Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Kisah Kampung Pitu, Desa di Gunungkidul yang Hanya Dihuni 7 KK
26 Desember 2023 15:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Kampung Pitu merupakan nama dari kampung kecil yang berada di puncak Gunung Api Purba Nglanggeran, Yogyakarta. Kampung ini memiliki kisah yang sangat unik dan erat kaitannya dengan tradisi masyarakat setempat.
ADVERTISEMENT
Sesuai dengan namanya, kampung tersebut hanya dapat dihuni sebanyak 7 keluarga. Konon, jika kampung itu dihuni melebihi kapasitas yang ditetapkan, maka salah satu dari keluarga itu akan pergi dengan sendirinya.
Asal Usul Kampung Pitu
Dikutip dari situs visitingjogja.jogjaprov.go.id, Kampung Pitu merupakan kampung keramat dan sakral di wilayah Gunung Api Purba Nglanggeran. Hal itu bermula saat di temukannya sebuah Pohon Kinah Gadung Wulung oleh seorang abdi Keraton Yogyakarta.
Di dalam pohon tersebut, terdapat benda pusaka yang memiliki kekuatan besar. Abdi dalem Keraton Yogyakarta menyampaikan, barang siapa yang mampu merawat benda pusaka tersebut akan diberi tanah untuk menjadi tempat tinggal anak dan keturunannya.
Sosok yang menyanggupi perintah tersebut adalah Eyang Iro Kromo. Namun setelah beberapa tahun, benda pusaka tersebut tidak diketahui keberadaannya.
ADVERTISEMENT
Hal ini membuat banyak orang sakti yang tertarik untuk menghuni Kampung Pitu demi mencari benda pusaka tersebut. Dari sekian banyak orang sakti yang datang menghuni wilayah ini, hanya tujuh orang yang kuat bertahan hidup, sisanya banyak yang pergi.
Dari sinilah kepercayaan bahwa hanya tujuh orang yang diperbolehkan untuk menempati kampung ini. Jika lebih dari tujuh, maka akan ada yang pergi, entah karena tidak betah atau meninggal dunia.
Tradisi Turun Temurun
Dari ketujuh orang yang bertahan di kampung tersebut, hanya dua orang yang menikah dan mendapatkan keturunan. Keturunan mereka yang telah menikah dan ingin mendirikan rumah serta menjadi kepala keluarga yang baru maka harus menaati adat istiadat yang berlaku.
Karena hanya tujuh kepala keluarga yang boleh menempati kampung tersebut, maka orang tersebut harus menunggu hingga ada kepala keluarga yang meninggal atau pindah ke wilayah lain.
ADVERTISEMENT
Jika ada yang melanggar, maka akan terjadi suatu kejadian yang tidak diinginkan. Seperti salah satu dari kepala keluarga tersebut sering sakit-sakitan, merasa tidak betah ingin pergi dari rumahnya serta adanya kejadian gaib yang mengganggu kehidupannya dan bahkan meninggal dunia.
Keanehan-keanehan tersebut bahkan dipercaya masih ada sampai sekarang. Hal itulah yang menjadikan kawasan kampung menjadi unik dan sangat sakral.
Itulah informasi mengenai kisah Kampung Pitu yang ada di Puncak Gunung Api Purba Nglanggeran. Semoga bisa menambah wawasan mengenai tradisi dan budaya yang masih sangat kental di Indonesia, khususnya Jogja. (IND)