Konten dari Pengguna

Sejarah Makam Mbah Priok, Sosoknya dan Tanjung Priok

Seputar Jakarta
Mengulas serba serbi kota Jakarta, mulai dari sejarah, pariwisata, kebudayaan, dan lainnya.
21 Januari 2024 8:35 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Makam Mbah Priok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/Haidar Assegaf.
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Makam Mbah Priok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/Haidar Assegaf.
ADVERTISEMENT
Makam Mbah Priok di kawasan Tanjung Priok punya sejarah yang kental untuk masyarakat muslim di Jakarta. Bagaimana perjalanan Mbah Priok untuk tiba di tanah Batavia dahulu kala, juga menarik untuk disimak.
ADVERTISEMENT
Mbah Priok bukanlah nama asli ulama yang tiba di Batavia pada masa penjajahan Belanda. Berdasarkan buku Merawat Kebhinekaan, Munawir Aziz, (2018:174), nama asli Mbah Priok adalah Hasan bin Muhammad Al Haddad.
Hasan bin Muhammad Al Haddad lahir di Palembang tahun 1727. Kemudian beliau melakukan perjalanan bersama dengan Ali Al Haddad pergi ke pulau Jawa untuk menyebarkan agama Islam.

Sejarah Makam Mbah Priok

Sejarah Makam Mbah Priok. Foto hanya sebagai ilustrasi saja, bukan lokasi sebenarnya. Sumber: Unsplash/Jamie Morrison.
Membahas mengenai sejarah makam Mbah Priok tentu diawali dengan perjalanannya dari tanah Sumatera ke Pulau Jawa. Pada tahun 1756, Mbah Priok atau Habib Hasan bersama dengan Habib Ali Al Haddad pergi ke pulau Jawa dengan misi menyebarkan agama Islam.
Kedua ulama ini berlayar selama dua bulan menuju Batavia. Hal yang dihadapi kedua ulama ini cukup berat. Berdasarkan kisah yang tersebar dari mulut ke mulut, rintangan tersebut salah satunya adalah kapal Belanda dengan persenjataan lengkap.
ADVERTISEMENT
Kapal ini menyerang perahu yang ditumpangi Habib Hasan dan Habib Ali dengan peluru dari meriam. Meski begitu, tidak satu pun peluru menyentuh perahu dua habib ini.
Kedua orang ini memang lolos dari serangan Belanda. Namun, kapal Habib Hasan malah digulung ombak besar. Semua perlengkapan yang ada di dalam kapal hanyut terbawa gelombang.
Dalam kisah itu, barang yang tersisa di perahu kedua habib hanyalah alat penanak nasi zaman dulu dan beberapa liter beras yang berserakan.
Gelombang tidak serta merta berhenti menghujam perahu tersebut. Ketika ombak yang lebih besar datang menghantam, perahu yang ditumpangi pun terbalik. Kedua ulama itu terseret hingga ke semenanjung yang saat itu belum memiliki nama.
Ketika ditemukan oleh masyarakat sekitar, Habib Hasan sudah tidak bernyawa. Sedangkan Habib Ali Al Haddad masih hidup. Di samping kedua ulama tersebut juga ditemukan periuk dan sebuah dayung yang tadi ada di perahu mereka.
ADVERTISEMENT
Jenazah Habib Hasan kemudian dimakamkan tidak jauh dari tempatnya ditemukan. Untuk menandai makam tersebut, dayung yang menyertainya tersebut dijadikan nisan. Sedangkan periuk diletakkan di samping makam.

Cikal Bakal Nama Tanjung Priok

Kisah tadi juga dipercaya sebagai cikal bakal nama kawasan Tanjung Priok. Masih dalam cerita yang sama, diceritakan bahwa dayung yang dijadikan nisan tumbuh menjadi pohon tanjung.
Sementara periuk atau penanak nasi tradisional yang diletakkan di sisi makam terseret arus ombak hingga ke tengah laut.
Menurut cerita setempat, tiga hingga empat tahun setelah pemakaman itu, masyarakat beberapa kali melihat periuk yang terbawa ombak kembali menghampiri makam Habib Hasan.
Oleh karena cerita tersebut, diyakinilah, kisah ini yang melatarbelakangi sebutan Priok untuk kawasan di utara Jakarta.

Makam Mbah Priok Kini

Kisah migrasinya Habib Hasan terus diceritakan dari mulut ke mulut. Bagi masyarakat, perjuangan hidup Habib Hasan ini dianggap suci, maka segala penghormatan terhadap makamnya pun berlangsung hingga kini.
ADVERTISEMENT
Sekitar tahun 2010, pernah terjadi tragedi pertumbukan massa yang menentang pemindahan lokasi makam Habib Hasan atau Mbah Priok, dengan Satpol PP beserta aparat TNI dan Polri. Hal ini semula dipicu akibat sengketa tanah antara PT. Pelindo dengan ahli waris Mbah Priok.
Dalam insiden ini bahkan menewaskan 3 anggota Satpol PP, 28 orang luka berat, 21 orang luka sedang, dan 148 orang luka ringan.
Beralih ke masa pemerintahan Gubernur Basuki Tjahaja Purnama, Makam Habib Hasan atau Mbah Priok akhirnya dijadikan sebagai kawasan Cagar Budaya.
Hal ini sebagaimana tercantum pada SK Gubernur No. 438 tahun 2017 tentang Penetapan Kawasan Makam Habib Hasan (Mbah Priok) sebagai lokasi yang dilindungi dan diperlakukan sebagai situs cagar budaya.
ADVERTISEMENT
Itulah informasi mengenai sejarah Makam Mbah Priok, sosoknya yang punya tujuan mulia bagi umat Islam di Jakarta, serta cikal bakal nama Tanjung Priok. (Fitri A)