Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menilik Hubungan Korea Utara dan Korea Selatan
19 Mei 2024 10:23 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Septiana Tia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Dua negara ini memiliki kesamaan pada ras, budaya, dan bahasa. Bahkan jika ditelaah, mereka masih dalam satu rumpun yang sama atau ibaratnya berasal dari nenek moyang yang sama. Hubungan dari kedua negara ini juga bisa dikatakan lumayan, tetapi tidak juga bisa dikatakan baik karena beberapa alasan terutama pada paham ideologinya. Ataupun sifat kepemimpinan dari kedua negara yang memiliki orientasi bertolak belakang. Sejarah panjang yang terjadi akibat adanya penjajahan atau Kolonialisasi menjadi bukti mengapa kedua negara tersebut bisa pecah.
ADVERTISEMENT
Seperti yang diketahui berdasarkan sejarah, bahwa wilayah Korea Utara dan Korea Selatan terpecah dimulai pada saat masa kolonialisasi yang dilakukan oleh Jepang dan dimulai pada tahun 1910. Kemudian berakhirnya kolonialisasi Jepang pada tahun 1945, akibat kekalahan Jepang pada Perang Dunia II. Bebasnya Korea menarik perhatian Uni Soviet dan Amerika Serikat untuk mengirim delegasinya dengan tujuan menduduki Korea.
Sebagaimana Amerika Serikat yang menduduki bagian selatan Korea, dan menyebarkan ideologi Kapitalis. Sehingga terbentuklah Korea Selatan atau Republik Korea sebagai negara yang demokratis. Berbanding terbalik dengan AS, Uni Soviet yang menduduki wilayah bagian Utara Korea membangun negara dengan paham ideologi Komunis sehingga terbentuklah Korea Utara.
Akibat dari adanya penyebaran ideologi yang berbeda terhadap bagian semenanjung Selatan dan Utara Korea, menyebabkan dua wilayah tersebut terpisah dan mendirikan pemerintahannya masing-masing. Dan berdiri sampai saat ini, seperti yang kita ketahui dengan Korea Utara yang dikenal sebagai negara tertutup atau terisolasi dari dunia luar. Serta Korea Selatan sebagai negara yang amat sangat terkenal di bidang industri hiburan.
ADVERTISEMENT
Dalam dinamika hubungan antara Korea Utara dan Selatan, terdapat beberapa fase yang memperlihatkan bagaimana situasi dan kondisi hubungan kedua negara tersebut. Komunikasi resmi yang dilakukan pertama kali pada tahun 1972, yang merupakan hasil dari konfigurasi perang dingin di Asia Timur. Dan hal tersebut menjadi awal dari hubungan yang membaik. Tahun 1991 sebagai tahun dimana kedua negara tersebut bergabung dalam United Nations atau PBB serta tahun di mana sejarah runtuhnya Uni Soviet yang menandakan perang dingin berakhir.
Hubungan kedua negara ini, pada beberapa periode tahun belakangan lumayan berjalan dengan baik walaupun pada awal merdeka kedua negara terus bersitegang. Dalam perwujudan sebagai membaiknya hubungan antara kedua negara tersebut, pada Agustus tahun 2001 dibangun patung Reunifikasi (Monumen Tiga Titik Piagam Reunifikasi Nasional ). Patung tersebut yang terletak di Selatan Pyongyang, Ibu kota Korea Utara sebagai simbol untuk memperingati proposal reunifikasi Korea yang dibuat oleh Kim Il-Sung.
ADVERTISEMENT
Adanya deklarasi yang disepakati tidak menunjukkan adanya perubahan. Korea Selatan yang ingin menciptakan stabilitas telah gagal total. Hal ini karena Korea Utara yang terus bersikeras melaksanakan program pembuatan nuklirnya dan tetap ingin melakukan isolasi diplomatik. Ada alasan dibalik keras kepalanya Korea Utara, yang menurut Saya negara tersebut hanya ingin fokus terhadap rakyat dan pemerintahannya sendiri.
Kemudian pada tahun 2010, Korea Utara melancarkan serangan untuk pertama kalinya dengan cara melancarkan 170 peluru aetileri yang berlokasikan di Yeongpyeong. Korea Utara telah lama mengembangkan senjata nuklir. Pada masa pemerintahan Kim Jong-Un yang dikenal sebagai penerus dalam memimpin Korea Utara. Tellah melakukan uji coba nuklir selama masa kepemimpinannya.
Entah kenapa, seiring dengan berjalannya waktu hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan semakin merenggang. Hal ini dibuktikan dengan adanya niat dari pemimpin Korea Utara untuk memutuskan hubungan baik dengan Korea Selatan di beberapa kesempatan. Banyak orang bertanya-tanya, apa alasan di balik niat tersebut.
ADVERTISEMENT
Ketegangan yang semakin meningkat di Semenanjung Korea menjadi alasan utama dari niat Pemimpin Korea Utara untuk mengakhiri hubungan dengan Korea Selatan. Pada Juni tahun 2020, secara dramatis Korea Utara meledakkan kantor penghubung antar-Korea di kota yang berada tepat di perbatasan Kaesong. Tindakan ini dilakukan setelah serangkaian insiden di mana para aktivis dari Korea Selatan, yang mengirimkan selebaran propaganda anti-rezim ke Korea Utara menggunakan balon. Dan hal tersebut menyulut pemerintahan Korut untuk menyerang. Karena dianggap sebagai provokasi dan pelanggaran perjanjian antar-Korea yang sebenarnya bertujuan untuk meredakan ketegangan. Namun, gagal akibat dari ulah aktivis Korea Selatan tersebut yang bersikap gegabah.
Tidak hanya serangan yang terjadi pada tahun 2020, Pemimpin Korea Utara memang menyerukan perubahan terkait konstitusi untuk mengidentifikasi Korea Selatan sebagai “negara musuh nomor satu”, mengakhiri komitmen rezim tersebut untuk menyatukan semenanjung Korea. Seruan yang disampaikan oleh Kim Jong Un tersebut merupakan tanggapannya dengan menuduh Korea Selatan yang berusaha mendorong perubagan rezim dan unifikasi dengan sembunyi-sembunyi. Oleh karena hal tersebut, menjadi alasan utama mengapa Pemimpin Korea Utara ingin mengakhiri hubungan baiknya dengan Korea Selatan.
ADVERTISEMENT
Bedanya paham terkait konstitusi yang dijalankan oleh kedua negara menjadi faktor renggangnya hubungan kedua negara tersebut. Dan hal ini telah membuktikan bahwa hubungan antara Korea Utara dan Korea Selatan sedang tidak baik-baik saja. Karena sudah banyak para pengamat politik dan analis yang percaya bahwa dengan adanya klarifikasi Korea Selatan sebagai musuh terbesar Korea Utara. Hal ini akan sangat jelas menunjukkan bahwa Korut mungkin berupaya untuk membenarkan penggunaan senjata nuklir dalam perang di masa depan.
Sehingga dapat kita simpulkan, jika hubungan yang terjalin antara Korea Utara dan Selatan di masa kini kian memburuk. Kita tidak tahu kedepannya akan bagaimana kondisi dari hubungan kedua negara tersebut. Apakah akan ada jalan keluar agar mereka kembali damai atau mungkin melanjutkan serangan di semenanjung Korea.
ADVERTISEMENT