Konten dari Pengguna

Sejarah Candi Abang di Jogja, Candi di Atas Bukit Peninggalan Mataram Kuno

Seputar Yogyakarta
Mengulas serba serbi kota Yogyakarta.
19 Februari 2024 13:20 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Candi Abang di Jogja. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/LUKAS FITRIA ADI SETIAWAN
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Candi Abang di Jogja. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/LUKAS FITRIA ADI SETIAWAN
ADVERTISEMENT
Jogja adalah sebuah kawasan yang sarat akan peninggalan sejarah, karena daerah ini memiliki banyak kaitan dengan beberapa kerajaan besar yang pernah berdiri di Pulau Jawa. Salah satu peninggalan sejarah yang bisa dikunjungi adalah Candi Abang.
ADVERTISEMENT
Selain Candi Abang di Jogja, ada banyak peninggalan yang serupa. Misalnya adalah Candi Prambanan, Candi Borobudur, atau Candi Ratu Boko.

Sejarah Candi Abang di Jogja

Sejarah Candi Abang di Jogja. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Elang Wardhana
Dikutip dari buku Candi karya Teguh Purwantari, (2023) Candi Abang adalah nama yang diberikan oleh masyarakat sekitar pada masa Hindia Belanda karena candi ini terbuat dari batu bata berwarna merah (abang dalam bahasa Jawa).
Candi ini berbentuk seperti piramid dengan ukuran 36 meter x 34 meter dan berada di atas bukit yang memiliki ketinggian 6 meter dengan diameter 40 meter. Letak Candi Abang berada di Dusun Candiabang, Kelurahan Jogotirto, Kecamatan Berbah, Sleman, Yogyakarta.
Tempat candi ini berada juga berdekatan dengan Bandara Adisucipto. Beberapa sumber sejarah mengatakan, jika candi yang berbeda dengan candi pada umumnya di Jogja ini dibangun pada sekitar abad ke-9 dan ke-10 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno.
ADVERTISEMENT
Meskipun demikian, candi ini diperkirakan mempunyai umur yang lebih muda dari candi-candi Hindu lainnya. Pada 1932, ditemukan sebuah prasasti di situs ini, yang memuat tulisan tahun 794 Saka atau 872 Masehi.
Namun, tidak ada bukti yang menunjukkan siapa pembangun atau penguasa candi ini. Saat ini, ini hanya tersisa reruntuhan lantai bekas ruangan saja, sedangkan bangunan candinya tidak ada lagi.
Pada waktu pertama kali ditemukan, dalam candi ini terdapat arca dan alas yoni lambang dewa Siwa berbentuk segidelapan (tidak berbentuk segi empat, seperti biasanya) dengan sisi berukuran 15 cm.
Tidak hanya itu dalam sebuah laporan bersejarah pada Rapporten van den Oudheidkundigen Dienst in Nederlandsch-Indie tahun 1915 mengungkapkan temuan menarik di Candi Abang.
ADVERTISEMENT
Di mana ada Lingga dan arca Buddha ditemukan, menyiratkan keberagaman budaya dan agama yang pernah berakar di tempat ini.
Candi Abang Jogja merupakan salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Candi ini menunjukkan kekayaan dan keragaman budaya Indonesia pada masa lalu. (ARD)