Konten dari Pengguna

Sebagai Katak atau Cicak Kita untuk Palestina?

Setiawan Muhdianto
ASN Kementerian Kelautan dan Perikanan Tulisan merupakan pendapat pribadi, tidak mewakili tempat kerja
15 November 2023 16:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
4
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Setiawan Muhdianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Aksi Bela Palestina di Monas. Foto: Koleksi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Aksi Bela Palestina di Monas. Foto: Koleksi Pribadi
ADVERTISEMENT
Namrud begitu gembira ketika api berkobar dan siap menghanguskan Nabi Ibrahim AS. Di saat bersamaan seekor cicak juga begitu bersemangatnya meniupkan mulutnya ke arah api. Di sisi lain sang katak bolak-balik ke sungai mengambil air untuk disemburkan, berharap api segera padam.
ADVERTISEMENT
Perilaku kedua makhluk ini sebenarnya tiadaguna dan tidak berpengaruh apapun. Api mustahil padam oleh aksi heroik katak. Api yang membesar pun bukan karena tiupan cicak. Tapi, kita bisa menyimpulkan di posisi manakah kedua makhluk itu berpihak.
Peristiwa yang terjadi di Palestina khususnya Gaza saat ini bukan lagi disebut konflik. Seluruh dunia mengutuknya sebagai pembantaian, kebiadaban, genosida dan kejahatan kemanusiaan. Suara-suara agar pembantaian dihentikan dan Israel diberi sanksi, bergema di mana-mana.
Meski demikian kekejaman tersebut sepertinya belum ada tanda usai. Ada kekuatan besar yang membuat Israel terus melancarkan aksinya. Mereka, Namrud-namrud tidak henti tertawa, puas tiada tara. Mendengar bom yang menggelegar dan melihat asap yang membubung ke udara.
Israel telah melakukan kebiadaban dengan menyerang warga sipil dan anak-anak. Tindakan mereka telah melampaui batas kemanusiaan dengan menyerang rumah sakit, tempat pengungsian dan jurnalis. Bahkan iring-iringan ambulans pun mereka bom.
Foto yang diambil dari posisi dekat Sderot di sepanjang perbatasan Israel dengan Jalur Gaza pada 12 November 2023 ini menunjukkan suar yang dijatuhkan pasukan Israel di atas daerah Palestina di tengah pertempuran. Foto: Fadel Senna/AFP
Sungguh miris melihat para korban di Gaza. Gedung dan rumah yang hancur, mayat yang berserakan dan warga yang kehilangan keluarganya menghiasi berita setiap hari. Aktivitas sekolah di sana pun berhenti, selesai.
ADVERTISEMENT
Serangan terhadap fasilitas kesehatan menyebabkan bahan dan peralatan medis menipis. Bantuan dari luar dihambat oleh Israel. Sudah lumrah dokter melakukan operasi tanpa anestesi. Bisa dibayangkan rasa sakit yang mereka rasakan.
Sebagai apakah kita melihat Gaza? Diam dan netral bisa dimaknai sebagai pembiaran, cuek dan tidak peduli pada korban yang terus berjatuhan. Bisa pula diartikan sebagai dukungan atas aksi kebrutalan agar terus berlangsung. Yang dibutuhkan saat ini adalah keberpihakan, solidaritas dan kepedulian.
Sebagian orang mungkin skeptis dan bertanya untuk apa warga Indonesia peduli dan membantu Palestina. Percuma dan sia-sia kita teriak bela Palestina. Untuk apa turut campur urusan negara lain. Kalau mau membantu, mending kepada sesama warga negara saja, nyinyir mereka.
ADVERTISEMENT
Ibarat katak dan cicak, sebagai individu kita mungkin tidak bisa berbuat banyak untuk membantu Palestina. Lokasi konflik juga ribuan kilometer jaraknya dari Indonesia. Kita tidak bisa ikut berperang langsung melawan tentara Zionis.
Namun, banyak jalan menuju Roma. Banyak cara untuk untuk menunjukkan empati. Banyak alternatif untuk memperlihatkan keberpihakan. Cara massal terbuka maupun individual nan sunyi bisa dilakukan.
Solidaritas warga Indonesia ini begitu besar pada Palestina. Bukan hanya karena korbannya adalah sesama muslim. Saudara-saudara dari agama lain pun mengungkapkan kepeduliannya. Empati warga Indonesia nampak dari aksi boikot produk Israel, demonstrasi dan status di medsos yang menunjukkan kepedulian.
Aksi solidaritas Palestina dilakukan di seluruh penjuru dunia. Bahkan penganut Yahudi di berbagai negara pun mengutuk serangan Israel. Persoalan di Gaza bukan hanya konflik agama. Permasalahan di Gaza adalah urusan kemanusiaan.
Demonstran berunjuk rasa untuk mendukung warga Palestina di tengah konflik yang sedang berlangsung antara Israel dan Hamas, di luar Gedung Putih, Washington, AS. Foto: Elizabeth Frantz/REUTERS
Bagi yang mempunyai kelebihan harta bisa memberikan bantuan untuk keperluan pembelian bahan pokok, peralatan medis, dan lainnya. Para pemimpin maupun pejabat publik bisa membuat seruan bela Palestina.
ADVERTISEMENT
Yang tidak kalah menggembirakannya adalah dijadikannya media sosial sebagai ajang jihad. Aksi solidaritas untuk Palestina selalu menjadi trending setiap hari. Propaganda, ajakan, dukungan, solidaritas dan berita tentang Palestina menghiasi media massa dan media sosial setiap hari.
Selain aksi yang sifatnya gempita seperti di atas, aksi sunyi pun sangat penting. Langitkan doa agar segera ada solusi dan jalan keluar dari situasi ini. Berharaplah agar Palestina segera memperoleh kemerdekaan.
Aksi boikot pun bisa dilakukan, bukan dengan memaksa menutup gerai atau toko yang berafiliasi dengan Israel. Cukup dengan berusaha sebisa tidak memilih produk Israel. Penggunaan produk dalam negeri apalagi dari usaha mikro dan kecil akan lebih membawa manfaat.
Meski demikian ada beberapa pihak yang diam melihat krisis Gaza. Ada pula yang justru mendukung aksi Israel. Mereka ibarat cicak yang menyalahkan Hamas yang menyerang Israel lebih dulu.
ADVERTISEMENT
Aksi Israel mereka benarkan sebagai upaya melindungi warganya upaya membalas serangan. Korban di pihak Palestina mereka maklumi karena Hamas bersembunyi di permukiman dan menjadikan warga sebagai tameng.
Setiap manusia dibebaskan untuk memilih dengan akalnya. Setiap pilihan ada konsekuensinya. Apabila nanti Tuhan menanyakan di pihak manakah kita berdiri, semoga kita bisa menjawabnya dengan yakin, gagah dan lantang. Aku bersama Palestina!