Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Ilmu Kalam: Dari Konflik Politik ke Tradisi Intelektual Islam
11 Desember 2024 15:27 WIB
·
waktu baca 2 menitTulisan dari Muhammad Romza Bahra'isyi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilmu Kalam, yang juga dikenal sebagai teologi Islam, lahir sebagai upaya umat Islam menjawab berbagai tantangan, baik internal maupun eksternal, yang muncul setelah wafatnya Rasulullah SAW. Tidak hanya membahas akidah secara rasional, Ilmu Kalam juga berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan keyakinan Islam dari pengaruh pemikiran asing.
ADVERTISEMENT
Latar Belakang Sejarah Munculnya Ilmu Kalam
Kemunculan Ilmu Kalam tidak terlepas dari konflik politik besar dalam sejarah Islam. Peristiwa seperti pembunuhan Khalifah Utsman bin Affan dan Perang Siffin memicu perdebatan tentang siapa yang layak dianggap muslim dan siapa yang dianggap keluar dari Islam. Kelompok Khawarij, misalnya, menganggap orang yang terlibat dalam tahkim (arbitrase) sebagai kafir. Di sisi lain, kelompok Murji’ah berpendapat bahwa pelaku dosa besar tetap mukmin, sementara Mu’tazilah mengambil posisi tengah.
Selain konflik internal, Ilmu Kalam juga berkembang sebagai respons terhadap tantangan eksternal. Interaksi dengan pemikiran filsafat Yunani dan agama-agama lain, seperti Kristen dan Zoroastrianisme, mendorong umat Islam untuk menggunakan pendekatan rasional dalam menjelaskan ajaran Islam. Dalam konteks ini, Ilmu Kalam berperan penting sebagai alat untuk mempertahankan keyakinan Islam di tengah perdebatan lintas agama.
ADVERTISEMENT
Dari Polemik ke Tradisi Intelektual
Seiring waktu, Ilmu Kalam bertransformasi dari sekadar perdebatan teologis menjadi bagian dari tradisi intelektual Islam. Para ulama seperti Al-Ghazali dan Fakhruddin Al-Razi memanfaatkan logika Aristotelian untuk menyusun argumen teologis yang lebih sistematis. Meskipun mengadopsi metode filsafat, mereka tetap kritis terhadap beberapa pandangan filsuf, seperti gagasan tentang keabadian alam semesta.
Pada periode kematangan, Ilmu Kalam memperluas cakupannya dengan membahas isu-isu seperti:
• Metafisika: Membahas hubungan antara Tuhan dan makhluk serta keberadaan Tuhan.
• Kosmologi: Mengintegrasikan teori-teori Yunani dengan doktrin Islam.
• Epistemologi: Menyoroti sumber-sumber pengetahuan, seperti wahyu, akal, dan intuisi.
Relevansi Ilmu Kalam di Era Modern
Hingga kini, Ilmu Kalam tetap relevan sebagai pijakan dalam menjawab tantangan modern, seperti sekularisme, pluralisme, dan isu-isu etika. Integrasi antara pendekatan rasional dan tradisional memungkinkan Ilmu Kalam untuk tetap menjadi bagian penting dari tradisi intelektual Islam.
ADVERTISEMENT
Dengan warisan yang kaya ini, Ilmu Kalam tidak hanya menjadi bukti kedalaman intelektual umat Islam, tetapi juga menjadi alat untuk mempertahankan dan memperkuat keyakinan Islam dalam berbagai konteks zaman.