Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Mengenal Sejarah Kampung Adat Cikondang dan 4 Adat Tradisinya
12 September 2024 15:07 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Bandung tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Kampung ini lebih dari sekadar tempat tinggal. Kampung ini adalah pusat pembelajaran bagi siapa saja yang ingin memahami dan mengalami langsung bagaimana tradisi dan budaya bisa bertahan di tengah modernisasi. Tempat ini adalah simbol kearifan lokal yang mengakar kuat dalam nilai-nilai masyarakatnya.
Sejarah Kampung Adat Cikondang yang Panjang
Sejarah Kampung Adat Cikondang tak bisa dilepaskan dari statusnya sebagai cagar budaya. Lokasi pemukiman etnis Sunda ini berada di Desa Lamajang, Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung , Jawa Barat.
Di kampung ini, ada sebuah mata air yang dikelilingi pohon kondang. Pohon inilah yang menjadi asal-usul nama Cikondang. Kata "ci" dalam bahasa Sunda berarti air, sedangkan "kondang" adalah nama pohon tersebut.
Legenda setempat mengisahkan bahwa leluhur Cikondang adalah seorang wali yang memperkenalkan Islam di wilayah itu. Penduduk lokal menyebutnya Uyut Pameget dan Uyut Istri, yang dianggap membawa berkah dan perlindungan bagi keturunannya.
ADVERTISEMENT
Walaupun tidak ada catatan tertulis mengenai awal mula kemunculannya, tokoh masyarakat setempat memperkirakan bahwa kampung ini berdiri sejak awal abad ke-19, sekitar tahun 1800-an. Dengan demikian, bisa diperkirakan bahwa Kampung Adat Cikondang sudah berusia lebih dari 200 tahun.
Adat dan Tradisi di Kampung Cikondang
Sejarah Kampung Adat Cikondang yang panjang pada akhirnya berbuah pada tradisi dan adat yang juga penuh makna. Dikutip dari kebudayaan.kemdikbud.go.id, berikut adat dan tradisi di Cikondang yang masih bertahan hingga saat ini.
1. Ritual 15 Muharram
Di Kampung Adat Cikondang, tanggal 15 Muharram menandai hari penting dalam kalender adat mereka. Masyarakat melakukan serangkaian ritual untuk menyucikan diri dari bahaya yang mengancam.
Sejak tanggal 1 hingga 14 Muharram, persiapan ritual ini sudah mulai terlihat dalam berbagai kegiatan komunal, yang dimulai dengan pembacaan doa. Di rumah adat Cikondang, terdapat alat khusus untuk perhitungan kalender yang digunakan untuk menentukan tanggal penting sepanjang tahun dan merencanakan acara masa depan.
ADVERTISEMENT
2. Beluk
Beluk adalah pertunjukan vokal yang melibatkan dua orang. Satu orang bertugas membacakan naskah, sedangkan yang lain menyanyikan isi naskah tersebut dengan irama tertentu.
Jenis bacaan yang dinyanyikan meliputi ragam macapat seperti sinom dan kinanti. Pertunjukan ini bercerita tentang keindahan alam dan kehidupan khas masyarakat desa.
3. Dilarang Menebang Pohon
Mengenai tata cara pengelolaan lingkungan, adat setempat di Cikondang menetapkan aturan khusus terkait penebangan pohon di hutan karamat. Pohon hanya boleh ditebang untuk keperluan yang mendesak seperti renovasi atau pemeliharaan struktur fisik rumah adat.
4. Larangan Menginap
Selain itu, ada aturan khusus bagi tamu yang ingin menginap di rumah adat. Mereka tidak diperkenankan bermalam pada malam Selasa dan Jumat, sebagai bentuk penghormatan terhadap tradisi dan kepercayaan lokal.
ADVERTISEMENT