Konten dari Pengguna

Bagian dari Bertahan

Shabrina Maytia
Siswi SMP Trenmatika
4 Juni 2024 10:02 WIB
·
waktu baca 9 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Shabrina Maytia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: freepik.com
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: freepik.com
ADVERTISEMENT
Terlihat segerombolan remaja sedang bermain basket di lapangan setelah bel pulang berbunyi dari suatu sudut sekolah. Segerombolan remaja itu masih duduk di bangku SMA, tetapi pertemanan mereka sudah berjalan sejak bertahun-tahun lalu. Mereka semua terdiri dari Hesa, Jaan, Jaka, Satya, Sean, Sabian, dan Noah. Kesemuanya memang tidak terlahir sempurna dan hidup mereka dipenuhi banyak rintangan yang bahkan tidak bisa kita bayangkan oleh pikiran kita. Namun, hal itu bukan menjadi penghalang bagi mereka untuk berhenti berbagi kasih sesama manusia karena mereka sadar bahwa kesempurnaan bukanlah segalanya.
ADVERTISEMENT
Semua orang punya kisahnya sendiri, sama seperti para sahabat ini yang memiliki kisahnya masing-masing. Noah merupakan anggota termuda, tetapi perilaku dan tampilannya tidak mencerminkan semua itu. Itu di sebabkan oleh ayahnya yang sering melampiaskan semua amarah pada tubuhnya yang tidak seharusnya diterima oleh Noah. Seharusnya pula, ia di peluk dengan kehangatan seorang ayah. Ia juga harus memendam perasaan takut dan sedihnya ketika semua itu sedang terjadi.
Lalu, ada Sabian. Ia hanya memiliki seorang nenek yang sangat menyayanginya sampai ia tidak diperbolehkan melakukan apapun. Saat di rumah, Sabian hanya diperintahkan untuk belajar. Pada suatu saat, ia mengetahui jika neneknya ternyata mengidap penyakit jantung ringan sehingga membuatnya bekerja paruh waktu agar tidak terlalu membebani neneknya.
Sumber: freepik.com
Hujan adalah momen yang tepat untuk mengingat Sean. Ia memiliki trauma terhadap petir. Petir membuatnya harus kehilangan rumah serta ibu tercintanya karena pada saat itu petir menyambar rumah Sean yang menimbulkan percikan api. Sean dipaksa ibunya untuk keluar terlebih dahulu. Awalnya, ia menolak tetapi ibunya memaksa dan berkata bahwa ia juga akan keluar setelah Sean. Ia menurut dan meninggalkan ibunya, tapi sayangnya api melahap rumahnya serta ibunya.
ADVERTISEMENT
Berikutnya adalah Jaka dan Jaan. Mereka berdua merupakan saudara dan memang berasal dari keluarga berada, tetapi mereka memiliki kebenciaan terhadap orang tuanya yang selalu menuntut nilai dan nilai tanpa henti. Walaupun mereka sudah mendapatkan berbagai macam pretasi dan berusaha sebaik mungkin, tapi orang tua mereka tetap saja selalu membandingkan mereka satu sama lain. Lama-lama mereka lelah dengan semua itu sehingga untuk memutuskan angkat kaki dari rumah.
Jangan lupakan Satya. Ia memiliki memori pedih tentang adik perempuannya yang sangat ia sayangi, tetapi sudah lama meninggalkannya karena sebuah penyakit dan membuatnya hampir depresi karena kejadian itu. Hal itu menjadi alasan Satya menyukai anak kecil karena baginya, ia bisa melepas rindu dengan senyuman mereka yang dapat mengukir wajah adiknya yang manis itu.
ADVERTISEMENT
Terlepas dari semua itu, inilah anggota paling tua, Hesa. Ia memiliki pribadi yang bijaksana dan pandai mengambil keputusan dalam setiap masalah. Hesa menyukai malam karena menurutnya, malam adalah waktu yang tepat bagi semua orang untuk beristirahat, berbicara satu sama lain, dan menenangkan diri. Hesa sudah tidak memiliki orang tua, ia tinggal bersama pamannya.
Mereka semua mempunyai lukanya masing-masing dan entah kapan bisa terobati.
“Kak, gua ngerasa ngga guna banget hidup, gua berasa hidup gua cuma dipenuhi ketakutan yang makin lama makin memuncak. Gua bukannya mau nyalahin keadaan. Cuman rasanya gua hidup jadi pengecut,” ujar Sean.
“Gak guna dari mana bosque?? Lu aja berguna banget buat gua yang sering izin absen ke guru mapel. Thank you yaa.. udah sering diizininn,” jawab Jaka dengan nada bercanda.
ADVERTISEMENT
“GUA SERIUSS!!” ucap Sean dengan nada yang agak dinaikkan hal itu membuat semua temannya tertawa Sean merasa sedikit di kucilkan dan akhirnya suasana mulai tenang, pada saat itulah Jaan angkat suara.
”Yang lu rasain itu wajar Sean.. takut akan suatu hal ngga akan membuat lo jadi orang jahat, terkadang lu uda berusaha tapi kalo emang dia uda jadi dari bagian diri lo ya lu bisa apa dan ngga akan segampang itu seseorang bisa ngilangin rasa takut dalam dirinya maupun dia seorang superhero sekalipun,” gumam Jaan sambil menepuk bahu Sean.
“Udah kayak lagu aja Bang. Tak segampang ituu kuu larii darii bapakkuu..” ujar Noah dengan suara yang sangat sumbang.
“Tak segampang itu kumenemukan sosok seperti dirimu adik…” gumamnya dengan suara sumbang dan mengubah nada musiknya menjadi musik Ariana Grande ‘side to side’
ADVERTISEMENT
Semua temanya sudah lelah dengan kelakuan Satya dan hanya bisa menggelengkan kepala.
“Udah-udah, ngga jelas lama-lama, mending besok kalian ikut gua,” ucap Hesa sebagai penengah.
“Ikut kemana, Bang? Jangan bawa aku kemana-mana, takutt…” ujar Jaka.
“Jangan alay, kita cuman mau ke panti,” jawab Hesa.
“Sekarang gua tanya, kenapa harus ke panti, Bang?” ucap Sean
”Biar kita bisa belajar dan mengajarkan tentang arti hidup dan kasih sayang yang sebenarnya, dengan kedatangaan kita juga bisa membantu menciptakan senyum di wajah mereka jadi kita bisa ngerasa lebih berguna di hidup ini makanya gua pengen lo coba ngilangin perasaan kalo hidup lo itu ngga guna atau apalah. Lo bisa cerita mungkin sama mereka tentang ketakutan yang lu punya. Siapa tau respons mereka baik,” jelas Hesa dengan panjang lebar.
ADVERTISEMENT
“Bener tuh.. biasanyakan otak anak-anak masih pada nalar, ngga kayak Satya, KONSLET!!” cetus Noah diikuti dengan tawa semua orang yang berada di sana.
Malam telah berlalu, matahari pun mulai menampakkan wujudnya. Hari ini mereka berencana pergi ke panti asuhan Wijaya. Mereka berangkat pada sore hari menggunakan mobil Jaan dan Jaka. Ketika sampai di panti, perhatian mereka tersita dengan teriakkan anak-anak yang tertuju pada mereka. “HEI!! ADA BANYAK KAKAK-KAKAK!!” ucap anak-anak dengan penuh semangat dan senyum mengembang. Mereka menyapa semua anak-anak dan mulai membagikan camilan yang mereka bawa. Semua penjuru ruangan sudah diisi dengan suara canda dan tawa mereka.
”WAHH… kakak tampan sekali. Kenalin kak, nama aku JEMAN!!” ucap salah satu anak.
ADVERTISEMENT
“Ahaha makasih… tapi sayang aku ganteng-ganteng gini penakut,” ujar Sean.
“Hmm… maksudnya apa kak, kakak takut sama apa??” jawab Jeman.
“Ini agak malu-maluin sih, sebenernya aku takut sama petir, aku kehilangaan semua yang aku punya karena dia. Jadi aku ngga suka denger suaranya,” ucap Sean.
”Berarti kakak pernah liat petir dari deket dong!! Pasti serem...” ujar Jeman.
“Iya hahaha serem... banget... Kamu takut juga ngga?” tanya Sean.
“Sebenernya iya, tapi kadang aku suka nutup-nutupin itu karena aku malu sama diri aku sendiri. Aku kan cowo, masa takut sama suara petir. Aku sering diejek, tapi lama-kelamaan aku sadar kalau rasa takut aku itu wajar. Aku ngga bakal jadi orang jahat kan kalo aku takut sama suara petir?” ucap Jeman dengan nada yang hendak melnjutkan perkataannya.
ADVERTISEMENT
“Terus-terus?? Aku penasaran nihh,” ujar Sean.
“Hehehe. Terus ibu panti ngajak aku belajar tentang apa itu petir, gimana suaranya bisa kenceng, serem dan lain-lain. Awalnya, aku ngga mau, tapi ibu panti bilang bakal seru banget dan ngga serem sama sekali. Yaudah aku nurut dan ternyata kakak tau ngga? Kata ibu bener, petir itu ngga serem… kadang. Tapi karena itu, rasa takut aku jadi ngga terlalu sering timbul lagi... Walaupun masih ada, kata ibu panti itu ngga papa soalnya ngga semua rasa rakut bisa hilang dengan mudah karena bisa jadi mereka adalah bagian dari diri kita yang mungkin di takdirkan buat kita. Terus, yaudah deh aku coba buat jujur sama diri aku sendiri bahwa yang aku takutin itu ngga salah dan yang penting aku udah usaha buat ngatasinnya! Hehehe maaf ya kak jadi panjang bangettt...” ucap Jeman sambil tersenyum.
ADVERTISEMENT
Sean sontak langsung memeluk Jeman dan berkata,
“Makasih yaa.. kamu udah bertahan sampai sekarang. Udah bisa ngertiin diri kamu sendiri yang aku sendiri belum bisa buat ngelakuin itu,” ujar Sean.
“Ahh.. iya kak, ngomong-ngomong, kakak mau belajar buat ngga takut petir bareng aku nggaa??” tanya Jeman dengan antusias.
“Siap boss!!” ujar Sean.
Sudah hampir dua tahun mereka rutin mengunjungi panti asuhan Wijaya. Mereka semakin dekat dengan anak-anak, bahkan menganggapnya seperti keluarga sendiri. Seiring berjalannya waktu, di balik pengalaman pahit yang mereka miliki, mereka semakin kagum dengan pengalaman yang mereka dapatkan dari tempat indah tersebut, terutama Sean. Ia sangat bersyukur karena sudah dipertemukan dengan mereka semua dan sedikit demi sedikit trauma Sean juga mulai pudar walaupun tidak sepenuhnya, tetapi ia bersyukur dan sangat berterima kasih pada dirinya karena sudah berusaha untuk menjernihkan pikirannya terhadap semua yang telah terjadi.
ADVERTISEMENT
Besok adalah hari ulang tahun Sean. Banyak orang yang ingin memberikan kejutan untuk Sean. Namun, sekarang mereka kehabisan ide untuk melakukannya.
“Ehh gimana nii ultahnya Sean??” tanya Jaan.
“Iya sumpah, semua cara kayaknya udah kepake,” jawab Satya.
“Kita jeburin aja mau ngga??” cetus Noah.
“Ini lagi ngadi-ngadi,” jawab Hesa.
“Tenang guys aku ada ide,” ujar Sabian.
Waktu berjalan. Tibalah hari ulang tahun Sean. Ia sedang bermain game online bersama Satya dan akhirnya kalah. Sean marah-marah tidak jelas serta merengek kepada Satya.
”Ga jelas banget deh lu, kayak bocah mentang-mentang hari ini nambah tua,” cetus Satya.
“Diem deh sebel gua,” ujar Sean.
“Ihhh bang Sean kayak cewee,” ledek Noah.
“Udah jangan berantem dulu, mending masuk aja udah ditungguin anak-anak soalnya” ujar Sabian.
ADVERTISEMENT
Mereka semua akhirnya masuk ke dalam panti. Saat Sean membuka pintu, ia tersenyum karena melihat anak-anak yang berdiri menghadap ke arahnya sambil berteriak.
“SELAMAT ULANG TAHUN, KAK SEAN!!!” Perasaan haru serta bahagia bercampur aduk di dalam hati Sean.
“Makasih yaa.. semua. Kakak bahagiaa.. banget bisa ketemu kalian dan bisa ngerayain ulang tahun kakak bareng kalian,“ ucap Sean dengan tulus dari lubuk hatinya.
Tiba-tiba, kobaran api muncul seketika, hal ini terjadi karena korsleting listrik yang menimbulkan percikan api lalu mengenai gorden yang ada di dekatnya. Api menyebar dengan cepat. Semua orang panik dan berlarian kemana-mana. Para sahabat ini pun langsung sigap mengambil keputusan.
Sumber: freepik.com
“JANGAN PANIK! KITA SELAMATIN ANAK-ANAK DULU!!” ujar Sean sambil berlari ke lantai atas.
ADVERTISEMENT
“Benar, Jaan menyusul anak panti yang tadi ke kamar mandi. Satya ke lantai atas menyusul anak yang sedang mengambil kado untuk Sean. Selain itu, kita menyusur ruangan untuk menyelamatkan anak-anak,” minta Hesa dengan cepat.
“IYA SEMUANYA BERGERAK CEPATTT!!” ujar Sabian sambil menyusul Noah.
Akhirnya semua orang berhasil keluar dari kobaran api, tetapi tidak dengan tujuh lelaki ini. Mereka sibuk menyelamatkan orang lain, tetapi lupa pada dirinya sendiri. Mereka sudah berusaha untuk mencari jalan keluar. Namun, semua jalan keluar sudah tertutup dengan reruntuhan kayu yang berjatuhan. Banyak orang yang mengkhawatirkan mereka karena mereka tidak kunjung keluar, sedangkan di dalam rumah, mereka saling berdekapan dan berterima kasih satu sama lain.
“Makasih Bang, lu semua selalu ada buat gua,” ucap Noah. Ucapan Noah sudah mewakili semua hari mereka
ADVERTISEMENT
”Kejadian ini mengingatkan gua ke masa lalu yang membuat gua berpikir untuk menyelamatkan orang lain lebih dulu. Gua juga tau kita ngga bakal selamet. Jadi, gua harap di kehidupan selanjutnya kita bisa ketemu lagi. Makasih banyak buat kalian karena ngasih gua banyak pengalaman ketemu sama anak-anak, liat senyum mereka. Terus, sekarang gua bisa ngerasa berguna buat mereka. Semoga mereka bisa tersenyum sampai nanti,” ucap Sean.
Tibalah di penghujung waktu. Mereka semua sudah menyerah dengan keadaan. Tiba-tiba, sebuah puing besar menimpa tubuh mereka. Itulah akhir dari kisah mereka.
Tidak semua manusia bisa menerima diri mereka dengan baik. Kita tidak boleh berlarut dalam kesedihan karena ia bukan akhir dari segalanya. Ia adalah pengingat kita agar bisa menemukan cara baru untuk bertahan melewati rintangan kehidupan yang tidak ada habisnya. Kita harus melewatinya dengan senyum yang tulus karena dengan cara itu, kita bisa menjalaninya dan menerimanya sebagai bagian dari hidup kita.
ADVERTISEMENT
~ TAMAT ~