Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Menilik Sejarah Masjid Rotowijayan, Saksi Sejarah Perkembangan Jogja
23 Maret 2024 12:16 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
Sejak masih berada di bawah kekuasaan Kerajaan hingga saat ini Jogja telah mengalami perkembangan yang sangat pesat dan berubah menjadi kota wisata yang modern. Meski begitu peninggalan sejarah seperti masjid dan bangunan lainnya tetap terjaga dengan baik.
Menilik Sejarah Masjid Rotowijayan
Keberadaan Masjid Rotowijayan menjadi bukti sejarah perkembangan Jogja termasuk perkembangan Islam di daerah ini. Dikutip dari laman resmi Dinas Pariwisata Jogja https://pariwisata.jogjakota.go.id, masjid ini merupakan masjid yang didirikan pada tahun 1972.
Masjid Rotowijayan didirikan atas prakarsa Sultan Hamengkubuwono II. Nama "Rotowijayan" sendiri berasal dari kata "roto" yang berarti "terbuka" dan "wijaya" yang berarti "kemenangan".
Masjid ini bukanlah sekadar tempat untuk beribadah. Masjid ini berdiri sebagai saksi bisu perjalanan panjang Yogyakarta, masjid ini menyimpan kisah-kisah heroik yang terpahat dalam temboknya.
ADVERTISEMENT
Sejak awal, Masjid Rotowijayan tak hanya difungsikan sebagai tempat ibadah. Masjid ini juga menjadi pusat kegiatan masyarakat, khususnya para Abdi Dalem Suranata. Abdi Dalem ini bertugas mengurusi dan merawat masjid-masjid di lingkungan Keraton Yogyakarta.
Pada tanggal 17 Agustus 1826, masjid ini digunakan untuk menyemayamkan jenazah Kanjeng Gusti Pangeran Adipati (KGPA) Mangkudiningrat yang merupakan putra kesayangan Sri Sultan Hamengku Buwono II.
Dalam komplek masjid ini juga terdapat makam dari Kiai Driyoijoyo yaitu seorang abdi dalem keraton yang bertugas untuk memayungi KGPA Mangkudiningrat.
Selain memiliki sejarah dalam hal spiritual dan hubungannya dengan keraton, masjid ini juga menjadi saksi bisu dari perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah khususnya adalah pasukan Inggris,
Di area masjid ini menjadi saksi tertembaknya bahu komandan pasukan Inggris yaitu kolonel Galapsy dalam peristiwa yang dikenal dengan Geger Spey atau Perang Inggris melawan Sri Sultan Hamengku Buwono II.
ADVERTISEMENT
Kini, Masjid Rotowijayan masih berdiri tegak, tak hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai destinasi wisata religi yang memikat para pengunjung.
Mimbar kuno, beduk yang pernah menggemakan semangat jihad, dan Al-Qur'an kuno yang terawat dengan baik menjadi peninggalan sejarah yang bisa dijumpai.
Demikian adalah ulasan mengenai sejarah Masjid Rotowijayan yang menjadi salah satu saksi perkembangan Jogja. (ARD)