Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
4 Rumah Adat DKI Jakarta dan Makna Filosofinya
23 November 2023 15:03 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Seputar Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu suku yang menempati DKI Jakarta , Betawi memberikan pengaruh besar terhadap kebudayaan, hingga rumah adat atau rumah tradisional masyarakatnya. Tak heran, rumah adat DKI Jakarta memiliki bentuk bangunan yang sangat unik dan khas.
ADVERTISEMENT
Arsitek dari bangun rumah adat tersebut merupakan hasil dari akulturasi masyarakat yang pernah mendiami ibu kota. Rumah tersebut biasanya dihiasi dengan ornamen-ornamen yang memiliki makna filosofis yang mendalam.
Rumah Adat DKI Jakarta
1. Rumah Kebaya
Dikutip dari situs p2k.stekom.ac.id, rumah kebaya merupaka salah satu jenis dari rumah tradisional suku Betawi . Rumah ini terinspirasi dari sebuah pakaian kebaya yang memiliki bentuk seperti pelana yang dilipat.
Saat dilihat dari samping lipatan itu terlihat seperti lipatan kebaya. Kendati tak terlalu populer, rumah kebaya ini diakui secara resmi sebagai rumah adat dari DKI Jakarta.
ADVERTISEMENT
Desain arsitektur dari rumah kebaya sendiri dibagi menjadi dua bagian, yaitu area area umum yang terdiri dari ruang tamu dan teras yang luas. Sementara di area pribadi adalah ruangan-ruangan seperti kamar, dapur, ruang makan, dan belakang rumah.
Rumah kebaya memiliki ornamen berupa gigi banjang dan banji sebagai identitasnya. Gigi banjang memiliki bentuk seperti papan segitiga dan menjadi simbol kejujuran dan kerja keras dari suku betawi.
Sedangkan banji sendiri merupakan simbol seperti bunga matahari yang berfilosofi sebagai sumber kehidupan dan terang bagi penghuninya.
2. Rumah Gudang
Rumah gudang merupakan jenis rumah adat betawi yang sering ditemukan di wilayah pedalaman. Rumah gudang memiliki desain berbentuk persegi panjang dan memiliki struktur atap seperti pelana dan tersusun seperti kerangka kuda-kuda.
ADVERTISEMENT
Pada bagian depan rumah gudang, biasanya diberi atap yang miring atau disebut dengan markis untuk menahan hujan dan paparan sinar matahari. Rumah gudang terdiri dari dua ruangan.
Ruangan depan dari rumah gudang biasanya merupakan area ruang tamu, sementara ruangan tengah diisi ruangan-ruangan privat seperti kamar dan dapur.
Area belakang pada rumah gudang biasanya digabung dengan bagian tengah. Rumah gudang ini memiliki ornamen berbentuk perisai dan jurai.
Rumah Gudang memiliki filosofi yang sangat dalam yakni tentang keberlanjutan dan keberlimpahan. Rumah ini mencerminkan cara hidup suku Betawi yang bergantung pada hasil pertanian dan menjaga keseimbangan dengan alam.
3. Rumah Panggung
Rumah panggung biasanya ditemukan di wilayah pesisir pantai. Rumah ini didesain agar bisa beradaptasi dengan kondisi lingkungan sekitar, seperti saat air laut pasang, rumah ini tidak akan terendam karena berdiri dengan penyangga.
ADVERTISEMENT
Sebagian besar material rumah panggung dibuat dengan menggunakan kayu, karena pada zaman dahulu kayu mudah ditemukan. Pada umumnya penyangga rumah kayu memiliki tinggi sekitar ukuran sekitar 1 hingga 1,5 meter dari tanah.
Rumah Betawi ini memiliki ornamen khas yaitu berbentuk ukiran seperti segi empat, belah ketupat, dan juga lingkaran. Ornamen-ornamen tersebut bisa ditemukan pada bagian daun pintu dan juga jendela rumah.
Rumah Panggung memiliki filosofi mengenai kebersihan dan kebersamaan. Dengan berada di atas tiang-tiang, rumah ini terhindar dari banjir dan hewan liar. Lantai pertama yang terbuka memudahkan interaksi antarwarga dan tetangga.
4. Rumah Joglo
Sama seperti adat Jawa, suku Betawi juga mempunyai rumah adat yang bernama rumah Joglo. Meski memiliki nama yang sama, namun kedua rumah memiliki perbedaan yang cukup menonjol.
ADVERTISEMENT
Rumah Joglo Betawi memiliki tiang penyangga yang tidak ditemukan di rumah Joglo Jawa. Selain itu, rumah joglo Betawi juga memiliki bentuk yang hampir sama dengan rumah kebaya.
Namun, pada atap dari rumah joglo tidak memiliki pelana seperti rumah kebaya. Atap dari rumah joglo ini lebih berbentuk seperti sebuah perahu terbalik. Rumah joglo terbagi menjadi tiga bagian, yaitu area depan, tengah, dan belakang.
Area depan digunakan untuk ruang tamu dan juga latar. Ruang tengah digunakan untuk kamar dan ruangan keluarga. Sedangkan area belakang digunakan untuk kamar mandi dan dapur.
Filosofi di balik rumah joglo adalah tentang kesederhanaan dan keselarasan dengan alam. Desain rumah ini mencerminkan nilai-nilai keindahan alam dan mempromosikan gaya hidup yang harmonis dengan alam sekitar.
ADVERTISEMENT
Baca Juga: 5 Tempat Wisata Jakarta Barat Murah Meriah
Itulah informasi mengenai rumah adat DKI Jakarta serta makna filosofinya. Semoga bisa menambah luas wawasan mengenai kebudayaan dan rumah adat yang ada di Indonesia.(IND)