Sejarah Puja Mandala, Pusat Peribadatan untuk Lima Agama yang Unik di Bali

Seputar Bali
Mengulas serba serbi kota Bali, mulai dari pariwisata hingga budayanya.
Konten dari Pengguna
24 Desember 2023 13:23 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bali tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi sejarah Puja Mandala (Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya) Sumber: unsplash.com/ nizar kauzar
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi sejarah Puja Mandala (Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya) Sumber: unsplash.com/ nizar kauzar
ADVERTISEMENT
Di Bali terdapat satu kawasan unik yang menjadi simbol betapa tingginya toleransi umat beragama di sana, kawasan tersebut bernama Puja Mandala. Sejarah Puja Mandala dilatarbelakangi oleh adanya keinginan suatu kelompok minoritas untuk memiliki rumah ibadah sendiri.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, lahirlah lima tempat ibadah untuk agama yang berbeda-beda di satu kawasan yang sama. Pemandangan unik tersebut tidak banyak ditemukan di wilayah Indonesia yang lain, sehingga Puja Mandala menjadi simbol toleransi beragama yang ikonik.

Sejarah Puja Mandala

Ilustrasi sejarah Puja Mandala (Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya) Sumber: unsplash.com/Florian GIORGIO
Puja Mandala terletak di Jalan Nusa Dua, Kuta Selatan, Benoa, Kec. Kuta Selatan, Kabupaten Badung, Bali 80361. Jam operasionalnya berlangsung setiap hari mulai pukul 08.00–16.00 WITA.
Sejarah Puja Mandala menurut situs indonesia.go.id, bermula dari keinginan kelompok minoritas muslim yang berasal dari Jawa yang ingin membangun masjid sendiri di sekitar Nusa Dua dan Benoa.
Hal tersebut dilatarbelakangi oleh susahnya menjangkau masjid yang ada di Kuta dan jaraknya 20 km pada tahun 1990. Sayangnya kelompok minoritas terhalang aturan Surat Keputusan Bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Agama nomor 1/BER/mdn-mag/1969.
ADVERTISEMENT
SK itu membahas tentang Pelaksanaan Tugas Aparatur Pemerintah dalam Menjamin Ketertiban dan Kelancaran Pelaksanaan Pengembangan dan Ibadat Agama oleh Pemeluk-Pemeluknya.
Keluhan ini kemudian sampai kepada Joop Ave, Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi. Hingga akhirnya dibentuk koordinasi pemerintah daerah dan tokoh-tokoh masyarakat setempat untuk pembangunan pusat peribadatan untuk 5 agama.
Usulan disetujui dan berdirilah Puja Mandala yang berdiri di lahan seluas 2,5 hektare di Desa Kampial. Setiap agama diberi luas lahan 5.000 m² untuk mendirikan rumah ibadah sesuai kepercayaannya masing-masing.
Pada tahun 1997 pembangunan 5 rumah ibadah telah selesai, bangunan tersebut yaitu Masjid Agung Ibnu Batutah, Gereja Paroki Maria Bunda Segala Bangsa, Gereja GKPB Bukit Doa, Vihara Buddha Guna dan Pura Jagat Natha. Peresmian Puja Mandala baru dilakukan tahun 2004.
ADVERTISEMENT
Lima pemeluk agama yang bisa beribadah di Puja Mandala yaitu umat Islam, Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha. Untuk beribadah di sini tentunya gratis tanpa dipungut biaya.
Sejarah Puja Mandala di atas merupakan asal muasal berdirinya pusat peribadatan 5 agama di Bali yang ikonik. (IMA)