Kampung Mahmud, Jejak Perkembangan Islam di Kabupaten Bandung

Seputar Bandung
Menyediakan informasi serba serbi Bandung, mulai dari travel, kuliner, sejarah, dan lainnya.
Konten dari Pengguna
16 Maret 2024 13:25 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kampung Mhamud (Bukan Gambar Sebenarnya)|Pexels|Noor Shalgehn
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kampung Mhamud (Bukan Gambar Sebenarnya)|Pexels|Noor Shalgehn
ADVERTISEMENT
Kampung Mahmud merupakan salah satu area perkampungan di Kabupaten Bandung yang menjadi saksi sejarah perkembangan Islam. Luas dari kampung ini kurang lebih 4 hektare.
ADVERTISEMENT
Kampung ini disebut juga kampung adat karena masih mempertahankan salah satu tradisi yakni tidak boleh membangun gedung atau rumah dengan tembok semen. Selain itu, ciri khas kampung ini ada di dalam tata cara kehidupan yang berpegang teguh pada ajaran Islam.

Kampung Mahmud dan Jejak Sejarahnya

Ilustrasi Kampung Mhamud (Bukan Gambar Sebenarnya)|Pexels|Krzysztof Biernat
Kampung Mahmud merupakan salah satu kampung adat yang berada di Kabupaten Bandung. Lokasinya Desa Mekar Rahayu, Kecamatan Margaasih, bagian selatan Kabupaten Bandung.
Jarak kampung ini sekitar 6 kilometer dari Soreang, yang merupakan ibu kota kabupaten. Letaknya juga masih strategis karena berada di tengah-tengah antara Kota Bandung dan Soreang.
Mengutip dari laman citarumharum.jabarprov.go.id, kampung adat di Bandung ini memiliki kondisi alam yang indah karena berada di pinggir Sungai Citarum dan dikelilingi oleh hamparan sawah yang luas. Jumlah penduduk kampung adat tersebut sekitar 1.200 orang, yang terbagi ke dalam 1 RW dan 4 RT.
ADVERTISEMENT
Kampung adat di Bandung ini memiliki nilai sejarah terkait perkembangan dan persebaran agama Islam di Kota Bandung. Bisa dikatakan, kampung ini menjadi awal mula berkembangnya agama Islam di Tanah Priangan.
Awal mula kampung ini didirikan sekitar abad ke-15 oleh Syekh Abdul Manaf atau biasa dikenal dengan nama Eyang Dalem Manaf. Beliau masih memiliki garis keturunan dengan Syarif Hidayatullah, ulama dari Cirebon.
Untuk menyebarkan agama Islam, Syekh Abdul Manaf berkeinginan mendirikan pesantren. Sebelum keinginan terwujud, beliau beribadah Haji ke Mekkah.
Pulang dari ibadah haji, Syekh Abdul Manaf membawa segumpal tanah dari Mekkah. Kemudian, beliau menguburkan gumpalan tanah tersebut di rawa-rawa tempat tinggalnya. Rawa-rawa kemudian diurug dan menjadi kampung.
Kampung ini kemudian dinamakan Kampung Mahmud yang berasal dari kata mahmuddah. Kata tersebut dari bahasa Arab berarti akhlakul mahmudah atau akhlak yang mulia.
ADVERTISEMENT
Di kampung inilah Syekh Abdul Manaf menyebarkan ajaran Islam. Masyarakat sekitar tertarik dengan caranya berdakwah. Setelah beliau wafat, ajaran Islam terus berkembang pesat di daerah ini lalu meluas ke daerah sekitarnya.
Makam Syekh Abdul Manaf kini menjadi wisata religi yang kerap disambangi oleh kaum ulama, santri dan masyarakat umum. Pada hari raya umat Islam, makam ini ramai dikunjungi para peziarah yang datang dari berbagai daerah.
Kampung Mahmud menjadi salah satu objek wisata religi sekaligus sejarah di Bandung. Wisatawan bisa belajar tentang sejarah persebaran agama Islam di Bandung melalui kampung ini. (AIN)