Konten dari Pengguna

Sejarah Masjid Kampus UGM yang Dibangun Tepat saat Presiden Soeharto Lengser

Seputar Yogyakarta
Mengulas serba serbi kota Yogyakarta.
15 Maret 2024 15:04 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sejarah Masjid Kampus UGM. Sumber: Unsplash/ RUMAH ZIS UGM.
zoom-in-whitePerbesar
Sejarah Masjid Kampus UGM. Sumber: Unsplash/ RUMAH ZIS UGM.
ADVERTISEMENT
Masjid Kampus UGM merupakan salah satu masjid bersejarah dan juga tersebar di Jogja. Sejarah Masjid Kampus UGM berawal dari tahun 1998, tepatnya pada saat Presiden Soeharto lengser dari jabatannya
ADVERTISEMENT
Masjid Kampus UGM atau yang dikenal dengan nama Maskam UGM merupakan pusat kegiatan keislaman di lingkungan Universitas Gadjah Mada. Selain menjadi pusat kegiatan Islam, masjid ini juga menjadi salah satu rujukan Islamic travelling di Jogja.

Sekilas tentang Masjid Kampus UGM

Sejarah Masjid Kampus UGM. Sumber: Unsplash/ RUMAH ZIS UGM.
Masjid UGM berdiri di atas tanah bekas kompleks pemakaman Tionghoa milik Keraton Yogyakarta. Masjid seluas 2,8 hektare ini mengambil unsur joglo untuk menonjolkan identitas tradisional Jawa.
Unsur ini dipadukan dengan gaya arsitektur Indonesia dan arsitektur Islam gaya Timur Tengah, seperti Turki, Nabawi, Masjidil Haram, dan Syiah. Masjid ini memiliki dua gerbang utama setinggi 14 meter yang terletak di sisi timur UGM.
Kemegahan dan kemewahan tempat ibadah ini tak lepas dari cerita sejarah Masjid Kampus UGM yang penuh dengan perjuangan. Apalagi kampus ini dibangun pada tahun 1898, tepat saat presiden Soeharto lengser.
ADVERTISEMENT
Awalnya UGM tidak memiliki masjid, seluruh kegiatan keagamaan dipusatkan di Gelanggang Mahasiswa. Hingga makin lama tempat tersebut tidak memadai karena Gelanggang Mahasiswa juga dipergunakan untuk kegiatan mahasiswa yang lain.
Hingga akhirnya Prof. Koesnadi Hardjasumantri yang pada saat itu menjabat Rektor UGM mempunyai ide untuk membangun Masjid Kampus. Gagasan ini terlaksana pada saat puncaknya gerakan reformasi dan UGM menjadi salah satu inisiator dan pusat dari gerakan tersebut.

Perjalanan Sejarah Masjid UGM

Sejarah Masjid Kampus UGM. Foto hanya ilustrasi, bukan gambar sebenarnya. Sumber: Unsplash/ Mufid Majnun.
Masjid terbesar di Jogja ini memiliki perjalanan sejarah yang panjang, yakni dimulai dari penentuan lokasi, penentuan arah kiblat, peletakan batu pertama, hingga pemberian nama. Berikut cerita sejarah dari Masjid Kampus UGM yang menarik untuk diketahui.

1. Penentuan Lokasi

Hal pertama yang dilakukan dalam pembangunan Masjid Kampus adalah penetuan lokasi yang tepat. Prof. Koesnadi Hardjasoemantri dan seorang dosen muda, Syaukat Ali memilih lokasi komplek makam Tionghoa yang ada di sebelah Timur UGM.
ADVERTISEMENT
Tanah tersebut berstatus Sultan Ground atau tanah Keraton. Tentunya ada berbagai persoalan yang harus dihadapi, yakni mulai dari pemindahan makam, persolan ahli, waris, hingga perizinan.
Setelah melewati proses yang panjang, akhirnya dilakukan pemindahan 1.800 makan ke kawasan Piyungan. Pemindahan tersebut memakan waktu sekitar dua bulan.

2. Penentuan Arah Kiblat

Dikutip dari situs masjidkampus.ugm.ac.id, salah satu masjid tersebut di Jogja ini dibangun pada tahun pada 21 Mei 1998, tepat pada saat Presiden Soeharto lengser. Saat itu panitia pembangunan masjid kampus tengah menentukan arah kiblat.
Kegiatan tersebut melibatkan pihak Departemen Agama RI (Depag) dan tim dari jurusan Teknik Geodesi UGM. Setelah arah kiblat ditentukan, pembangunan Masjid Kampus, Prof. Sukanto menyelenggarakan upacara peletakan batu pertama pembangunan Masjid Kampus secara formalitas dan simbolis.
ADVERTISEMENT
Kegiatan tersebut dihadiri oleh sivitas akademika dan beberapa. Selanjutnya, pembangunan Masjid Kampus pun dimulai dengan hanya berbekal dana sebesar Rp60.000.000 saja.

2. Pemberian Nama Masjid Kampus UGM

Proses pemberian nama Masjid Kampus UGM memiiiki cerita tersendiri. Awalnya, pemberian nama Masjid Kampus UGM akan dilakukan dengan cara mengumpulkan referensi, menyaringnya, dan kemudian memilih mana yang paling baik dan mengandung makna yang baik pula.
Namun, pada praktiknya, pengusulan nama masjid kerap diiringi dengan kontroversi. Banyak yang mencurigai adanya motif bahwa pihak-pihak tertentu sengaja menitipkan nama untuk masjid kampus.
Sempat pula terlintas akan dinamai sebagai Masjid Al-lkhlas. Rektor UGM yang kala itu dijabat oleh Bapak Ichlasul Amal, tidak menyetujui karena ada kemungkinan muncul stigma bahwa penamaan dipengaruhi oleh dirinya.
ADVERTISEMENT
Akhirnya, rektor UGM mengajukan usulan agar masjid tersebut cukup diberi nama sesuai dengan nama kampus. Hal ini didasari pada pengamatan bahwa di Timur Tengah, penamaan masjid biasanya merujuk pada lokasinya.
Itulah sejarah Masjid Kampus UGM, salah satu tempat ibadah tersebar di Yogyakarta. Kini masjid tersebut menjadi rujukan Islam Traveling di kota Jogja. (IND)