Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Kapan Klenteng Sam Poo Kong Dibangun? Ini Cerita Sejarahnya
16 November 2024 13:29 WIB
·
waktu baca 3 menitTulisan dari Seputar Semarang tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kapan Klenteng Sam Poo Kong dibangun sering kali menjadi pertanyaan pengunjung yang datang ke salah satu bangunan bersejarah di Semarang ini. Klenteng ini menjadi salah satu tujuan favorit wisatawan yang ingin melihat megahnya patung Laksamana Cheng Ho.
ADVERTISEMENT
Selain untuk wisata, Klenteng Sam Poo Kong juga masih aktif digunakan sebagai tempat ibadah bagi masyarakat Tionghoa. Saat perayaan Imlek, klenteng ini akan sangat ramai dikunjungi masyarakat lokal dan wisatawan dari berbagai daerah.
Kapan Klenteng Sam Poo Kong Dibangun? Cerita Asal Mulanya
Informasi tentang kapan Klenteng Sam Poo Kong dibangun sebenarnya tidak pasti. Ada sumber yang menyebutkan klenteng ini didirikan pada abad ke-15. Namun, sumber lain turut menyebutkan pembangunannya terjadi pada abad ke-17.
Meski begitu, berdasarkan buku Muslim Tionghoa Cheng Ho: misteri perjalanan muhibah di Nusantara, Yuanzhi Kong dan Hembing Wijayakusuma (2000:62), pada pertengahan pertama abad ke-15, Kaisar Zhu Di Dinasti Ming Tiongkok mengutus suatu armada raksasa untuk mengadakan kunjungan muhibah ke Laut Selatan.
ADVERTISEMENT
Armada itu dipimpin oleh Laksamana Cheng Ho (Sam Po Kong) dibantu Wang Jinghong (Ong King Hong) sebagai orang kedua. Ketika armada berlayar di muka pantai utara Jawa, Wang Jinghong mendadak sakit keras. Menurut perintah Cheng Ho, armada itu singgah di pelabuhan Simongan (kemudian bernama Mangkang), Semarang.
Setelah mendarat, Cheng Ho dan awak kapalnya menemukan sebuah gua. Gua itulah dijadikan suatu tangsi untuk sementara serta dibuatkan sebuah pondok kecil di luar gua sebagai tempat peristirahatan dan pengobatan bagi Wang.
Cheng Ho sendiri yang merebus obat tradisional untuk Wang. Wang mulai membaik sakitnya. Sepuluh hari kemudian, Cheng Ho melanjutkan pelayarannya ke barat dengan ditinggalkannya 10 awak kapal untuk menjaga kesehatan Wang di samping sebuah kapal dan perbekalan-perbekalan.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi, setelah sembuh, Wang Jinghong menjadi betah tinggal di Semarang. Dipimpinnya 10 awak kapal itu untuk membuka lahan dan membangun rumah. Dimanfaatkannya pula kapal yang disediakan Cheng Ho untuk mereka bila hendak menyusul armadanya.
Kapal itu digunakan Wang untuk usaha perdagangan di sepanjang pantai. Kemudian awak kapalnya berturut-turut menikah dengan wanita setempat.
Berkat jerih payah Wang dan anak buahnya, kawasan sekitar gua tersebut berangsur-angsur menjadi ramai dan makmur. Semakin banyak orang Tionghoa yang datang dan bertempat tinggal serta bercocok tanam di sana.
Sebagaimana Laksamana Cheng Ho, Wang Jinghong pun seorang muslim yang saleh. Dia giat menyebarkan agama Islam di kalangan masyarakat Tionghoa dan penduduk setempat di samping diajarkan pula bercocok tanam, dan sebagainya.
ADVERTISEMENT
Demi menghormati Laksamana Cheng Ho yang berjasa, Wang Jinghong mendirikan patung Cheng Ho di gua tadi untuk disembah orang. Konon, Wang meninggal dunia dalam usia 87 tahun dan jenazahnya dikuburkan secara Islam.
Atas jasanya, Wang diberi julukan sebagai Kiai Juru Mudi Dampo Awang. Makam Kiai Juru Mudi Dampo Awang ini kemudian merupakan salah satu bahan tersendiri dalam kompleks Kelenteng Sam Po Kong.
Untuk memperingati Cheng Ho, dibangun Kelenteng Sam Po Kong. Mula-mula, kelenteng itu sangat sederhana. Dalam gua tempat kelenteng itu hanya terdapat patung Cheng Ho semata. Pada tahun 1704, gua itu runtuh akibat angin ribut dan hujan lebat.
Tak lama kemudian, gua yang runtung itu digali dan dipulihkan seperti semula. Kelenteng Sam Po Kong dipugar oleh masyarakat Tionghoa setempat pada tahun 1724.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan cerita tadi, kapan Kelenteng Sam Poo Kong dibangun, yaitu antara abad ke-15 hingga abad ke-17. Meski begitu, catatan tersebut menunjukkan Kelenteng telah ada pada tahun 1700-an dalam bentuk yang sederhana. (YD)