Konten dari Pengguna

Ancaman Mikroplastik bagi Kehidupan

SEPTYAN EGGY NUGROHO
Mahasiswa S1 Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Telkom Purwokerto
30 Mei 2022 17:03 WIB
·
waktu baca 7 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari SEPTYAN EGGY NUGROHO tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Mikroplastik Sedotan ( Sumber: https://unsplash.com/photos/NXyXNl5LTqM )
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Mikroplastik Sedotan ( Sumber: https://unsplash.com/photos/NXyXNl5LTqM )
ADVERTISEMENT
Mikroplastik adalah bagian kecil dari plastik yang memiliki ukuran 1 mm hingga <5mm. Mikroplastik merupakan partikel plastik yang terbentuk dari sampah plastik di laut yang kemudian terdegradasi menjadi mikroplastik. Ia memiliki sifat toksik dan karsinogenik yang juga akan berdampak pada kesehatan manusia dan ekosistem laut. Dengan sifatnya yang memiliki dampak negatif bagi kehidupan makhluk hidup, tentunya mikroplastik merupakan suatu hal yang berbahaya dan perlu dikendalikan keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan World Economic Forum, pada tahun 2016 sampah plastik di bumi sudah mencapai 150 juta ton dan 8 juta ton di antaranya mengalir ke lautan lepas. Hal ini diperkuat dengan pemaparan PBB dalam Konferensi Lautnya di New York pada tahun 2017 bahwa limbah plastik yang dibuang dan mengalir di lautan telah membunuh banyak makhluk hidup. Makhluk hidup tersebut di antaranya burung laut, mamalia laut, ikan dan kura-kura yang ada di laut dan tidak terhitung jumlahnya. Selain itu, penelitian yang dilakukan Damarjati (2018) menunjukkan bahwa pada tahun 2030, apabila masyarakat tetap pada penggunaan plastik tanpa adanya usaha pengurangan akan menyebabkan jumlah sampah plastik yang melebihi jumlah ikan dan hewan lain di lautan.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan dalam penelitian Reza Cordova, seorang peneliti di Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O LIPI) bahwasanya Indonesia merupakan negara penghasil pencemaran plastik terbanyak di dunia. Namun, fakta tersebut ditapis dengan adanya jumlah mikroplastik yang masih sedikit di negara ini. Hal ini disampaikan dengan membandingkan jumlah mikroplastik di Indonesia dengan China dan Amerika Serikat yang dinilai lebih tinggi penghasilan populasi mikro plastiknya. Ditambahkan juga bahwa kandungan mikroplastik yang ada di Indonesia sama jumlahnya dengan kandungan mikroplastik yang ada di Samudra Hindia yakni 30 – 960 partikel mikroplastik per liter air (Nontji, 2017).
Plastik merupakan bahan yang dapat bertahan lama dan membutuhkan waktu yang lama untuk terurai, terhitung rata-rata waktu penguraian plastik bisa mencapai 1000 tahun. Plastik yang ada di laut dapat bersumber dari laut dan darat. Sampah plastik yang berasal dari daratan di antaranya adalah barang sekali pakai yang digunakan pada kehidupan sehari-hari manusia seperti alat makan yang terbuat dari plastik, botol, gelas, dan kantong belanjaan maupun pembungkus makanan serta minuman. Sedangkan, sampah plastik yang berasal dari laut atau perairan itu sendiri antara lain jaring, tali, dan bangkai kapal maupun pesawat yang terjatuh dalam air (Widyaningrum, 2018).
ADVERTISEMENT
Sampah plastik juga merupakan ancaman bagi keseimbangan dan keanekaragaman biota laut.  Plastik yang terkena paparan sinar matahari akan mengalami proses foto-oksidasi. Proses tersebut merupakan hasil dari absorbansi panjang gelombang yang memiliki energi tinggi oleh polimer dan merupakan sebuah permulaan proses degradasi sampah plastik yang ada di lautan dibantu dengan adanya sinar ultraviolet (UV). Proses tersebut kemudian berlanjut dengan pembentukan mikroplastik oleh suhu lingkungan tanpa adanya bantuan paparan sinar ultraviolet. Suhu yang berperan dalam pembentukan tersebut, kemudian akan melakukan reaksi thermos oksidatif untuk membentuk mikroplastik.
Ukuran mikroplastik yang kecil menyebabkan plankton dapat dengan mudah mengkonsumsinya. Plankton yang sebelumnya telah memakan maupun menyerap mikroplastik kemudian dimakan oleh ikan kecil di lautan. Ikan besar juga akan mengkonsumsi ikan kecil yang sudah terkontaminasi mikroplastik. Kandungan mikroplastik yang terdapat dalam tubuh ikan kemudian akan menyebabkan dampak negatif bagi ikan.
ADVERTISEMENT
Dampak tersebut terkait dengan sifat fisik, kimiawi, dan biologis ikan yang akan berlanjut pada disfungsi organ ikan dan menyebabkan kematian. Hal tersebut dapat terjadi karena kandungan toksin yang dimiliki oleh mikroplastik. Selain hal itu, konsumsi terlalu banyak mikroplastik oleh ikan juga akan menyebabkan hilangnya keseimbangan tubuh ikan dan terjadinya mobilitas yang rendah pada ikan.
Dampak lain yang terjadi dalam ekosistem laut adalah bioakumulasi. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, bioakumulasi merupakan zat kimia yang dapat masuk ke dalam tubuh yang kemudian akan tersimpan dalam jaringan tubuh makhluk hidup. Bioakumulasi juga dapat diartikan sebagai substansi penimbun yang memiliki dampak pada konsentrasi polutan dari lingkungan ke organisme tingkat rendah dalam sebuah rantai makanan. Dampak peningkatan polutan yang terjadi dalam suatu rantai makanan akan menyebabkan efek berkepanjangan akibat kontaminasi mikroplastik dari suatu organisme. Hal ini diperkuat dengan adanya penelitian yang dilakukan oleh Cordova (2017), bahwa ukuran plastik yang kecil akan meningkatkan kemungkinan adanya bioavailabilitas plastik pada organisme laut.
ADVERTISEMENT
Hal ini dapat terlihat dalam proses rantai makanan dari ikan besar yang sebelumnya mengkonsumsi ikan kecil dengan kontaminasi mikroplastik dikonsumsi oleh manusia. Mikroplastik yang dikonsumsi pada rantai makanan tersebut merupakan bagian dari polimer yang berbahaya bagi tubuh, khususnya manusia. Mikroplastik yang memiliki sifat toksin tersebut akan melepaskan toksinnya dalam sistem pencernaan yang kemudian menyebabkan masalah kesehatan yang dimulai dari sistem perencanaan manusia. Mulanya, mikroplastik akan menyebabkan iritasi pada dinding usus.
Sifat toksin yang dimiliki oleh mikroplastik juga akan menyebabkan otak manusia mengalami keracunan dan berakibat pada penurunan fungsi kognitif. Selain berakibat pada sistem pencernaan, mikroplastik berukuran 0.15 mm dapat berpenetrasi ke dalam pembuluh darah dan melakukan peredaran dalam pembuluh tersebut. Hal ini tentunya merupakan suatu dampak terburuk yang disebabkan oleh mikroplastik dalam kesehatan manusia, karena dampaknya akan mempengaruhi organ internal dalam diri manusia.
ADVERTISEMENT
Dijelaskan oleh Food and Agriculture Organization, mikroplastik memiliki dampak berbahaya bagi tubuh di antaranya; (1) Merusak kekebalan tubuh, mikroplastik yang masuk dan beredar dalam pembuluh darah manusia akan berikatan dengan sistem kekebalan tubuh yang kemudian berdampak pada stress oksidatif dan perubahan DNA; (2) Mengganggu sistem endokrin, mikroplastik memiliki kandungan zat aditif yang dapat mengganggu sistem endokrin atau hormonal dalam tubuh manusia (Citarum, 2019); (3) Kematian jaringan dan kanker, hal ini dikarenakan bahan yang ada dalam plastik PVC mengandung PCB (bifenil poliklorin) sebagai bahan pelembut yang digunakan agar plastik tidak kaku dan mudah hancur; dan (4) Keracunan, hal ini masih disebabkan oleh kandungan PCB dalam plastik PVC yang ditandai dengan adanya perubahan warna dan benjolan di kulit, gangguan pencernaan, dan gangguan pada tangan dan kaki yang dapat menyebabkan sistem gerak tersebut melemah (Karuniastuti, 2013).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan hal tersebut, tentunya diperlukan suatu usaha untuk mengurangi jumlah mikroplastik di bumi, khususnya di lautan. Hal ini ditujukan untuk mencegah dan mengurangi adanya dampak negatif yang telah dipaparkan di atas. Usaha tersebut, sebelumnya telah dilakukan oleh Amerika Serikat dengan langkah kerja sama antara Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat dengan Lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa Program Lingkungan Karbida atau yang biasa disebut dengan UNEP-CEP.
Kerja sama tersebut dijalin untuk mengurangi dan mencegah pembuangan sampah di Laut Karibia. Selain itu, Badan Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat juga menggalakkan program pengurangan penggunaan plastik sekali pakai yang dilaksanakan di tiga kampus yang ada di California. Program tersebut merupakan suatu program kerja sama dengan San Francisco Bay Area.
ADVERTISEMENT
Beberapa langkah upaya yang dapat dilakukan di Indonesia di antaranya dengan metode 3R (Reduce, Reuse, dan Recycle) (Wirasasmita et al., 2020). Reduce merupakan suatu langkah pengurangan pemakaian plastik dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa langkah yang dalam diterapkan dalam metode reduce ini antara lain, menggunakan tas belanja yang terbuat dari kain yang dimiliki pribadi untuk mengurangi penggunaan kantong plastik belanjaan, dan penggunaan sedotan besi maupun bambu sebagai usaha pengurangan penggunaan sedotan yang berbahan plastik sekali pakai.
Reuse atau memakai kembali barang yang dirasa tidak diperlukan lagi kepada seseorang yang membutuhkan, sehingga produksi barang yang berbahan dasar plastik dapat berkurang. Sedangkan Recycle merupakan suatu proses daur ulang sampah plastik menjadi barang yang dapat digunakan kembali. Pada metode ini, sampah plastik dapat disulap menjadi bahan kerajinan yang memiliki nilai tersendiri dalam kehidupan. Dengan adanya metode Reduce, Reuse, dan Recycle diharapkan sampah plastik baik yang ada di darat maupun di lautan dapat berkurang jumlahnya, sehingga upaya pencegahan dampak-dampak yang lain juga dapat tercapai dengan baik.
ADVERTISEMENT
Septyan Eggy Nugroho, mahasiswa program studi S1 Desain Komunikasi Visual Institut Teknologi Telkom Purwokerto