Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.99.1
3 Ramadhan 1446 HSenin, 03 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Sejarah Gudeg Jogja yang Tersohor sebagai Kuliner Khas Daerah
24 November 2023 15:31 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Makanan khas daerah memiliki cerita asal-usulnya sendiri. Misalnya sejarah gudeg Jogja yang tersohor di Yogyakarta. Makanan berbahan dasar nangka muda tersebut punya 2 versi cerita yang menarik.
ADVERTISEMENT
Cerita pertama berasal dari karya sastra Jawa sedangkan cerita kedua berasal dari mulut ke mulut. Ternyata kata gudeg diserap dari bahasa Jawa. Kata apakah itu?
Sejarah Gudeg Jogja dalam Dua Versi
Mengutip dari buku Gastronomi Indonesia sebagai Identitas Budaya dan Daya Tarik Wisata oleh Suci Sandi Wachyuni (2023:18), gudeg mempunyai sejarah panjang yang berkembang di wilayah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Terdapat dua versi sejarah gudeg Jogja yang berkembang di masyarakat.
Sejarah Gudeg Versi Pertama
Kata gudeg diambil dari bahasa Jawa, yaitu "hangudeg" atau "ngudheg" yang artinya "mengaduk". Proses pembuatan gudeg yang menggunakan metode mengaduk membuat kata ini diadaptasi sebagai nama kulinernya.
Pengaduk yang digunakan untuk mengaduk gudeg adalah centong yang terbuat dari kayu. Centong ini dipakai untuk membantu mengubah posisi gudeg dan mengaduknya agar matang merata dan tidak gosong.
ADVERTISEMENT
Sejarah Gudeg Versi Kedua
Dalam karya sastra berjudul Serat Centhini karya pujangga Keraton Surakarta Hadiningrat disebutkan bahwa gudeg tidak hanya berkembang di Yogyakarta, melainkan juga di Klaten dan Wonogiri.
Hal tersebut dibuktikan dengan ditemukannya gudeg di rumah Pangeran Tembayat di Klaten dan Endrasmara di Wonogiri.
Adapun Serat Centhini sendiri adalah karya sastra Jawa yang memuat isinya memuat banyak ilmu pengetahuan seperti sejarah, ilmu sirep, mistik, pendidikan, geografi, arsitektur, ilmu alam, agama, tasawuf dan lainnya.
Asal mula kata gudeg sama dengan bersi pertama yaitu "hangudeg", namun masyarakat mengartikannya berbeda. Arti dari kata tersebut adalah memasak nangka dengan susu, kelapa dan daun melinjo di dalam kuali besar.
Dua versi cerita asal mula gudeg di atas sama-sama menjelaskan bahwa penamaan gudeg diambil dari bahasa Jawa. Makanan bercita rasa manis dan gurih tersebut sebenarnya juga ada yang memakai manggar atau bunga kelapa sebagai bahan dasarnya.
ADVERTISEMENT
Penyajian gudeg umumnya dilengkapi dengan ayam, telur, olahan kulit sapi dan sambal. Bagi masyarakat yang sudah mencicipi gudeg asli Yogyakarta pasti tahu bagaimana kuliner ini sangat ikonik di daerah asalnya.
Sejarah gudeg Jogja di atas menarik untuk diketahui sebagai tambahan wawasan agar semakin memahami betapa kayanya kekayaan kuliner Nusantara. (IMA)