Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Maria Ulfah Santoso, Menteri Perempuan Pertama Indonesia
18 Maret 2023 15:48 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Hobi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Mr. Hj. Raden Ayu Maria Ulfah atau lebih dikenal dengan Maria Ulfah Santoso atau Maria Soebadio Sastrosatomo (18 Agustus 1911 – 15 April 1988) merupakan perempuan pertama dari Indonesia yang sukses meraih gelar sarjana hukum (Mesteer/Mr) dari Universitas Leiden. Ia memilih studi hukum sebab kala itu Maria Ulfah merasa kedudukan wanita amat lemah secara hukum sehingga perlu adanya perbaikan.
ADVERTISEMENT
Profil Maria Ulfah Santoso, Pejuang Wanita Indonesia
Maria Ulfah Santoso merupakan putri dari pasangan Raden Mochammad Achmad dan Raden Ayu Chadidjah Djajadiningrat. Ia mempunyai dua adik, perempuan dan laki-laki. Masing-masing bernama Iwanah dan Hatnan. Sang ayah, Mochammad Achmad merupakan salah satu orang Indonesia di awal abad ke-20 yang berhasil menyelesaikan pendidikan di HBS (setingkat SMA) yang kemudian menjabat sebagai Bupati Kuningan.
Pada 1929, Maria Ulfah bersama ayah dan adik-adiknya pergi ke Belanda dan di sana ia menempuh pendidikan hukum. Saat itu ibunya sudah meninggal dunia. Di sana pula ia masuk dalam anggota perhimpunan mahasiswa atau mahasiswi Leiden. Keinginannya untuk turut serta dalam gerakan emansipasi wanita kemudian berubah menjadi perjuangan menuju emansipasi serta kemerdekaan bagi bangsa Indonesia.
ADVERTISEMENT
Awal karirnya dimulai dari menjadi tenaga honorer bagian perundang-undangan di Kabupaten Cirebon kemudian menjadi guru AMS Muhammadiyah Jakarta tahun 1943. Selama pendudukan Jepang, Maria Ulfah bekerja di Departemen Kehakiman lalu pindah ke Departemen Luar Negeri. Setahun setelah deklarasi kemerdekaan yaitu pada tahun 1946, Maria Ulfah yang merupakan perempuan pertama Indonesia yang meraih gelar sarjana hukum ini, diangkat menjadi salah satu menteri sosial dalam kabinet Sjahrir II.
Kemudian di tahun 1946-1947, Maria Ulfah diangkat menjadi sekretaris Perdana Menteri atau Dewan Menteri di Jakarta. Selanjutnya pada 1950-1961, ia menjabat sebagai ketua Panitia Sensor Film di Jakarta. Maria Ulfah juga aktif mengikuti berbagai kongres baik di dalam atau luar negeri. Tahun 1968, ia berhasil memangku jabatan sebagai Dewan Pertimbangan Agung (DPA) dan atas jasa-jasanya, Maria Ulfah diberi penghargaan Satya Lencana Karya Satya Tingkat II (1961) serta Bintang Maha Putera Utama (1973).
ADVERTISEMENT
Semasa hidupnya, Maria Ulfah menikah dua kali yaitu dengan Mr. Santoso (1848) yang kemudian meninggal dunia. Kemudian dengan Soebadio Sastrosatomo yang merupakan salah satu aktivis Gerakan Kemerdekaan Republik Indonesia, Dewan Perwakilan Rakyat Sementara, serta DPR hasil Pemilu I (1955).
Ia mempunyai ikatan emosional dengan Linggarjati dan Kuningan. Hal ini dikarenakan Marialah yang mengusulkan Linggarjati sebagai tempat perundingan. Seperti kita ketahui bahwa Belanda dan Indonesia sempat menemui jalan buntu terkait perundingan yang hendak dilaksanakan kala itu. Presiden Soekarno menginginkan perundingan dilakukan di Yogyakarta, tetapi hal tersebut ditolak oleh Belanda yang ingin perundingan dilakukan di Jakarta yang waktu itu telah mereka kuasai.
Secara singkat, akhirnya sejarah mencatat bahwa draft perundingan Linggarjati ditandatangani pada 15 November 1946 di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta. Kemudian penandatanganan resmi terjadi pada 25 Maret 1947.
ADVERTISEMENT
Peran Maria Ulfah Santoso dalam perjuangan membela hak-hak perempuan sangat besar. Ia pun aktif mengadakan kursus untuk memberantas buta huruf bagi ibu-ibu di Salemba Tengah dan Paseban saat itu. (DN)