Menembus Jarak, Berbagi Keindahan Batik Antara Indonesia dan Afrika

Setyo Hargianto
Staf Kementerian Luar Negeri RI, A Traveler, and a Daydreamer
Konten dari Pengguna
7 Maret 2020 8:15 WIB
comment
11
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Setyo Hargianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Berbagai corak dan motif Batik dan Ankara
zoom-in-whitePerbesar
Berbagai corak dan motif Batik dan Ankara
ADVERTISEMENT
Batik merupakan bagian tidak terpisahkan dari budaya Indonesia, dan senantiasa menjadi kebanggaan bangsa. Dengan penetapan Batik sebagai Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity dari United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) pada tanggal 2 Oktober 2009, Batik semakin menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Indonesia, terbukti sampai saat ini tanggal tersebut dirayakan sebagai Hari Batik Nasional.
ADVERTISEMENT
Mendapatkan penetapan dari UNESCO tersebut walaupun membanggakan, bukan konfirmasi bahwa Batik adalah milik Indonesia. Sebelum penetapan tersebut, Batik memang adalah milik Indonesia, period.
Batik dengan segala motif dan coraknya telah memberikan warna dan identitas untuk Indonesia, dan pengaruhnya pun telah meluas sampai negara-negara lain. Bahkan, menyebarnya kesenian Batik sampai memunculkan jenis “Batik” di benua Afrika. Bagaimana hubungan tersebut dapat terjadi? Mari kita simak bersama mulai dari sejarah Batik di Indonesia.
Praktik membatik tidak lahir di Indonesia, namun dipergunakan pertama kali oleh bangsa Mesir di abad ke-4. Ketika itu teknik membatik digunakan untuk memperindah kain yang akan menutup para mumi. Walaupun masih ada perdebatan antara para sejarahwan, diperkirakan teknik membatik masuk Indonesia baru di abad ke-6 dari Asia Selatan, dan seperti layaknya hal baru yang masuk ke Indonesia, teknik membatik tersebut disempurnakan oleh warga setempat Indonesia pada zaman itu.
ADVERTISEMENT
Baru pada era setelah Kerajaan Majapahit, yaitu sekitar abad ke-17, Batik, yang pada saat itu masih disebut ambatik dari bahasa jawa yang memiliki arti “menulis titik”, mulai dikenal. Namun karena pada zaman tersebut Batik khusus tersedia hanya untuk keluarga kerajaan pada saat itu saja, penyebarannya menjadi sangat terbatas. Akan tetapi, keindahan Batik tentu tidak dapat dibendung, dan kita perlu berterima kasih pada para pengikut keluarga kerajaan, yang menyebarkan teknik dan kesenian Batik pada kerabat dan sanak saudara mereka, ketika mereka sedang tidak berada di lingkungan kediaman kerajaan.
Lalu bagaimana Batik dapat menyebar sampai ke benua Afrika?
Jadi, sekitar abad ke-18 dan 19, kesenian batik menjadi populer juga untuk kaum Kristiani di Indonesia, yang menggunakan kain batik dalam upacara keagamaan mereka. Pada saat itulah, tepatnya dalam periode tahun 1810-1862, para tentara yang berasal dari wilayah Afrika Barat, yang dikontrak oleh Belanda, mengagumi keindahan Batik Indonesia dan membawa kain-kain Batik tersebut untuk dihadiahkan kepada para istri mereka. Mulailah pada saat itu kesenian dan estetika Batik Indonesia menyebar.
ADVERTISEMENT
Sebagaimana keindahan corak dan motif Batik Indonesia berkembang dengan masyarakat Indonesia, hal serupa berkembang pula di Afrika. Batik Afrika, atau lebih populer disebut sebagai “Ankara” atau African Wax, terpusat di wilayah Afrika Barat, dengan negara-negara seperti Senegal, Pantai Gading, dan Mali merangkul Ankara tersebut. Penyebarannya tentu tidak terhenti dalam regional tersebut saja, masyarakat di Afrika Timur, seperti di negara Tanzania dan Kenya, juga menyenangi Ankara dan senantiasa menggunakannya dalam kehidupan sehari-hari.
Kain Ankara ada berbagai macam, seperti jenis Gold Print, Kente, dan yang paling popular Wax Print di Afrika Barat, serta jenis Dashiki dan Maasai di Afrika Timur. Dibandingkan dengan seluruh jenis Ankara tersebut, yang paling popular ada jenis Wax, karena keanekaragaman warna serta corak yang tersedia banyak sekali jenisnya. Wax Print yang umumnya bermotif cerah ini sangat menggambarkan kebudayaan dan perilaku warga-warga Afrika yang berwarna, bersahabat, dan indah.
ADVERTISEMENT
Dalam era globalisasi dan connectivity yang tinggi saat ini, kepentingan ekonomi dalam bentuk profit senantiasa dikedepankan, yang menyebabkan penurunan estetika produksi Ankara, dan lebih mementingkan jenis yang diperkirakan yang akan disenangi oleh para turis.
Contoh adalah kain yang berasal dari Tanzania, yang selain membubuhkan tema warga setempat yang sedang berjalan sambil membawa barang, menorehkan juga obyek wisata popular di sana yaitu Zanzibar. Hal lain yang tertulis pula adalah kata-kata Hakuna Matata yang berasal dari bahasa Swahili, dan dipopulerkan oleh film Disney The Lion King, yang sebagaimana diketahui backdrop film tersebut diambil dari Taman Nasional Serengeti yang berada di Tanzania.
Kain dari Tanzia yang walaupun indah, bernuansa "touristy"
Walaupun begitu, fortunately masih banyak terdapat jenis Ankara yang mempertahankan estetika dan kualitas dalam pembuatannya. Salah satu hal menarik, selayaknya persaudaraan, terdapat kemiripan dan koneksi antara Batik Indonesia dengan para Ankara di Afrika. Seperti dapat dilihat dengan jenis batik Sido Mukti, yang memberi fokus pada jenis motif utama yang kemudian diulang, mirip dengan Ankara jenis Dashiki yang mengedepankan bentuk motif setempat, yang kemudian dikelilingi oleh motif lain yang mendukung. Walaupun warna dan jenis terlihat berbeda, namun estetika pembuatannya serupa.
Perbandingan Batik Sido Mukti dan Ankara Dashiki
Dalam bentuk dan usaha membuat budaya menjadi lebih kontemporer, Batik Indonesia dan Ankara diproduksi dalam bentuk aksesoris pakaian pada umumnya sehingga semakin dapat digunakan oleh masyarakat dalam kegiatan sehari-hari. Selain dalam bentuk kemeja, contoh lain adalah Batik dan Ankara yang dibentuk menjadi dasi, seperti dapat dilihat corak batik yang menjadi bentuk dasi, dibandingkan pula dengan Wax Print Ankara yang juga bagus dan cocok digunakan untuk berkegiatan.
Modernisasi Batik dan Ankara menjadi Dasi
Bentuk lain adalah syal. Aksesoris ini awalnya memiliki fungsi melindungi dari cuaca dingin, namun saat ini sering digunakan sebagai pemanis outfit yang digunakan. Corak dan warna Batik dan Ankara sangat cocok menjadi syal, dan saat ini pun banyak sekali ragamnya. Seperti Tenun Bali yang umumnya digunakan sebagai kain bawahan, cantik pula digunakan dalam bentuk syal. Serupa juga dengan kain Maasai, yang merupakan suku di Tanzania, dengan warna yang cerah serta pola yang menarik, cocok pula dijadikan syal untuk mempercantik diri.
Syal dari Tenun Bali dan Ankara Maasai
Merupakan suatu kebanggaan bahwa keindahan Batik Indonesia dapat memberikan pengaruh besar dalam pembentukan kebudayaan komunitas dan masyarakat sampai benua Afrika. Walaupun saat ini kesenian Batik dan Ankara memiliki estetika dan nilai budaya tersendiri, persaudaraan dan hubungan antar kedua kesenian tersebut masih terus terjalin. Masing-masing kesenian mencerminkan keragaman serta keindahan budaya Indonesia dan negara-negara di Afrika. Hal tersebut sekaligus semakin membuktikan bahwa keindahan hakiki bersumber dari dalam diri.
ADVERTISEMENT