Konten dari Pengguna

Sejarah Alun-Alun Blitar dan Fungsinya pada Zaman Dahulu

Seputar Jatim
Menyajikan segala informasi yang berhubungan dengan Jawa Timur, khususnya travel dan kuliner.
14 April 2025 12:03 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Jatim tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Alun-Alun Blitar. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: pexels.com/Mike Bird
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Alun-Alun Blitar. Foto hanya ilustrasi, bukan tempat sebenarnya. Sumber: pexels.com/Mike Bird
ADVERTISEMENT
Sejarah Alun-Alun Blitar, Jawa Timur mempunyai kisah panjang yang berkaitan dengan masa kolonial Belanda. Menariknya lagi, kawasan alun-alun tersebut dulunya mempunyai fungsi lain yang berbeda dengan masa kini.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari buku Mati Ketawa Ala Tegal: Anekdot dan Anomali Kebijakan Revitalisasi Kawasan Pusat Kota Tegal. A. Zaini Bisri, (2022: 45), alun-alun suatu daerah umumnya berfungsi sebagai ikon kota dan pusat mobilitas masyarakat, sehingga bisa diakses siapa saja secara bebas.

Sejarah Alun-Alun Blitar Lengkap

Masyarakat Blitar tentu sudah tidak asing lagi dengan keberadaan Alun-Alun Kota Blitar yang berada di Jalan Merdeka, Kepanjen Lor, Kepanjenkidul, Kota Blitar. Di balik keramaian alun-alun yang kini menjadi pusat aktivitas masyarakat di ruang terbuka, ternyata ikon Kota Blitar tersebut mempunyai sejarah panjang.
Sejarah Alun-Alun Blitar menurut situs kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpkw11/, berkaitan dengan masa penjajahan Belanda di kawasan Kabupaten Blitar. Sebelum memasuki tahun 1848, pusat pemerintahan Kabupaten Blitar tidak terletak di kawasan Kota Blitar sebagaimana sekarang, tetapi berada di dekat Sungai Pakunden.
ADVERTISEMENT
Pemindahan pusat pemerintahan ke Kota Blitar oleh bupati pertama Blitar terjadi karena dampak dari meletusnya Gunung Kelud dan pembangunan alun-alun tersebut diperkiraan bersamaan dengan dibangunnya rumah dinas bupati pada 1875.
Sebelumnya, Alun-Alun Blitar berfungsi tempat kegiatan sakral, lalu beralih fungsi menjadi tempat penyelenggaraan Rampogan Macan (tradisi perkelahian antara manusia dan harimau atau macan), sampai akhirnya muncul aturan dari pemerintah Hindia Belanda dan mulai difungsikan sebagai tempat transitnya masyarakat atau pamong praja saat hendak menghadap bupati.

Fungsi Alun-Alun Blitar pada Masa Lalu

Sebagaimana penjelasan sebelumnya, Alun-Alun Kota Blitar di masa lalu sempat berfungsi sebagai tempat pelaksanaan Rampogan Macan yang bermula dari keresahan warga setempat, sekitar tahun 1880-an.
Kala itu, masyarakat Blitar merasa cemas dengan keberadaan harimau yang memangsa ternak mereka sebagai dampak dari pembangunan pabrik gula di dekat Gunung Betet Ladoyo, sehingga para harimau mulai terusik.
ADVERTISEMENT
Pemerintah daerah setempat akhirnya melaksanakan sayembara untuk menangkap harimau dan akan dibayar sekitar 10-50 gulden, sehingga muncul tradisi Rampogan Macan. Masyarakat daerah setempat menjadikan tradisi tersebut sebagai tontonan, hingga banyak orang berjualan makanan di kawasan alun-alun.
Pada 1910, pemerintah Hindia Belanda menerbitkan Undang-Undang Perlidungan untuk binatang mamalia serta burung liar, sehingga tradisi Rampogan Macan mulai dilarang. Alun-alun tersebut pun mulai berfungsi sebagai ruang terbuka untuk aktivitas masyarakat dan tempat penyelenggaraan acara resmi pemerintah.
Demikian informasi tentang sejarah Alun-Alun Blitar yang menyimpan kisah tersendiri dan fungsinya pada masa lalu sebelum kini ramai dijadikan pusat aktivitas masyarakat kota. [ENF]