Konten dari Pengguna

TBC di Era COVID-19 Adalah Sebuah Tantangan

Septa Ryan Ellandi
Mahasiswi Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia
2 Juli 2021 13:53 WIB
·
waktu baca 3 menit
clock
Diperbarui 13 Agustus 2021 13:53 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Septa Ryan Ellandi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Satu tahun sudah Virus Corona menyerang Indonesia sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus positif pertama di bulan Maret 2020.
ADVERTISEMENT
Total kasus Covid-19 di Indonesia hingga saat ini telah mencapai 2 jutaan kasus. Sudah banyak juga yang meninggal termasuk tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat, dan staf medis lainnya.
Seperti Covid-19 yang menyerang paru-paru, Tuberkulosis atau yang lebih dikenal dengan TBC juga dapat menyasar organ paru-paru, meskipun penyakit ini masih dapat ditemukan pada organ tubuh lainnya seperti mata, kulit, dan tulang.
Data Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 menunjukkan jumlah kasus TB Paru mencapai lebih dari 1 juta kasus.
Foto: pixabay.com
Antara Covid maupun TBC, keduanya sama-sama menakutkan. Kedua penyakit ini dapat menular melalui droplets/cipratan liur dalam jarak dekat.
Lalu apa bedanya?
Bedanya adalah, Covid yang mengganggu pernapasan itu disebabkan oleh virus yang bernama SARS-CoV-2 dengan pengobatan yang belum ditemukan. Sedangkan TBC yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis pengobatannya dan juga vaksinnya sudah jelas ada.
ADVERTISEMENT
Meskipun TBC itu dapat dicegah dan diobati, penyakit ini tetaplah menakutkan. Mengapa? Karena TBC ini merupakan salah satu penyakit mematikan di dunia.
Di Indonesia, diperkirakan satu orang tertular bakteri TBC tiap 30 detiknya. Dan perkiraan akan kematiannya sebanyak 13 orang per jam.
Di era Covid 19 seperti sekarang ini, penderita TBC lebih rentan tertular Covid. Jika TBC ini belum berhasil dikendalikan, maka belum tentu penyakit ini bisa berakhir pada tahun 2035 seperti yang ditargetkan pemerintah.
Memang tidak mudah untuk menangani penyakit seperti ini. Banyak sekali tantangan yang harus dihadapi, salah satunya adalah kasus TBC sensitif obat dan kasus TBC resisten obat (TB-RO), yaitu TBC yang telah kebal terhadap Obat Anti TBC (OAT).
ADVERTISEMENT
Di era Covid ini peran kader TB juga terhambat karena anjuran physical distancing dan larangan untuk mengadakan pertemuan.
Selain itu, penularan TB sangat cepat dan pengobatannya lama. Penderita TBC yang menjalani pengobatan lebih dari 6 bulan akan berisiko mengalami TB-Resisten Obat sebanyak 14 kali, dan pasien yang sembuh dari TB tapi kambuh lagi berisiko menjadi TB-RO 12 kali.
Vaksin BCG (Bacillus Calmette–Guérin) merupakan satu-satunya vaksin tersertifikasi yang dipakai untuk mencegah TB. Efek perlindungnnya bervariasi antara 0-80% pada populasi berbeda, baik pada bayi ataupun remaja. Di Indonesia, meskipun diwajibkan untuk suntik BCG, angka kasus TB hanya turun sedikit tiap tahunnya.
Di tengah sulitnya menghadapi pandemi, agenda pemberantasan TB tidak boleh kendor. Penemuan aktif berbasis keluarga dan masyarakat serta peningkatan kolaborasi layanan melalui TB-HIV, TB-DM, Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS), dan Practical Approach to Lung Health (PAL) hendaknya tetap dijalankan.
ADVERTISEMENT
Kerja sama pemerintah dan masyarakat juga penting untuk memberantas TBC di Indonesia. Salah satu aksi nyata pemerintah bersama masyarakat adalah pelaksanaan rembuk desa siaga Tuberkulosis di kabupaten Garut yang dilaksanakan pada 18 Agustus 2020 lalu.
Kegiatan ini diselenggarakan dalam rangka menindaklanjuti Rapat Terbatas Eliminasi TBC pada tanggal 20 Juli 2020 dan Pencanangan Gerakan Bersama menuju eliminasi TBC 2030 pada tanggal 29 Januari 2020 lalu oleh Presiden Jokowi.
Pelaksanaan kegiatan tersebut dimaksudkan sebagai upaya untuk menyadarkan semua pihak bahwa permasalahan TBC bukan hanya permasalahan di bidang kesehatan saja, tetapi keterlibatan lintas sektor juga diperlukan.
Referensi:
Alawiyah, T. (2020) Tantangan Eliminasi TBC di Tengah Pandemi COVID-19, PR-TB Aisyiyah. Available at: http://www.pr-tbaisyiyah.or.id/tantangan-eliminasi-tbc-di-tengah-pandemi-covid-19/ (Accessed: 18 June 2021).
ADVERTISEMENT
Kemenkes RI (2017) Kebijakan Program Penanggulangan Tuberkulosis Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at: http://www.ljj-kesehatan.kemkes.go.id/pluginfile.php/4602/coursecat/description/Modul Kebijakan Penanggulangan TB 2017.pdf.
Kemenkes RI (2018) Riskesdas Nasional 2018.pdf, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta. Available at: http://labdata.litbang.kemkes.go.id/images/download/laporan/RKD/2018/Laporan_Nasional_RKD2018_FINAL.pdf.
Kemenkes RI (2020) ‘BULETIN ELIMINASI TUBERKULOSIS’. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Available at: https://tbindonesia.or.id/wp-content/uploads/2020/08/Buletin-Eliminasi-TBC_Volum-1_2020_New.pdf.
Komite Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) dan Pemulihan Ekonomi Nasional (2021) Situasi Covid-19 Di Indonesia, covid19.go.id. Available at: https://covid19.go.id/berita/data-vaksinasi-covid-19-update-1-juli-2021(Accessed: 01 July 2021).
Setiyadi, N. A. (2021) Riset: Tuberkulosis resistan obat terus mengancam penduduk Indonesia, mengapa terus berulang?, The Conversation. Available at: https://theconversation.com/riset-tuberkulosis-resistan-obat-terus-mengancam-penduduk-indonesia-mengapa-terus-berulang-132278 (Accessed: 18 June 2021).
Suwarti (2020) Tuberkulosis tetap menyerang saat pandemi coronavirus: 5 fakta TBC yang jarang diketahui di Indonesia, The Conversation. Available at: https://theconversation.com/tuberkulosis-tetap-menyerang-saat-pandemi-coronavirus-5-fakta-tbc-yang-jarang-diketahui-di-indonesia-134560 (Accessed: 18 June 2021).
ADVERTISEMENT