Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.9
Konten dari Pengguna
Tradisi Syawalan di Semarang: Meriahnya Berebut Kupat Jembut
9 April 2025 14:05 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Seputar Jateng tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Indonesia menjadi negara yang masih mempertahankan budaya dan tradisi, salah satunya adalah tradisi Syawalan di Semarang. Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat setempat tepat setelah Hari Raya Idulfitri atau Lebaran.
ADVERTISEMENT
Di Semarang, tradisi ini berlangsung dengan sangat meriah. Berbagai aktivitas dilakukan pada momen tersebut, menjadikannya salah satu waktu terbaik masyarakat yang memang sayang untuk dilewatkan.
Tradisi Syawalan di Semarang yang Meriah
Dikutip dari buku Tradisi-tradisi Islam Nusantara Perspektif Filsafat dan Ilmu Pengetahuan oleh Puji Rahayu, et.al (2019:15), tradisi Syawalan/Kupatan pada dasarnya merupakan tradisi turun-temurun yang dilaksanakan pada bulan Syawal, hari kedelapan usai puasa Ramadan. Adanya tradisi Syawalan/Kupatan ini merupakan wujud rasa syukur pada Sang Khaliq.
Di Kota Semarang, tradisi ini turut dilakukan pada hari ketujuh atau satu minggu setelah momen Lebaran. Tradisi Syawalan di Semarang dilakukan dengan banyak hal yang menarik, termasuk saling bersalaman dan bermaafan atau halal bi halal.
ADVERTISEMENT
Selain itu, masyarakat Semarang yang ada di Kampung Jaten Cilik, Tlogomulyo, Kecamatan Pedurungan selalu memeriahkan Syawalan dengan membuat dan berbagi kupat jembut. Ini adalah makanan yang dibuat dari beras seperti ketupat atau kupat pada umumnya.
Hanya, kupat jembut memiliki isian, yaitu sambal kelapa dan tauge, membuatnya menjadi salah satu kuliner khas Syawalan Semarang yang begitu unik. Menariknya lagi, pada sela janur kupat kerap kali diselipkan uang, yang membuatnya diperebutkan oleh anak-anak.
Tradisi kupat jembut sebenarnya sudah ada sejak tahun 1950-an. Kebiasaan ini bermula dari masyarakat asli Jaten Cilik yang kembali ke kampung setelah mengungsi karena Perang Dunia II.
Tidak hanya membagikan kupat jembut, tradisi masyarakat Semarang yang berkaitan dengan Syawalan adalah makan bersama. Kebiasaan ini dilakukan oleh masyarakat yang berada di Kalicari, Kecamatan Pedurungan.
ADVERTISEMENT
Selepas bersantap bersama, masyarakat akan melanjutkan dengan membagikan uang untuk anak-anak. Aktivitas membagi uang tersebut biasanya dilakukan sambil bersalaman serta bermaaf-maafan.
Tradisi Syawalan di Semarang bisa dikatakan unik dan meriah. Meski sebenarnya, makna dari kebiasaan tersebut adalah sama, berbagi rezeki sekaligus saling bersilaturahmi dan memaafkan. (YD)