Konten dari Pengguna

Street Feeding, Baik atau Buruk ?

Shabrina
Mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga Surabaya
4 Desember 2024 14:44 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shabrina tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi topik (sumber: foto pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi topik (sumber: foto pribadi)
Akhir-akhir ini masyarakat sedang marak dengan kegiatan street feeding, sering kita jumpai beberapa orang melakukan aksi pemberian makan kepada hewan liar dijalanan. Pemberian makanan ini dilakukan secara sukarela oleh orang orang tertentu yang merasa iba pada hewan liar yang kurang mendapatkan asupan nutrisi. Tidak seperti hewan peliharaan pada umumnya hewan-hewan liar bertahan hidup bergantung pada nasib dan keberuntungan mereka saja. Hal ini menjadi salah satu faktor mengapa gerakan street feeding ini dimulai. Namun jika mengesampingkan alasan mulia orang-orang melakukan street feeding, sebenarnya aksi ini memberikan dampak baik atau buruk bagi lingkungan dan hewan itu sendiri ?
ADVERTISEMENT
Street feeding di Indonesia sendiri bermula atas inisiatif pecinta hewan yang merasa kasihan dan ber-empati pada hewan tak berpemilik dijalanan, kebanyakan hewan ini merupakan anjing dan kucing. Gerakan ini bermula perseorangan hingga menjadi suatu komunitas besar pecinta hewan. Tujuan utama dari gerakan ini sendiri adalah bentuk rasa kepedulian terhadap hewan, sehingga kerap kali kita temui seseorang memberi makan hewan tak berpemilik ini.
Populasi hewan di Indonesia sendiri berlimpah, berdasarkan survey lembaga riset rakuten Insight Global 2021 penduduk Asia terutama Asia tenggara lebih senang memelihara Anjing atau Kucing. Menurut lembaga yang sama 47% penduduk Indonesia memiliki peliharaan Kucing. Namun sayangnya di Indonesia sendiri masih ada penduduk yang tidak memiliki kepedulian pada hewan terlantar tak berpemilik, sehingga banyak kita jumpai hewan terlantar. Perihatin dengan hewan terlantar tersebut gerakan street feeding mulai dipopulerkan pada tahun 2021 pada kota-kota besar seperti Jakarta dan Yogyakarta. Mereka mulai memberi makanan kepada kucing terlantar di sekitar mereka hingga akhirnya meluas hingga menjadi fenomena baru.
ADVERTISEMENT
Memberi makanan kepada hewan terlantar ini ternyata membuat pemberi makanan merasa bahagia. Bahkan mengundang orang lain untuk berbuat yang sama. Memberi makan kucing seperti menjadi kebahagiaan baru bagi beberapa orang, kegiatan ini dapat membantu untuk menjernihkan pikiran. Dengan membantu kucing terlantar secara tidak langsung juga membantu untuk mencukupi gizi kucing liar yang terbiasa makan makanan sisa yang tidak jelas kandungan gizinya. Bahkan ada beberapa kucing yang nekat untuk mencuri makanan dari rumah warga demi menghilangkan rasa laparnya, pada tahap ini tentu warga yang menjadi korban akan merasa kesal dan marah. Jika kegiatan street feeding digalakkan maka pencurian makanan warga oleh kucing dapat menurun sehingga baik warga maupun kucing tidak menimbulkan konflik, para kucing liar ini juga tidak menjadi stress karena selalu di usir oleh warga justru psikologi kucing menjadi lebih baik karena mereka merasa dihargai dan memiliki tempat di masyarakat. Memberikan makanan ke hewan liar juga dapat menjadi sarana untuk melatih kepekaan atau kepedulian kita, meluangkan waktu dan biaya untuk hewan terlantar membuat kita belajar untuk lebih perduli pada lingkungan sekitar. Namun kita perlu melihat sisi lain dari maraknya kegiatan street feeding ini, untuk lebih mengerti dampak yang sekiranya dapat terjadi, agar kedepannya kita dapat berbenah untuk kesimbangan lingkungan sekitar kita.
ADVERTISEMENT
Pemberian kucing atau hewan liar dapat membuat mereka bergantung pada manusia yang secara rutin membagikan makan, karena ini naluri memburu dari hewan tersebut akan hilang. Dampaknya ketika tidak ada yang memberinya makan kembali maka ia akan mati karena tidak bisa memburu. Perlu diingat juga bahwa pemberian street feeding merupakan solusi sementara yang bisa dilakukan oleh manusia sebagai bentuk rasa peduli terhadap hewan liar, sehingga jika dilakukan secara permanen ditakutkan akan berdampak pada lingkungan. Terkadang saat pemberian makan beberapa orang menggunakan wadah plastik sebagai alas untuk makan maupun minum, jika lupa untuk diambil kembali atau dibuang akan menimbulkan sampah apalagi biasanya setiap kucing mendapatkan wadahnya sendiri, sampah yang dihasilkan berjumlah tidak sedikit, hal ini akan memperburuk lingkungan sekitar. Kemudian yang seringkali orang lupa adalah bahwa kucing bisa saja memiliki penyakit tertentu yang bisa menular ke manusia. Peristiwa ini dikenal dengan zoonosis. Menurut Kemkes (2023) dari tahun ke tahun ancaman zoonosis di Indonesia diperkirakan meningkat, dan sangat berpotensi pada aspek sosial, aspek ekonomi, aspek kesehatan, bahkan aspek keamanan atau aspek kesejahteraan rakyat. Dari sehatnegeriku.kemkes.go.id sebesar 60% penyakit yang menginfeksi manusia berasal dari binatang dan 75% berupa infeksi baru. Beberapa penyakit dapat menimbulkan efek pandemi, contohnya saja yang baru menimpa tak lama ini adalah COVID-19.
ADVERTISEMENT
Berdasarkan uraian dampak negatif diatas dari street feeding bukan berarti kita tidak boleh sama sekali untuk melakukan kegiatan ini. Hanya saja perlu diperhatikan pada aspek-aspek tertentu. Seperti memilih makanan yang tepat untuk kucing, menggunakan alat-alat untuk mencegah penyebaran virus seperti menggunakan masker dan sarung tangan. Tak lupa sehabis memberi makan pastikan mencuci tangan hingga bersih dan mengambil wadah makanan kucing. Selalu ingat bahwa kucing adalah hewan yang mandiri, sehingga kita disini hanya membantu kucing untuk makan bukan sebagai pemberi makan kucing permanen. Selain melakukan street feeding para pecinta kucing juga dapat membantu untuk sterilisasi dan vaksinasi massal, agar dapat ditekan jumlah populasi kucing yang berlebihan. Demi kesejahteraan bersama antara kucing dan manusia kedepannya.
ADVERTISEMENT
Shabrina Puja Rahman, mahasiswa S1 Kedokteran Hewan Universitas Airlangga