Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
5 Peninggalan Belanda di Bandung berupa Gedung dan Bangunan Bersejarah
24 November 2023 16:41 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Seputar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Beberapa peninggalan Belanda di Bandung memiliki pesona tersendiri, indah dan cantik di mata masyarakat. Peninggalan Belanda ini merupakan gedung serta bangunan bersejarah yang masih difungsikan hingga kini.
ADVERTISEMENT
Mengutip dari website resmi Pemerintah Kota Bandung, bandung.go.id, Belanda pertama kali tiba dan mendirikan Kota Bandung adalah sekitar tahun 1810. Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels datang ddengan kepentingan membangun jalan raya Anyer hingga Panarukan.
Selama penjajahan Belanda itu, banyak gedung dan bangunan didirikan. Beberapa diantaranya difungsikan sebagai gedung pemerintahan, fasilitas umum hingga tempat tinggal.
Peninggalan Belanda di Bandung
Peninggalan Belanda di Bandung berupa gedung pemerintahan serta bangunan lainnya ini dibangun dengan sentuhan desain ala Eropa, khususnya Belanda .
Berikut beberapa gedung dan bangunan bersejarah di Bandung, yang merupakan peninggalan zaman penjajahan Belanda. Beberapa informasi ini dikutip dari website resmi Pemerintah Kota Bandung, bandung.go.id.
1. Gedung Sate
Salah satu gedung pemerintahan yang dibangun pada masa kolonial Belanda adalah Gedung Sate. Bangunan ini dikenal dengan nama bangunan Gouvernements Bedrijven disingkat "GB" atau Pusat Instansi Pemerintahan.
ADVERTISEMENT
Dalam website resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kemdikbud.go.id, pada masa pembangunannya, arsitek yang merancangnya adalah arsitek asal Belanda, Ir. J. Gerber. Pembangunannya memakan waktu 4 tahun sejak 1920 hingga 1924.
Gedung Sate saat ini masih aktif dan digunakan sebagai gedung kantor Gubernur Jawa Barat.
2. Gedung Merdeka
Gedung Merdeka dahulu dirancang oleh Van Galen Last dan C.P. Wolff Schoemaker, yang merupakan Guru Besar Technische Hogeschool (Sekolah Teknik Tinggi), yaitu ITB. Gedung ini dahulu bernama Societeit Concordia.
Societeit Concordia pada zaman dulu merupakan tempat nongkrong maupun rekreasi orang-orang elit dan orang Belanda yang tinggal di Bandung.
Pada masa pendudukan Jepang gedung ini berubah nama menjadi Dai Toa Kaman, dan dialihfungsikan sebagai pusat kebudayaan. Kemudian pada masa sekitar proklamasi, gedung ini berfungsi sebagai markas pemuda Indonesia.
ADVERTISEMENT
Gedung ini juga sempat menjadi tempat diselenggarakannya Konferensi Asia-Afrika pada tahun 1954, yang kemudian nama Gedung Merdeka dikukuhkan untuk bangunan ini.
3. Museum Kantor Pos
Museum Kantor Pos, atau yang dulu bernama "Posten Telegraf Kantoor" (Kantor pos dan telegraf) dibangun tahun 1928-1931. Sesuai namanya, gedung ini dahulu adalah kantor pos dan telegraf.
Arsitek gedung ini, yaitu J. Ven Gendt menerapkan gaya arsitektur modern fungsional atau art-deco geometric, dipadukan dengan atap bangunan tropis. Tidak hanya itu, satu sudut bangunan ini dibangun sumur pompa untuk memberikan air bersih kepada penduduk kota.
Posten Telegraf Kantoor saat ini menjadi Kantor Pos Besar sekaligus Museum Kantor Pos, yang dikelola oleh PT. Pos Indonesia.
ADVERTISEMENT
4. Gedung Indonesia Menggugat
Gedung yang pada mulanya adalah rumah tinggal. Kemudian pada tahun 1917, tempat ini dikembangkan menjadi bangunan dan berfungsi sebagai gedung Landraad atau pengadilan.
Salah satu peristiwa penting yang pernah terjadi di sini yaitu pengadilan terhadap Soekarno (yang kemudian menjadi Presiden Pertama Republik Indonesia), Gatot Mangkoepradja, Maskoen Soemadipoetera dan Soepriadinata oleh Pemerintah Belanda.
Pengadilan itu berlangsung selama 5 bulan, sejak tanggal 18 Agustus hingga 22 Desember 1930.
Sejak Juni 2007, Gedung Indonesia Menggugat resmi terbuka untuk umum dan menjadi salah satu gedung cagar budaya kelas A yang harus dirawat dan dijaga. Beberapa aktivitas yang dijalankan di sini saat ini seperti ruang berkumpul para wartawan, seniman, dan guru.
5. Villa Isola
Seorang jutawan Belanda bernama D.W. Beretty, pada tahun 1933 membangun sebuah villa yang pada zaman itu terletak jauh di pinggiran kota.
ADVERTISEMENT
Gedung ini merupakan karya C.P.W. Schoemaker, dengan ciri khas bangunan bergaya Streamline Modern Awal. Gedung ini memiliki sumbu lurus ke arah Tangkuban Perahu.
Villa Isola pada masa Hindia Belanda dijadikan sebagai tempat tinggal dan kantor komandan divisi tentara. Lalu, pada masa pendudukan Jepang, tempat ini digunakan sebagai markas tentara serta gudang peralatan perang tentara Belanda yang disita oleh Jepang.
Saat ini, Villa Isola telah berubah nama menjadi Gedung Bumi Siliwangi, dan digunakan sebagai Kantor Rektorat Universitas Pendidikan Indonesia (UPI).
Itulah informasi mengenai gedung dan bangunan peninggalan Belanda di Bandung. Gedung dan bangunan ini masih berdiri kokoh dan bisa dikunjungi ketika berwisata ke Kota Kembang. (Fitri A)