Mengenal Sejarah Aksara Bali, Salah Satu Aksara Tradisional di Indonesia

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
Konten dari Pengguna
18 Maret 2024 15:16 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mengenal Sejarah Aksara Bali. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Guillaume Marques
zoom-in-whitePerbesar
Mengenal Sejarah Aksara Bali. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Guillaume Marques
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya, tradisi dan adat istiadat yang sangat kaya. Tidak terkecuali dalam hal tulisan, ada banyak tulisan tradisional yang ada di Indonesia. Salah satu yang bisa dipelajari adalah aksara Bali.
ADVERTISEMENT
Seperti namanya aksara atau tulisan ini merupakan tulisan yang berasal dan berkembang di kalangan masyarakat Bali. Aksara ini masih ada hingga saat ini dan bisa dipelajari untuk mengetahui betapa kayanya Indonesia.

Mengenal Sejarah Aksara Bali

Mengenal Sejarah Aksara Bali. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/dw1 damarnesia
Aksara Bali merupakan salah satu warisan budaya takbenda Indonesia yang memiliki nilai historis dan estetika tinggi.
Aksara ini telah digunakan oleh masyarakat Bali selama berabad-abad untuk menulis naskah-naskah kuno yang berisi berbagai aspek kehidupan, seperti agama, filosofi, dan hukum.
Sejarah aksara Bali tidak terlepas dari pengaruh Hindu dan Buddha yang masuk ke Indonesia melalui jalur perdagangan dan penyebaran agama.
Dikutip dari buku Komputerisasi Transliterasi Teks Latin ke Aksara Bali karya Gede Indrawan dkk., (2018) aksara Bali berasal dari aksara Brahmi yang berasal dari India, yang kemudian berkembang menjadi aksara Kawi di Jawa sebelum akhirnya menyebar ke Bali.
ADVERTISEMENT
Hal tersebut yang membuat aksara ini memiliki beberapa kesamaan yang cukup signifikan dengan beberapa aksara yang berkembang di kawasan Asia Selatan maupun Asia Tenggara yang sama-sama merupakan turunan dari aksara Brahmi.
Penggunaan aksara Bali mengalami pasang surut seiring dengan perubahan zaman. Pada masa kolonialisme Belanda, penggunaan aksara ini mulai ditinggalkan karena adanya kebijakan yang mendorong penggunaan aksara Latin.
Namun, setelah kemerdekaan Indonesia, aksara Bali mulai mendapatkan perhatian kembali sebagai bagian dari upaya pelestarian budaya.
Aksara Bali terdiri dari empat jenis yang masing-masing memiliki ciri khas dan karakteristik tersendiri, berikut adalah penjelasannya.

1. Aksara Wreastra

Aksara Wreastra memiliki kemiripan dengan aksara Jawa, hanya terdiri dari 18 buah aksara yaitu : ha, na, ca, ra, ka, da, ta, sa, wa, la, ma, ga, ba, nga, pa, ja, ya, nya.
ADVERTISEMENT

2. Aksara Swalalita

Aksara Swalalita terdiri dari 47 buah, dengan 14 buah huruf vokal dan 3 buah huruf konsonan. Aksara suara atau huruf vokal di antaranya: A, a, I, i, U, u, E, Ai, O, Au, re, ro, le, dan le.

3. Aksara Wijaksara

Sedangkan aksara Wijaksara terdiri atas Rwa bhineda, Ongkara, Triaksara, Panca Brahma, Pancaksara, Desaksara, Sodasaksara, dan Caturdasaksara.

4. Aksara Modre

Terakhir aksara Modre menjadi aksara yang sulit dibaca, karena banyak penggunaan pangangge aksara. Aksara ini juga menggunakan gambar-gambar tertentu. Pada akhirnya untuk membaca aksara ini merujuk pada petunjuk contoh Siwa Griguh dan Lontar Krakah.
Dengan mengenal sejarah dan nilai yang terkandung dalam aksara Bali, dapat lebih menghargai kekayaan budaya yang dimiliki Indonesia dan turut serta dalam upaya pelestarian budaya tersebut. (WWN)
ADVERTISEMENT