Konten dari Pengguna

Terapi Holistik sebagai Perwujudan Peran Emosional dalam Pelayanan Kesehatan

Shabira Amrina Rasyida
Mahasiswi Tahun Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga
7 Januari 2025 14:27 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shabira Amrina Rasyida tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

Solusi Pelayanan Kesehatan Modern yang Memperhatikan Kesehatan Mental Seorang Pasien

Seorang dokter yang sedang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasiennya. Foto adalah hasil dokumentasi pribadi penulis untuk artikel ini.
zoom-in-whitePerbesar
Seorang dokter yang sedang melaksanakan pelayanan kesehatan kepada pasiennya. Foto adalah hasil dokumentasi pribadi penulis untuk artikel ini.
ADVERTISEMENT
Dokter, seperti yang kita ketahui, sejatinya ialah seseorang yang membantu meringankan kendala medis yang kita alami. Hal yang kita harapkan dari berobat ke dokter tentunya hanyalah ingin cepat sembuh. Namun, tidakkah hati kita terasa teduh bilamana dokter yang kita datangi dapat menenangkan bukan hanya fisik kita, melainkan juga dengan batin kita? Dari sinilah peran dokter yang sebelumnya sebatas memberikan pertolongan fisik perlahan berganti menjadi sebuah pengobatan yang holistik. Seiring berjalannya waktu, manusia terus berevolusi; evolusi yang mengganti pemikiran yang sebelumnya tertanam dalam dirinya. Pemikiran ini berubah mengikuti tren yang silih berganti. Tren yang beberapa tahun ini bermunculan adalah netizen yang mulai lebih memperhatikan kondisi mental yang mereka miliki. Tentunya, sebagai seorang tenaga medis yang akan melayani banyak orang, dokter tidak boleh acuh pada tren ini.
ADVERTISEMENT
Kemunculan tren ini awalnya dipicu oleh pandemi COVID-19, pandemi yang menarik semua orang ke dalam putaran rutinitas sehari-hari yang 180 derajat berbeda dari sebelumnya. Perubahan signifikan yang terjadi dalam kurun waktu relatif singkat itu tentunya membuat banyak orang tidak memiliki waktu adaptasi yang cukup. Hal tersebut menciptakan efek domino yang mana pada kemudian hari berujung pada terkikisnya kesehatan mental sebagian banyak orang. Sejak tahun 2020 hingga tahun 2025 ini, kesadaran akan kesehatan mental semakin meningkat beriringan dengan meningkatnya kasus gangguan mental. Sebagai contoh, masalah bunuh diri menjadi perhatian serius. Berdasarkan survei pada lima bulan pertama pandemi, ditemukan bahwa 1 dari 5 individu di Indonesia berusia 15 hingga 29 tahun pernah memiliki pikiran untuk mengakhiri hidup. Setahun setelah pandemi berlangsung, survei berbeda mengungkapkan peningkatan angka tersebut menjadi 2 dari 5 orang. Memasuki awal tahun 2022, situasinya semakin mengkhawatirkan, dengan data menunjukkan sekitar 1 dari 2 orang di rentang usia tersebut memikirkan bunuh diri. Hasil tersebut semakin menguatkan fakta bahwa gangguan mental adalah “tren” serius yang harus diperhatikan oleh seorang tenaga medis, khususnya seorang dokter.
ADVERTISEMENT
Kebutuhan mental dan emosional seorang pasien harus dipenuhi oleh sang dokter demi memberikan sebuah pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Kondisi mental yang buruk dapat memengaruhi proses pemulihan fisik pasien karena pikiran dan tubuh saling berhubungan erat. Ketika pasien merasa didengar dan dihargai, ini dapat menciptakan rasa nyaman yang menjadi fondasi penting untuk pemulihan. Dukungan emosional yang tulus, seperti empati, perhatian, atau sekadar mendengarkan keluhan pasien, mampu memberikan kepercayaan diri kepada pasien untuk menghadapi proses pengobatan. Sebaliknya, jika kebutuhan emosional tidak terpenuhi, pasien mungkin merasa cemas, terisolasi, atau kehilangan harapan yang dapat memperburuk kondisi kesehatannya, bahkan menurunkan efektivitas pengobatan fisik yang diberikan. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengintegrasikan pendekatan yang tidak hanya berfokus pada fisik, tetapi juga pada aspek mental dan emosional pasien.
ADVERTISEMENT
Solusi terbaik untuk memenuhi seluruh kebutuhan tersebut, baik fisik maupun mental, adalah dengan menerapkan terapi holistik. Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, terapi holistik adalah pengobatan alternatif dalam bentuk pelayanan kesehatan yang menggunakan cara, alat, atau bahan yang tidak termasuk dalam standar pengobatan medis. Terapi holistik merupakan praktik penyembuhan yang menggabungkan berbagai teknik untuk meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Penerapan terapi holistik mencakup pendekatan yang tidak hanya fokus pada penyembuhan fisik, tetapi juga pada kesejahteraan mental, emosional, dan spiritual pasien. Contohnya termasuk meditasi, yoga, terapi seni, hingga konseling psikologis yang dirancang untuk meningkatkan kualitas hidup pasien secara menyeluruh. Dengan kombinasi ini, pasien diharapkan dapat mencapai keseimbangan antara tubuh dan pikiran. Implementasi terapi holistik dalam pelayanan kesehatan modern tidak hanya memperluas cakupan layanan, tetapi juga memberikan alternatif yang lebih personal dan terintegrasi bagi pasien.
ADVERTISEMENT
Terapi holistik merupakan pendekatan yang relatif baru dalam dunia kedokteran dan mulai mendapat perhatian karena potensinya untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih menyeluruh. Namun, penerapan terapi ini tidak dapat dilakukan secara instan, terutama oleh para dokter yang sudah terbiasa dengan metode pengobatan konvensional. Proses adaptasi terhadap perubahan ini membutuhkan waktu, pelatihan, dan pemahaman yang mendalam, baik dari segi teknis maupun filosofis. Selain itu, dokter juga harus menghadapi tantangan besar berupa beban kerja yang sudah cukup berat dalam praktik sehari-hari. Jadwal yang padat, tuntutan administratif, dan kebutuhan untuk terus memperbarui pengetahuan medis mereka dapat menjadi hambatan dalam mengintegrasikan terapi holistik ke dalam layanan kesehatan mereka. Oleh karena itu, keberhasilan penerapan terapi holistik memerlukan dukungan sistematis, termasuk pelatihan yang memadai, pengaturan waktu yang efisien, serta kolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya untuk meringankan beban kerja dokter.
ADVERTISEMENT
Pada akhirnya, demi menciptakan pelayanan kesehatan yang optimal, komunikasi dan kolaborasi yang efektif harus menjadi prioritas utama bagi seorang dokter. Interaksi yang baik antara dokter, pasien, dan tenaga medis lainnya dapat membentuk sebuah kesiapan dalam menangani kebutuhan pasien secara menyeluruh. Melalui kerja sama yang berkesinambungan, setiap aspek kesehatan, baik fisik, mental, maupun emosional, dapat ditangani secara komprehensif. Kolaborasi ini juga menjadi fondasi utama dalam menerapkan terapi holistik yang berfungsi sebagai puncak dari pelayanan kesehatan terbaik. Dengan terapi holistik, pasien tidak hanya mendapatkan penyembuhan fisik, tetapi juga dukungan yang memulihkan keseimbangan mental dan emosional; menciptakan kualitas hidup yang lebih baik. Oleh karena itu, integrasi komunikasi, kolaborasi, dan pendekatan holistik adalah langkah penting dalam mewujudkan pelayanan kesehatan modern yang manusiawi dan menyeluruh.
ADVERTISEMENT