Tradisi Grebeg Syawal dan Maknanya

Seputar Yogyakarta
Mengulas serba serbi kota Yogyakarta.
Konten dari Pengguna
6 April 2024 17:02 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Seputar Yogyakarta tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Tradisi Grebeg Syawal dan Maknanya. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Farano Gunawan
zoom-in-whitePerbesar
Tradisi Grebeg Syawal dan Maknanya. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Farano Gunawan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Tradisi Grebeg Syawal adalah salah satu tradisi yang ada di Jogja dan diselenggarakan oleh pihak Keraton Yogyakarta. Tradisi ini akan dilakukan pada saat Hari Raya Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Tradisi ini memiliki makna yang mendalam dan merupakan salah satu satu bentuk akulturasi budaya Jawa dan Islam. Tradisi ini sudah dilakukan sejak dulu dan masih rutin dilakukan hingga saat ini. Bahkan kini tradisi ini menjadi salah satu daya tarik bagi pengunjung yang sedang liburan.

Tradisi Grebeg Syawal dan Maknanya yang Belum Banyak Diketahui Orang

Tradisi Grebeg Syawal dan Maknanya. Foto hanya ilustrasi bukan tempat sebenarnya. Sumber foto: Unsplash.com/Fuad Najib
Dikutip dari laman resmi Dinas Kebudayaan DIY (https://budaya.jogjaprov.go.id) tradisi Grebeg Syawal adalah tradisi istimewa yang diselenggarakan di Yogyakarta setiap Hari Raya Idul Fitri.
Tradisi ini merupakan simbol rasa syukur atas kemenangan umat Islam setelah sebulan penuh menjalankan ibadah puasa Ramadhan.
Grebeg Syawal diperkirakan berasal dari tradisi Jawa Kuno yang dikenal dengan Rajawedha di mana tradisi tersebut dilakukan dengan cara memberikan sedekah bumi kepada rakyat agar mendapatkan kedamaian dan kemakmuran.
ADVERTISEMENT
Akan tetapi pada saat Islam masuk ke Jogja tradisi tersebut sempat berhenti dan membuat masyarakat resah. Akan tetapi pada akhirnya Walisongo kembali melakukan tradisi tersebut dengan melakukan beberapa penyesuaian.
Seiring berjalannya waktu tradisi ini baru memiliki tata cara yang sama setelah adanya Undang-Undang Keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta pada tahun 2012 silam. Di mana sejak saat itu setiap tahun pihak Keraton Yogyakarta akan melakukan grebeg syawal dengan tata cara yang sama.
Grebeg Syawal diawali dengan ritual penjamasan pusaka keraton di Bangsal Kencono. Pusaka-pusaka keraton yang dimandikan antara lain Tombak Kyai Plered, Kyai Ageng Bondan, dan Kyai Ageng Joko Piturun.
Pada pagi hari, diadakan upacara Garebeg di Keraton Yogyakarta. Sultan dan para abdi dalem keraton berjalan kaki menuju Masjid Agung Yogyakarta untuk melaksanakan salat Idul Fitri.
ADVERTISEMENT
Setelah salat Idul Fitri, Sultan kembali ke keraton dengan diiringi oleh para abdi dalem dan prajurit keraton. Di halaman keraton, diadakan prosesi pembagian gunungan yang berisi berbagai macam hasil bumi dan makanan kepada masyarakat.
Tradisi Grebeg Syawal memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat Yogyakarta. Tradisi ini merupakan simbol rasa syukur atas nikmat yang diberikan oleh Allah SWT, serta sebagai bentuk kepedulian dan berbagi dengan sesama.
Gunungan yang dibagikan melambangkan kelimpahan dan kesyukuran atas panen yang berlimpah. Pembagian gunungan ini juga merupakan bentuk sedekah dari Sultan kepada rakyatnya.
Tradisi Grebeg Syawal juga menjadi momen penting untuk mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi antar masyarakat Yogyakarta.
ADVERTISEMENT
Jadi tradisi Grebeg Syawal adalah tradisi untuk menandai kemenangan setelah menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadan. (ARD)