Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa Peristiwa yang Terjadi di Lawang Sewu? Ini yang Paling Bersejarah
19 November 2024 2:16 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Semarang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Apa peristiwa yang terjadi di Lawang Sewu ? Pertanyaan ini sering muncul ketika membahas salah satu bangunan ikonik di Semarang ini.
ADVERTISEMENT
Dengan nama yang berarti seribu pintu dalam bahasa Jawa, Lawang Sewu dikenal karena arsitekturnya yang unik. Meskipun jumlah pintunya sebenarnya hanya 928, angka itu hampir mendekati sewu, istilah yang mewakili angka terbesar di masa lalu.
Lawang Sewu berlokasi di Jl. Pemuda. Pada awalnya, bangunan ini difungsikan sebagai kantor administrasi Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij (NIS), perusahaan kereta api Hindia Belanda. Di balik keindahan arsitekturnya, gedung ini menyimpan sebuah cerita sejarah yang besar maknanya bagi Indonesia.
Apa Peristiwa yang Terjadi di Lawang Sewu, yang Besar Makna Sejarahnya?
Dengan sejarah panjang yang dimilikinya, apa peristiwa yang terjadi di Lawang Sewu tidak hanya menarik, tetapi juga sarat makna. Lawang Sewu merupakan saksi peristiwa bersejarah Pertempuran Lima Hari di Semarang , yang menorehkan jejak penting dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia.
ADVERTISEMENT
Dikutip dari kemenparekraf.go.id, pada tahun 1945, terjadi pertempuran sengit antara Angkatan Muda Kereta Api (AMKA) dan pasukan Jepang. Pertempuran ini berlangsung tanpa henti selama lima hari, tepatnya pada 15–19 Oktober. Insiden ini dipicu oleh gugurnya dr. Kariadi, seorang dokter terkemuka, yang menjadi simbol kehilangan besar bagi rakyat Semarang.
Pasukan Jepang menjadikan Lawang Sewu sebagai markas pertahanan, sementara pemuda AMKA bertahan di Wilhelminaplein, area yang kini dikenal sebagai Kawasan Taman Tugu Muda. Pertempuran ini tidak seimbang, mengingat jumlah dan kekuatan kedua pihak yang berbeda jauh.
Tentara Jepang memiliki sekitar 500 ribu prajurit bersenjata lengkap, sedangkan AMKA hanya terdiri dari lebih dari 2 ribu pemuda yang bersenjatakan bambu runcing. Meski kalah dalam persenjataan, semangat juang AMKA tetap menyala, meskipun banyak yang gugur dalam perjuangan heroik tersebut.
ADVERTISEMENT
Wilhelminaplein menjadi lokasi kuburan massal para pejuang AMKA yang gugur. Namun, jasad mereka kemudian dipindahkan ke Makam Giri Tunggal, yang kini menjadi makam pahlawan untuk menghormati pengorbanan mereka. Peristiwa bersejarah ini menjadikan Lawang Sewu bukan hanya sebagai saksi bisu perjuangan, tetapi juga simbol semangat pantang menyerah.
Sebagai bentuk penghargaan terhadap sejarah ini, pemerintah menetapkan Lawang Sewu sebagai cagar budaya yang dilestarikan. Gedung ini tidak hanya mencerminkan arsitektur kolonial, tetapi juga menjadi pengingat akan semangat perjuangan bangsa dalam merebut kemerdekaan.
Cerita tentang apa peristiwa yang terjadi di Lawang Sewu menjadi pengingat akan perjalanan panjang sejarah bangsa. Bangunan ini tidak hanya menjadi saksi masa lalu, tetapi juga simbol perjuangan dan warisan budaya yang patut dijaga. (CR)
ADVERTISEMENT