Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Dari Koran ke Layar: Evolusi Jurnalisme di Era Digital
31 Oktober 2024 10:14 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Septi Rizqiana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa dekade lalu, surat kabar menjadi jendela utama untuk mengintip dunia. Setiap pagi, masyarakat menanti koran untuk mendapatkan informasi terkini tentang politik, ekonomi, olahraga, dan budaya. Namun, dengan hadirnya era digital, segalanya berubah. Kini, berita tidak lagi ditunggu; ia hadir langsung dalam genggaman tangan kita. Notifikasi real-time membawa informasi terkini, menjadikan kita selalu terhubung tanpa perlu repot mencarinya.
ADVERTISEMENT
Peralihan ini bukan hanya soal kecepatan, tetapi juga kenyamanan. Berita cetak memiliki batasan ruang, sementara media digital menawarkan konten tanpa batas. Artikel bisa diperbarui secara instan, dilengkapi dengan video, gambar, dan tautan yang memudahkan pembaca untuk menggali informasi lebih dalam. Ini menciptakan pengalaman membaca yang jauh lebih interaktif dan menarik.
"Media digital telah mengubah cara kita mengakses informasi. Sekarang kita tidak perlu menunggu koran datang, kita bisa mendapatkan berita langsung di telapak tangan." - Straubhaar & LaRose (2006)
Namun, transformasi ini juga menciptakan disrupsi dalam industri media. Surat kabar tradisional menghadapi tantangan besar untuk tetap relevan di tengah serbuan media digital. Banyak yang beralih ke format online, tetapi tetap kesulitan mengatasi penurunan pendapatan dari iklan cetak yang telah menjadi tumpuan mereka.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya bentuk medianya yang berubah, tetapi cara kerja jurnalisme juga mengalami pergeseran. Di masa lalu, wartawan memiliki lebih banyak waktu untuk melakukan verifikasi dan memeriksa fakta sebelum berita diterbitkan. Saat ini, ada tekanan untuk menyajikan berita secepat mungkin. “Cepat” menjadi tuntutan utama, yang sering kali mengorbankan akurasi.
Fenomena “clickbait” muncul sebagai dampak negatif dari perkembangan ini. Judul-judul sensasional sering kali digunakan untuk menarik perhatian pembaca, meskipun isi berita tidak selalu sesuai dengan harapan yang dibentuk oleh judul tersebut. Akibatnya, berita yang seharusnya informatif menjadi alat untuk mendapatkan klik sebanyak-banyaknya, menurunkan kepercayaan publik terhadap media.
Meski demikian, kita tidak bisa menafikan bahwa media digital juga membawa banyak keuntungan. Salah satu keunggulan terbesar adalah aksesibilitas. Berita kini bisa diakses oleh siapa saja, kapan saja, dan dari mana saja. Masyarakat di pedesaan atau daerah terpencil yang sebelumnya sulit mendapatkan akses berita kini bisa mengikuti perkembangan informasi dari seluruh dunia melalui internet.
ADVERTISEMENT
Media digital juga memungkinkan partisipasi aktif dari publik. Platform seperti blog, podcast, dan media sosial memberi kesempatan kepada siapa saja untuk berbicara dan berbagi informasi. Ini memperluas ruang publik dan membuka diskusi yang lebih luas tentang isu-isu penting. Namun, tidak semua orang yang menyebarkan informasi memiliki standar jurnalisme yang baik, meningkatkan risiko misinformasi.
Menjaga kualitas jurnalisme adalah kunci untuk memenangkan kepercayaan publik. Wartawan harus tetap mengedepankan etika dalam melaporkan berita, meskipun tekanan untuk menyajikan berita secara cepat sangat tinggi. Sebuah berita yang disajikan dengan baik, akurat, dan mendalam akan selalu memiliki nilai lebih dibandingkan berita yang hanya mengejar sensasi.
Dengan demikian, transformasi dari surat kabar ke media digital bukan sekadar pergantian teknologi, tetapi perubahan paradigma dalam cara kita mengonsumsi dan menyebarkan informasi. Penting bagi media untuk terus berinovasi dan memprioritaskan kualitas jurnalisme demi menjaga kepercayaan publik yang semakin rentan di era digital.
ADVERTISEMENT