Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Sejarah Taman Suropati: Rancangan Tata Kota Zaman Belanda Kini Jadi RTH
6 Januari 2025 16:45 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Jakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Taman Suropati di kawasan Menteng, Jakarta Pusat, telah dibangun sejak zaman Belanda . Taman yang kini turut menjadi ruang terbuka hijau (RTH) itu, merupakan bagian dari rancangan tata kota Batavia pada zaman Hindia Belanda.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan peta online, Google Map, Taman Suropati berada di sisi utara Jalan Diponegoro, dan bisa diakses dari Jalan Besuki, Jalan Teuku Umar, Jalan Syamsu Rizal dan Jalan Imam Bonjol.
Sejarah Taman Suropati
Sejarah Taman Suropati beberapanya dimuat dalam buku sejarah yang membahas tata letak Kota Jakarta, hingga buku wisata. Seperti dikatakan sebelumnya, taman ini merupakan warisan masa lalu dari zaman Hindia Belanda.
Dalam buku Jakarta: Panduan Wisata Tanpa Mal, Wieke Dwiharti (2013:104-106), taman dengan sejarah yang panjang ini dibangun bersamaan dengan pembangunan kawasan Menteng pada belahan pertama abad ke-20.
Daerah Menteng ini merupakan kota taman pertama di Indonesia yang dirancang oleh arsitek Belanda, PAJ Moojen. Mulanya, PAJ Moojen membuat lokasi ini menjadi Lapangan Bundar, yang merupakan titik temu jalan utama.
ADVERTISEMENT
Jalan tersebut yakni Menteng Boulevard (Jalan Teuku Umar), Orange Boulevard (Jalan Diponegoro), dan Nassau Boulevard (Jalan Imam Bonjol).
Karena Lapangan Bundar itu terlalu luas dan berpotensi menghambat lalu lintas, rencana arsitek PAJ Moojen pun dirubah.
Pada tahun 1918, Pemerintah Kota Batavia mulai menunjuk seorang arsitek baru, yakni F.J. Kubatz dan F.J.L. Ghijsels untuk menyempurnakan Lapangan Bundar tersebut menjadi taman.
Taman yang terdiri dari perbukitan itu, mula-mula dipangkas, dan dipindahkan sebagian tanahnya ke Jalan Besuki.
Kemudian, penyempurnaan taman itu, oleh kedua arsitek ini dengan menambahkan ornamen-ornamen berupa patung-patung karya seniman berbakat dari seluruh ASEAN.
Saat itu, fungsi dari taman ini tetap sama. Bahkan taman itu menjadi pusat Kota Menteng, yang merupakan real estate atau kota taman pertama di Batavia, bahkan di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Taman yang telah disempurnakan itu kemudian dinamakan Burgemeester Bisschopplein. Namanya diambil dari wali kota pertama Batavia, yang sangat berjasa bagi Batavia, G. J. Bisschop.
Namanya diabadikan menjadi nama taman sebagai bentuk penghargaan pada wali kota tersebut, karena telah membangun wilayah Batavia dengan banyak kemajuan. Sehingga, arti kata Burgemeester Bisschopplein sendiri yakni Taman Wali Kota Bisschop.
Taman Suropati Kini
Sepeninggal bangsa Belanda dan Jepang dari Jakarta, taman ini kemudian diubah namanya menjadi Taman Suropati. Namanya diambil dari pahlawan nasional, Untung Suropati.
Taman Suropati yang dipenuhi banyak tumbuhan hijau itu, kini menjadi ruang terbuka hijau, yang bisa dikunjungi masyarakat. Tamannya nyaman dan teduh untuk sekadar bersantai dan juga menikmati sore hari.
ADVERTISEMENT
Demikian ulasan singkat mengenai sejarah Taman Suropati, yang dahulunya merupakan bagian rancangan tata kota Batavia, zaman Hindia Belanda. Kini, tamannya bisa dikunjungi dan dinikmati keasriannya oleh masyarakat. (Fitri A)