Apakah Anjing yang Terkena Rabies Bisa Sembuh? Ini Penjelasannya

Seputar Hobi
Artikel yang membahas seputar hobi seperti menggambar, memelihara tanaman, hewan peliharaan, hingga meracik kopi.
Konten dari Pengguna
13 Juni 2024 10:00 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Hobi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Anjing Rabies. Foto: Feny Selly/Antara Foto
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Anjing Rabies. Foto: Feny Selly/Antara Foto
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Rabies adalah virus yang mempengaruhi sistem saraf pusat pada hewan seperti anjing. Pertanyaannya, apakah anjing yang terkena rabies bisa sembuh?
ADVERTISEMENT
Ketika anjing terinfeksi rabies, virus akan bergerak melalui jaringan saraf menuju otak. Akibatnya, akan terjadi peradangan hebat dan kerusakan pada sistem saraf pusat di otak.
Rabies telah menjadi ancaman serius bagi kesehatan masyarakat dan kesejahteraan hewan. Jadi, penting untuk memahami apakah anjing yang terinfeksi rabies dapat sembuh dan bagaimana cara mencegahnya.

Apakah Anjing yang Terkena Rabies Bisa Sembuh?

Ilustrasi anjing rabies. Foto: Luiza Kamalova/Shutterstock
Gejala awal rabies pada anjing bisa sangat bervariasi dan biasanya mirip penyakit lain, sehingga sulit untuk didiagnosis pada tahap awal. Gejalanya bisa berupa demam, perubahan perilaku seperti kecemasan atau agresivitas, dan hilangnya nafsu makan.
Seiring berjalannya waktu, gejala akan semakin parah dan meliputi kejang, paralisis, hingga akhirnya koma.
Menurut laman PetMD, anjing yang terkena rabies tidak memiliki harapan untuk sembuh. Satu-satunya cara untuk menangani kasus rabies yang sudah parah adalah isolasi ketat agar tidak ada hewan atau manusia yang tertular.
ADVERTISEMENT
Bahkan dalam beberapa kasus, ada kemungkinan dilakukan euthanasia untuk mencegah anjing mengalami penderitaan lebih lama.
Hingga kini, obat rabies belum ditemukan karena virus ini menyerang sistem saraf pusat dengan cepat. Oleh karena itu, sangat penting untuk melakukan vaksin rabies pada anjing agar terhindar dari penyakit ini.
Vaksinasi harus dilakukan secara rutin. Prosedur ini dapat dilakukan kepada anak anjing mulai usia 14 minggu. Setelah itu, vaksin booster harus diberikan setelah 1 tahun. Selanjutnya, vaksin harus diperbarui setiap 1-3 tahun.
Setelah mendapatkan vaksin, mungkin hewan akan mengalami efek samping seperti demam ringan, kehilangan nafsu makan, dan rasa tidak nyaman di area suntikan. Reaksi alergi yang serius sangat jarang terjadi.
ADVERTISEMENT
Kalaupun terjadi alergi, biasanya gejala berupa kesulitan bernapas, pembengkakan wajah, atau gatal-gatal yang parah. Jika anjing menunjukkan gejala-gejala ini setelah vaksinasi, penting untuk segera mencari bantuan medis.

Proses Penularan dan Risiko pada Manusia

Ilustrasi Vaksin Anjing untuk Mencegah Rabies. Foto: Muhammad Adimaja/Antara Foto
Virus rabies dapat menular ke berbagai hewan dan bahkan manusia. Penyakit ini menular melalui air liur hewan yang terinfeksi, biasanya melalui gigitan.
Namun, virus rabies juga dapat masuk ke tubuh manusia melalui luka terbuka atau selaput lendir yang terkena air liur dari hewan terinfeksi. Menurut situs Mayo Clinic, setelah masuk ke dalam tubuh, virus akan bergerak melalui saraf perifer menuju otak, menyebabkan peradangan hebat yang berujung pada kematian jika tidak segera ditangani.
Risiko penularan rabies dari anjing ke manusia sangat tinggi, terutama jika gigitan terjadi di area yang banyak saraf seperti wajah atau tangan. Oleh karena itu, sangat penting untuk segera mencari perawatan medis jika terjadi gigitan atau kontak dengan hewan yang dicurigai terinfeksi rabies.
ADVERTISEMENT
Langkah pertama yang bisa dilakukan adalah membersihkan luka dengan sabun dan air mengalir selama beberapa menit untuk mengurangi risiko infeksi. Setelah itu, cari bantuan medis untuk mendapatkan vaksinasi rabies secepat mungkin. Menurut Mayo Clinic, suntikan vaksinasi rabies meliputi:
ADVERTISEMENT
(DEL)