT
Pernahkah kalian menyadari bahwa terkadang lebih mudah memberikan nasihat atau masukan kepada orang lain ketika mereka dalam masalah, tetapi ketika kita ingin menerapkannya pada diri sendiri, hal ini justru menjadi sulit? Jika kalian mengalami hal tersebut, artinya kalian mengalami situasi yang disebut sebagai Solomon’s Paradox atau Paradoks Solomon.
Asal Usul Solomon Paradoks
Istilah Solomon Paradoks pertama kali dipopulerkan oleh Igor Grossman, seorang ilmuwan psikologi dari University of Waterloo di Kanada dan Ethan Kross, seorang profesor psikologi dari University of Michigan. Igor Grossman dan Ehan Kross terinspirasi oleh kisah seorang raja, yaitu Raja Solomon. Raja Solomon merupakan pemimpin ketiga Bangsa Israil yang berkuasa pada abad 970-931 SM. Raja Solomon terkenal dengan kebijaksanaannya. Oleh karenanya, banyak pihak dari berbagai penjuru negeri memutuskan untuk menemuinya demi mendengar nasihat atau petuahnya. Namun, meskipun Raja Solomon dianggap bijak ketika mengambil keputusan atas permasalahan orang lain, Raja Solomon mengalami kesulitan dalam membuat keputusan terhadap permasalahannya sendiri. Hal tersebut berakibat pada kerajaan Raja Solomon yang berada pada ambang kehancuran.
ADVERTISEMENT
Penyebab Solomon Paradoks
Berdasarkan penjelasan Grossman, Solomon Paradoks ditandai dengan fenomena di mana kita dapat menjadi lebih bijaksana memberikan nasihat terhadap permasalahan yang dihadapi orang lain, tetapi mengalami kesulitan ketika menerapkannya kepada diri sendiri. Mengapa hal tersebut kerap terjadi? Hal ini dikarenakan kita memposisikan diri kita pada sudut pandang pihak ketiga, yaitu posisi kita tidak mengalami permasalahan tersebut secara langsung.
Untuk menguji Solomon Paradoks secara lebih lanjut, Grossman dan Kross melakukan sebuah penelitian kepada hampir 700 partisipan yang memiliki perbedaan usia cukup kontras. Berdasarkan pengujian yang telah dilakukan, hasilnya berbeda dengan anggapan umum di tengah masyarakat bahwa semakin bertambahnya usia, seseorang akan menjadi semakin bijak. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kebijaksanaan yang dialami oleh seseorang yang berusia lebih tua atau berusia lebih muda tidak jauh berbeda. Setiap orang memiliki perspektif masing-masing, terutama jika dihadapkan dengan permasalahan pribadi. Setiap orang berpotensi menjadi lebih sensitif dan sulit mengambil keputusan untuk diri sendiri. Hal tersebut tidak memandang fakta bahwa orang tersebut berusia lebih tua atau lebih muda.
ADVERTISEMENT
Sebaliknya, ketika seseorang diminta pendapatnya mengenai masalah yang dialami orang lain, seseorang menjadi lebih bijak karena memisahkan diri dari masalah tersebut. Akibat yang timbul dari pemisahan diri tersebut, seseorang dapat berpikir lebih jernih dan mampu mengambil sebuah keputusan. Seseorang akan berusaha lebih berhati-hati dalam memikirkan solusi yang akan diberikan karena solusi tersebut menyangkut orang lain dan mempertimbangkan berbagai saran, juga keputusan yang akan diberikan.
Cara Mengatasi Solomon Paradoks
Bagaimana cara mengatasi atau menghadapi Solomon Paradoks? Menurut Grossman terdapat berbagai langkah yang dapat dicoba untuk mengatasi fenomena Solomon Paradoks.
1. Berusaha berpikir lebih positif
Sebagaimana kita mencoba berpikir jernih dan mengambil keputusan sebaik mungkin untuk permasalahan yang dihadapi orang lain, kita harus mencoba menerapkan hal ini kepada diri sendiri. Seperti yang kita ketahui, suatu masalah tidak akan selesai jika kita terlarut di dalamnya. Kita harus berpikir positif ketika menghadapi permasalahan dan meyakini bahwa pada setiap permasalahan, terdapat solusi.
ADVERTISEMENT
2. Memposisikan diri sebagai pihak ketiga
Cara lain yang dapat kita terapkan untuk mengatasi Solomon Paradoks adalah memberikan sugesti kepada diri sendiri bahwa kita adalah pihak ketiga. Dengan demikian, kita dapat lebih mudah menganalisis masalah melalui sudut pandang lain sehingga dapat menyelesaikan permasalahan tersebut.
3. Take action
Terlarut dalam sebuah permasalahan tidak akan pernah memberikan solusi. Oleh karenanya, kita harus mengambil tindakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Ketika kita sudah mendapatkan gambaran mengenai tindakan yang harus dilakukan, segera lakukan tindakan tersebut. Jangan tenggelam dalam pemikiran-pemikiran yang sulit mengenai hasil yang belum terjadi.
4. Berdoa dan meminta petunjuk kepada Yang Maha Kuasa
Selain berusaha, sebagai manusia, kita juga tidak boleh melupakan hal yang terpenting, yaitu berdoa dan meminta petunjuk kepada Sang Pencipta. Hal tersebut juga berlaku ketika kita sedang menghadapi permasalahan. Selain kita berusaha menyelesaikan permasalahan tersebut atau meminta saran orang lain, kita membutuhkan yang ketenangan spiritual. Dengan beribadah dan berdoa, kita dapat merasa lebih tenang dan dapat berpikir lebih jernih.
ADVERTISEMENT
5. Mencoba fleksibel terhadap segala kemungkinan yang terjadi
Sebagian orang kerap mengatakan bahwa salah satu hal yang dapat kita lakukan ketika menghadapi masalah adalah bersiap dengan segala kemungkinan yang akan terjadi, termasuk kemungkinan terburuk. Saran ini cukup berbeda dan kontras dengan saran pertama yang diberikan, yaitu berusaha berpikir positif. Namun, tidak ada salahnya mempersiapkan solusi alternatif apabila seandainya masalah yang ingin kita selesaikan tidak berakhir sesuai dengan ekspektasi. Walaupun terkesan pasrah, menerima dengan lapang dada hasil terburuk yang akan terjadi termasuk cara yang ampuh apabila kita ingin menyelesaikan suatu masalah. Dampak positif dari langkah ini adalah kita dapat berpikir lebih jernih mengenai langkah yang harus dilakukan selanjutnya.
reference
Grossman, I., & Kross, E. 2014. Solomon’s Paradox: Self-Distancing Eliminates the Self-Other Asymmetry in Wise Reasoning About Close Relationships in Younger and Older Adults. Journal of Psychological Science.
ADVERTISEMENT
Hemanth. (2022, July 24). Solomon’s paradox: Do you really take your own advice?
Xu, W., Zhang, K., & Wang, F. (2022). The psychological mechanisms underlying Solomon’s paradox: Impact of mood and self-transcendence.