news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Bagaimana Seharusnya Kita Bersikap dalam Masa Wabah Virus Corona

Setyo Hargianto
Staf Kementerian Luar Negeri RI, A Traveler, and a Daydreamer
Konten dari Pengguna
20 Maret 2020 21:50 WIB
comment
2
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Setyo Hargianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Virus Corona saat ini telah menjadi pandemi. Photo Courtesy: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Virus Corona saat ini telah menjadi pandemi. Photo Courtesy: Pixabay
ADVERTISEMENT
Walaupun Pemerintah Indonesia belum memutuskan untuk melakukan lockdown terkait wabah virus Corona, social distancing terus dianjurkan untuk mengurangi penyebaran. Sebagaimana diketahui, penyebaran virus Corona tidak airborne, namun melalui droplets individu yang terjangkit virus tersebut. Droplets yang dimaksudkan adalah semburan air liur yang dikeluarkan ketika kita batuk atau bersin, dan jarak aman menghindar dari droplets tersebut adalah 2 (dua) meter.
ADVERTISEMENT
Hal yang paling dikhawatirkan tentunya adalah jatuhnya droplets tersebut pada benda-benda umum seperti railing tangga atau eskalator, yang kemudian kita tidak sengaja pegang, kemudian kita menyentuh muka, yang kemudian menyebabkan kita terpapar melalui mulut, hidung, bahkan mata.
Sehingga terjadilah himbauan keras untuk menghindari kontak dekat dengan orang lain dalam rangka mengurangi resiko penularan virus dari orang ke orang, atau social distancing tersebut. Namun sejauh mana hal tersebut perlu dilakukan? Karena social distancing bukanlah social isolation, sampai harus mengunci diri dari kehidupan sosial secara umum.
Walaupun social distancing sangat diperlukan, terdapat sejumlah dampak negatif dari kebijakan tersebut. Contoh adalah terkait dengan imbas pada perekonomian. Walaupun saat ini konsumen banyak melakukan stockpiling barang-barang pokok, yang berarti menambah profit untuk para retailer dan mendongkrak ekonomi, keuntungan tersebut adalah jangka pendek karena para konsumen tidak akan melakukan transaksi sampai barang-barang pokok mereka habis, dan itu akan memakan waktu yang cukup lama.
ADVERTISEMENT
Selain dari sisi ekonomi, terdapat pertanyaan pula dalam aspek sosial dan kesehatan mental. Spesialis Pathogen dari Serial Dokumenter Pandemic: How to Survive an Outbreak (saat ini streaming di Netflix), menyampaikan pentingnya social distancing tersebut untuk mencegah penyebaran, namun menggarisbawahi pula pentingnya interaksi sosial secara langsung bagi kesehatan mental individu, terutama kesehatan mental anak-anak.
Hal lain yang perlu diperhatikan pula adalah level stress. Apabila kerja dari rumah membawa beban yang lebih dibandingkan kerja di kantor, seperti selain mendapatkan arahan dari atasan melalui aplikasi daring, mendapatkan arahan pula dari pasangan/anak secara langsung, yang kemudian menyebabkan stress, hal tersebut pun tidak baik untuk kesehatan.
Para immunologist menyatakan bahwa level stress yang tinggi dapat mengurangi kemampuan badan memproduksi limfosit, yaitu sel darah putih yang berfungsi menjadi bagian dari sistem daya tahan tubuh, yang menjaga dari infeksi dan virus. Mengingat bahwa penyebaran yang terjadi saat ini adalah virus, perlu pula untuk memastikan bahwa sistem daya tahan tubuh dalam kondisi baik pula.
Social Distancing penting untuk dipraktikkan. Photo Courtesy: Pixabay
Sebelum berlanjut, satu hal yang perlu diingat adalah social distancing itu penting dan kita sebagai umat manusia perlu melakukan praktik dan tindakan dalam rangka mendukung flattening of the curve penyebaran virus. Namun, bagi mereka yang harus meninggalkan tempat tinggal karena suatu hal yang mendesak, atau dalam rangka pula menjaga kesehatan mental diri sendiri dan keluarga, ataupun untuk penurunan level stress, this article is for you. Untuk itu, mohon dapat diperhatikan beberapa hal penting sebagai berikut sebelum meninggalkan tempat tinggal:
ADVERTISEMENT
Maksud dari be less sensitive adalah jangan mudah tersinggung. Masyarakat dihimbau sejumlah hal untuk mitigasi penyebaran virus, diantaranya adalah batasan interaksi sosial dan penjagaan perilaku tertentu.
Sehingga apabila menemui kerabat atau rekan yang menolak berjabat tangan setelah tangan diajukan, atau setelah refleks berjabat tangan tiba-tiba rekan/kerabat tersebut langsung cuci tangan, atau tiba-tiba diukur suhu tubuh dan diminta menggunakan hand sanitizer ketika masuk pusat perbelanjaan, jangan hal-hal tersebut membuat kesal ataupun marah, karena anda sendiri pun akan melakukan hal yang sama apabila di posisi mereka.
Berjabat tangan? a BIG NO-NO! Photo Courtesy: Pixabay
Bertolak belakang dari poin di atas, untuk orang lain baiknya bersikap lebih sensitif. Dengan situasi saat ini, kita dituntut untuk menumbuhkan social solidarity, yaitu kewajiban moral untuk mengurangi aktivitas sosial, praktik social distancing, dan mencari alternatif kegiatan yang lebih aman, seperti penggunaan aplikasi teleconference untuk pertemuan atau kalau memang harus bertemu langsung, memilih alternatif tempat yang terbuka, seperti restoran dengan opsi rooftop. Satu hal lain, apabila merasa tidak sehat atau sampai timbul gejala yang dapat diperkirakan adalah karena terpapar virus Corona, agar tetap di tempat tinggal dan mengikuti instruksi kesehatan dari Rumah Sakit terdekat.
ADVERTISEMENT
Perlu selalu diingat bagaimana virus tersebar, yaitu melalui penyebaran droplets tersebut. Sehingga, konsekuensi meninggalkan tempat tinggal dalam situasi saat ini, maka perlu senantiasa mindful, dalam hal berinteraksi dengan orang lain dan melakukan praktik-praktik pencegahan sebagaimana dianjurkan oleh para ahli kesehatan dan Pemerintah. Contoh adalah menghindari menyentuh secara langsung benda dan objek yang senantiasa disentuh oleh orang-orang pada umumnya, seperti tombol lift, pegangan pada tangga, bahkan uang. Apabila memang harus menyentuh benda-benda tersebut, segera untuk cuci tangan.
Hal lain adalah mengurangi untuk menyentuh wajah, karena penyebaran virus tersebut utamanya adalah melalui droplets tersebut yang kemudian terpapar ke wajah karena kita secara refleks senantiasa menyentuh wajah. Atau perlu diingat, sebelum menyentuh wajah agar mencuci tangan terlebih dahulu atau gunakan sanitizer.
ADVERTISEMENT
Satu hal lagi yang refleks kita lakukan, yaitu berjabat tangan. Karena pentingnya praktik ini dihindari, berikut ini beberapa alternatif dari berjabat tangan yang dapat dilakukan ketika bertemu rekan kerja, kerabat, atau pun teman dekat, sebagai berikut:
a. Langsung menyapa
Inisiatif langsung sapa Hello! Photo Courtesy: Pixabay
Akan lebih efektif apabila dilakukan secara inisiatif, sebelum rekan/kerabat sadar akan berpapasan dengan anda. Sapaan langsung tersebut dapat menghilangkan perlunya untuk melakukan jabat tangan, atau interaksi lainnya yang mengharuskan bersentuhan, utamanya dalam kondisi saat ini yang menganjurkan agar interaksi bersentuhan dikurangi.
b. Melakukan Salam / Namaste
Dalam beberapa kepercayaan, merupakan gesture untuk doa, namun digunakan pula untuk pemberian salam. Photo Courtesy: Pixabay
Bentuk gesture ini telah dipahami secara luas, karena umumnya digunakan bagi mereka yang memilih untuk tidak bersentuhan dengan lawan jenis yang bukan pasangannya. Sehingga apabila dilakukan, diharapkan lawan berinteraksi langsung memahami dan mengikuti gesture tersebut pula.
ADVERTISEMENT
c. Hand on Heart Gesture
Meletakan tangan di atas hati, melambangkan kejujuran.
Saat ini populer karena dilakukan oleh Alexandria Ocasio-Cortez (saat ini anggota legislatif wanita paling muda Amerika Serikat), sebagai alternatif no handshake greeting, dan merupakan pula opsi yang baik. Ketika wabah Ebola terjadi pada tahun 2014 di wilayah Afrika Barat, gesture ini pun digunakan oleh masyarakat lokal karena dianjurkan pula untuk mengurangi saling bersentuhan. Makna dari gesture ini melambangkan kejujuran dan simpati, dengan meletakan telapak tangan di atas dada sebelah kiri, tepat di atas detakan jantung.
d. Live Long and Prosper
Salam "Live Long and Prosper" dari Spock. Photo Courtesy: Pixabay
Bentuk salam ini dipopulerkan oleh serial TV dan film Star Trek, dan saat ini telah dipahami pula oleh masyarakat umum. Walaupun merupakan opsi untuk digunakan kepada rekan/kerabat dekat, makna yang dimiliki dari bentuk salam ini ternyata cukup dalam. Jadi, “Live Long and Prosper merupakan terjemahan dari bahasa Vulcan, yaitu dif-tor heh smusma yang dalam bahasa Arab diterjemahkan sebagai “Salaam alaykum atau Peace Be Upon You.
ADVERTISEMENT
Sebagai penutup, walaupun anjuran social distancing bernuansa individualist, perlu diingat bahwa kebijakan tersebut memiliki tujuan memastikan keselamatan masyarakat secara umum. Oleh karena itu, marilah kita bersama-sama menjaga kesehatan dan terus mengikuti anjuran yang diberikan oleh para ahli kesehatan dan Pemerintah. We are in this together, and it is hoped we will all be healthy together as well.