Candi Tebing Tegallinggah Gianyar: Pertapaan yang Terpahat di Tebing Batu

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
Konten dari Pengguna
20 Februari 2024 11:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Candi Tebing Tegallinggah. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Artem Beliaikin
zoom-in-whitePerbesar
Candi Tebing Tegallinggah. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Artem Beliaikin
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pura, candi, dan tempat pertapaan sangat umum ditemukan di Bali, baik di lokasi yang ramai maupun di tempat tersembunyi. Namun, soal panorama alam, sama saja indahnya. Salah satunya adalah Candi Tebing Tegallinggah di Blahbatuh.
ADVERTISEMENT
Candi ini ditemukan oleh seorang ahli purbakala Belanda, Krijsman, yang memperkirakan candi ini berasal dari abad ke-12.
Awalnya, pahatan di tebing dianggap sebagai pintu gerbang. Namun, penelitian Krijsman selanjutnya mengungkapkan adanya tangga yang menuju ke bagian atas. Di situlah ditemukan struktur candi yang lengkap di cerukan tebing.

Keunikan Candi Tebing Tegallinggah Blahbatuh

Candi Tebing Tegallinggah. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Niklas Weiss
Menurut penjelasan di invest.baliprov.go.id, Candi Tebing Tegallinggah adalah situs bersejarah yang menandai salah satu area cagar budaya di Bali. Untuk sampai ke candi ini, pengunjung harus berjalan menuruni ratusan anak tangga. Perjalanan ini membutuhkan kehati-hatian karena kondisi tangga yang licin dan beberapa di antaranya rusak.
Candi ini dinamakan Tebing Tegallinggah karena letaknya yang menempel di tebing Sungai Pakerisan, menampilkan keunikan arsitektur purbakala dari abad ke-12.
ADVERTISEMENT
Keistimewaan candi ini terletak pada desainnya yang diukir langsung pada dinding tebing, yang awalnya hanya dianggap sebagai pintu masuk. Satu gapura memiliki ukuran yang lebih besar, meskipun kini hanya tersisa reruntuhan.
Di belakang gapura, terdapat dua candi yang terpahat di halaman. Gapura di sisi lain tampak belum selesai. Ada dugaan pembangunan candi pertapaan ini terhenti akibat gempa bumi.
Di situs ini juga ditemukan tujuh ceruk dengan tiga lingga yang mewakili Tri Murti dalam agama Hindu: Dewa Brahma, Dewa Wisnu, dan Dewa Siwa. Ketiganya merupakan simbol dari kekuatan penciptaan, pemeliharaan, dan pemusnahan. Ceruk-ceruk tersebut diyakini sebagai tempat pertapaan.
Selain nilai sejarah dan spiritualnya, Candi Tebing Tegallinggah menawarkan suasana yang tenang dan asri, kontras dengan hiruk-pikuk perkotaan. Pengunjung dapat merasakan kedamaian total di sini, sambil menikmati keindahan alam sekitar.
ADVERTISEMENT

Lokasi, Jam Buka, dan Tiket Masuk

Candi Tebing Tegallinggah. Foto hanyalah ilustrasi, bukan tempat yang sebenarnya. Sumber: Unsplash/Matthew Waring
Candi Tebing Tegallinggah berada di lokasi yang cukup terpencil, yakni di Desa Bedulu, sebuah area yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Blahbatuh di Kabupaten Gianyar, Bali.
Untuk mereka yang ingin menyaksikan keistimewaan Candi Tebing Tegallinggah, perjalanan dari Kota Denpasar hanya berjarak sekitar 24 km. Dengan berkendara, waktu yang diperlukan tidak lebih dari 40 menit.
Candi ini buka untuk pengunjung dari pukul 08.00 pagi hingga 18.00 WITA. Tiket masuknya terjangkau, yaitu Rp20.000 untuk wisatawan lokal dan Rp30.000 untuk wisatawan asing.
Candi ini letaknya unik, dikelilingi oleh tebing-tebing dekat Sungai Pakerisan, dan dihubungkan dengan sebuah jembatan yang mengantarkan pengunjung ke Pura Gunung Kawi yang lokasinya dekat.
ADVERTISEMENT
Karena candi ini merupakan tempat yang sakral, diharapkan bagi pengunjung untuk mengenakan pakaian yang sopan dan tertutup. Selain itu, penting juga untuk menjaga ucapan agar tidak mengeluarkan kata-kata kasar selama berada di area candi, menghormati kesakralan tempat tersebut. (CR)